Aaron berdiri di ambang pintu, senyumnya kembali mengembang saat ia pulang dari casino yang melelahkan. Putra kecilnya kini menginjak usia 14 bulan, Aldrich Matthew tengah tertawa lepas bersama Sean di kamar khusus Aldrich.
Setelah menghindari sebuah komitmen yang menurutnya seperti mimpi buruk, Aaron justru merasa senang dengan pernikahannya bersama Adelio, ia mendapatkan kembali warna hidupnya dan mendapatkan kasih sayang yang tulus dari submisive itu.
Aaron tak pernah berpikir dirinya akan terikat dalam sebuah pernikahan. Ia pikir akan menghabiskan hidupnya dengan penuh kegelapan untuk menambah pundi-pundi kekayaan di dunia.
"Kau pulang lebih awal sayang?". Pertanyaan itu berhasil menyadarkan Aaron dari lamunannya, ia menoleh ke arah belakang dan menemukan Adelio telah membawa sebuah mangkuk yang berisikan makanan Aldrich.
Aaron tersenyum semakin lebar, ia memeluk pinggang Adelio dan menatapnya penuh cinta. "Aku ingin membawa kalian keluar malam ini, sepertinya makan malam keluarga sangat menyenangkan". Ucap Aaron lembut.
Adelio menghela nafasnya pelan, sesuatu yang tak pernah submisive itu lakukan dan tak pernah terbayang pula oleh Aaron. "Ada apa? Kau lelah? Atau ada sesuatu?". Tanya Aaron dengan kedua alis yang bertaut, tampak panik dan juga bingung.
Adelio hanya tersenyum kecut dan mengusap lengan Aaron. "Sebaiknya kita masuk terlebih dahulu, malam ini akan aku memberitahukan sesuatu sayang". Ucap Adelio.
Kebingungan Aaron semakin besar, ia menahan tubuh Adelio kembali yang hendak masuk memberikan makan pada putra kecil mereka. "Mengapa tidak sekarang?". Tanya Aaron.
"Aku tidak ingin menghancurkan situasi hatimu yang sedang bahagia, percayalah padaku, setelah makan malam aku akan memberitahumu". Ucap Adelio yang kini sudah melepaskan pegangan Aaron dan berjalan ke arah Sean yang tengah menggendong Aldrich.
"Hai sayang, Buna membawakan makanan kesukaanmu". Ucap Adelio dengan suara anak kecil.
Aaron yang hanya bisa menahan rasa penasaran pada akhirnya ikut menghela nafas. Ia berjalan ke dalam kamar bertema biru putih itu dan mencium Aldrich dari pelukan Sean. Mencium beberapa kali pipi gembil itu dengan gemas.
Selagi dalam pelukan Aaron, Adelio mencoba memberikan makanan yang dibuat khusus untuk Aldrich, walaupun terlihat enggan dan sedikit susah namun pada akhirnya Aldrich berhasil menghabiskan makanan tersebut.
"Aku sudah menyiapkan makan malam di sebuah kapal pesiar untuk malam ini, jadi kita harus bersiap dengan sangat baik untuk acara spesial ini". Ucap Aaron membuat Sean mengurutkan keningnya bingung dan menatap Adelio secara bergantian.
"Acara spesial? Apakah kau sedang berulang tahun?". Tanya Sean kepada Aaron.
Aaron menggelengkan kepalanya, ia membenarkan posisi Aldrich yang ada di pelukannya dan menghadap Sean. "Tidak ada yang berulang tahun, aku hanya ingin merayakan 2 tahun pertemuanku bersama putramu Dad". Kekeh Aaron.
Senyum Adelio dan Sean pun mengembang, mereka tak menyangka jika Aaron bahkan mengingat awal kisah mereka. "Oh, kau sangat manis sayang". Lirih Adelio.
Mengingat waktu yang semakin bergulir, mereka pun memutuskan untuk bersiap, Aldrich diurus oleh pengasuh bayi yang direkomendasikan Sarah, sedangkan Aaron yang sudah selesai dengan jas rapinya menatap Adelio yang masih sibuk dengan penampilannya. "Aku tak akan tenang jika kau tidak memberitahuku tentang masalah sore tadi sayang". Ucap Aaron membuat Adelio menghentikan kegiatannya, ia membalikkan tubuhnya dan menatap Aaron.
"Kau yakin ingin mendengar berita ini sekarang?". Tanya Adelio.
Aaron menganggukan kepalanya semangat. "Sangat yakin".
Adelio menghela nafasnya dalam sebelum menyampaikan apa yang akan ia katakan. "Aku tidak tahu ini berita yang baik atau tidak untukmu, hanya saja aku tidak ingin mendengar protes apapun darimu sayang. Ini semua karena memang salahmu".
Alis Aaron terangkat, ia tak mengerti dengan apa yang disampaikan Adelio. "Apa salahku?". Tanya Aaron bingung.
"Aku mengandung lagi, sayang. Lebih tepatnya sudah 5 minggu". Ucap Adelio terdengar serak.
Aaron menatap perut ramping Adelio tak percaya, lalu sedetik kemudian ia mengulum senyumnya yang akan mengembang. "Mengapa kau sangat yakin jika aku akan protes?". Tanya Aaron, ia bahagia mendengar itu, bahkan sangat bahagia.
"Aku terlalu trauma dengan kehamilan pertamaku". Lirih Adelio pelan. "Ditambah Aldrich baru memasuki 14 bulan, masih terlalu kecil untuk memiliki seorang adik".
Aaron berjalan ke arah Adelio, pelukan hangat ia berikan kepada Adelio. "Ini berita yang sangat bahagia sayangku, aku mencintai keluarga ini, menambah seorang anak adalah menambah warna untukku. Maaf jika dulu aku terlalu bodoh". Ucap Aaron. "Aku sangat mencintaimu".
Hidup ini terasa begitu sempurna bagi Aaron, bayangan masa lalu kini tak lagi menghantuinya, hanya ada kebahagiaan yang Aaron rasakan kini. Kehadiran Adelio adalah sebuah hadiah terindah dalam hidupnya, mereka seperti sebuah tim yang sempurna!
....END....
Terima kasih semuanya, untuk setiap dukungan kalian di cerita author ini. Nggak nyangka Aaron dan Adelio bisa sampai di titik ini, terimakasih semuanya.
Maaf kalau ada salah kata dalam penulisan. Sampai jumpa di cerita author selanjutnya. See you pai pai 😉
Oh ya kalian mau nggak, author buatin cerita baru untuk kalian?
Kalau mau, kalian komen yaa 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Mafia (Nomin)✓
RandomBOOK 3 Happy reading guys ʘ‿ʘ Warning ⚠️: ° b×b ° homo ° mpreg Start : 11/6/2024 End : 15/9/2024