15.

1.5K 103 15
                                    

Pukul 12 siang, Aaron memarkirkan mobilnya di halaman, ia melihat Sarah mencari sesuatu di taman sebelum ia menyadari kedatangan Aaron dan menundukkan kepalanya sopan. "Selamat siang Tuan".

"Dimana Adelio?". Tanya Aaron langsung pada intinya.

"Sepertinya ada di ruangan melukis Tuan, aku belum melihatnya". Ucap Sarah sopan.

Aaron menganggukkan kepalanya pelan, lalu ia tampak ragu melangkah dan kembali menatap Sarah. "Dan, apa yang sedang kau cari?". Tanya Aaron kemudian.

"Aku sedang mencari Laura Tuan, aku baru saja menyiapkan makan siangnya". Jawab Sarah.

"Mungkin dia sedang bermain disekitar sini". Ucap Aaron. Sarah pun menganggukkan kepalanya dan Aaron melanjutkan perjalanannya masuk ke dalam rumah, ia menaiki setiap anak tangga dengan cepat.

Perlahan Aaron membuka pintu itu dengan sangat pelan, di sana rupanya Adelio tengah asik melukis bersama Laura. "Rupanya di sini kau berada? Ibumu sedang mencari mu untuk makan siang Laura". Ucap Aaron membuat kedua orang yang sedang asik itu menolehkan kepalanya secara bersamaan.

Dengan cepat Laura seakan terburu-buru turun dari kursinya dan mengambil sebuah boneka yang sepertinya di taruh untuk dijadikan objek gambar mereka. "Aku benar-benar terlalu asik melukis, aku lupa Ibuku pasti akan mencari ku". Ucap Laura dengan senyum kaku dan langsung pamit begitu saja, ia masih menyimpan sedikit rasa takut karena sudah memecahkan sebuah guci milik Aaron di dalam rumah ini.

Tak sampai satu menit, Laura bahkan sudah menutup kembali pintu ruangan dan meninggalkan Aaron berdua dengan Adelio.

Aaron menoleh ke arah Adelio yang tampak kebingungan dengan sikap Laura yang terburu-buru, ia tak menyadari jika Aaron sedang memperhatikan wajahnya. Seperti biasa, Adelio tampak manis dan cantik dengan sebuah pakaian yang Aaron belikan. Tak lama, mata bulat itu mulai membalas tatapan Aaron. "Semalam kau tak pulang?". Tanya Adelio.

Senyum Aaron pun muncul, ia berjalan mendekati Adelio dan duduk di kursi yang tadi di tempati Laura. "Tidak, ada urusan yang harus aku selesaikan". Jawab Aaron, matanya beralih pada sebuah lukisan yang ada di hadapan Adelio. "Kau cukup pintar melukis". Puji Aaron membuat Adelio tersenyum.

"Aku baru kembali melukis setelah beberapa lama". Sahut Adelio.

"Kau bisa melukis sesuatu untukku?". Tanya Aaron.

Adelio menoleh pelan, ia bisa melihat dengan leluasa wajah Aaron dari jarak sedekat ini. "Apa lukisan yang kau inginkan?". Tanya Adelio balik.

Kini Aaron pun menoleh, mata mereka bertemu. "Apapun yang menurutmu aku akan menyukainya". Jawab Aaron, perlahan tatapan Aaron bukan lagi pada mata Adelio, ia cukup tergoda pada bibir Adelio yang seakan mengundangnya.

Aaron menumpu tangan kanannya pada sebuah meja yang menghalangi mereka, perlahan wajahnya mendekat dan Adelio tak menghindar sedikitpun. Aaron pun mendaratkan bibirnya pada bibir Adelio, mengecap pelan rasa manis dari pelembab bibir beraroma buah yang Adelio kenakan. "Buka mulutmu Lio". Bisik Aaron dengan sangat pelan di sela-sela kecupannya.

Perlahan mulut itu pun terbuka, Aaron mulai bermain kecil dan lama kelamaan terasa balasan ringan yang Adelio berikan. Aaron mengigit pelan bibir bawah yang terbuka itu, siang ini sebenarnya Aaron tak ingin melakukan hal itu, namun jika sudah bersama Adelio hal apapun bisa menjadi mungkin karena pesonanya yang membuat Aaron cukup tergila-gila.

Aaron menaruh ibu jarinya di tengah mulut mereka, menghentikan kegiatan itu sebelum menjadi lebih panas dan tak terkendali di ruangan melukis ini. Keduanya saling menatap satu sama lain, nafas mereka terengah. "Aku ingin melakukanya di sini, ayo ke kamar ku". Bisik Aaron tepat di telinga Adelio yang cukup membuat Adelio semakin berdebar.

Tawanan Mafia (Nomin)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang