Keesokan harinya, Hary sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Aaron. "Turunlah". Ucap Hary dengan suara tegas seakan memerintah, Hary keluar terlebih dahulu dan menghampiri Sarah yang sudah menanti kehadiran mereka di dekat pintu.
Sean menatap bangunan besar itu, ia memperhatikan semua yang ada di sekelilingnya. "Selamat siang Tuan, Tuan Adelio sudah menunggumu di dalam". Ucap Sarah begitu ramah. Hary berjalan terlebih dahulu ke dalam rumah, sedangkan Sean berhenti di hadapan Sarah.
"Apa kau Sarah? Anakku sering menceritakan kebaikanmu padaku, terima kasih sudah menjadi teman Lio, dia memang sedikit rewel tapi Lio begitu peduli pada orang-orang di sekitarnya". Ujar Sean sopan, ia tak menyangka pekerjaannya tidak selama yang ia kira, semua hutang pada Aaron sudah lunas, bahkan ia sudah menerima gajinya dalam bentuk cash yang begitu banyak di dalam tas ranselnya.
Sarah membalas senyuman itu dengan tenang sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu berterima kasih Tuan, Tuan Adelio pun sangat baik kepadaku".
"Apa kau masih ingin berbincang di sana?". Ucapan ketus dari Hary membuat Sean menoleh ke arahnya, ia langsung bergegas menghampiri Hary yang sudah tampak kesal. "Ayo cepat, kita tidak memiliki banyak waktu". Ujar Hary kemudian.
Mereka pun menaiki anak tangga dengan langkah lebar, sebuah kamar dengan pintu sedikit terbuka membuat Sean dapat melihat Adelio yang tengah duduk di tepi ranjangnya. "Silakan Tuan". Ucap pelayan yang sudah berjaga di depan pintu kamar Adelio dan membukakan pintu kamar itu lebih lebar lagi.
Sean tersenyum begitu lebar, ia berjalan masuk dan melihat Adelio yang kini sudah menyadari keberadaannya. "Lio!". Pekik Sean sambil memeluk Adelio erat, raut wajah Adelio tampak begitu sedih, hanya senyum lemah yang ia tampilkan, seakan mengertikan betapa menderitanya Adelio ada di sini. Oh, betapa Sean merindukan Adelio.
"Maafkan Dad, Lio, semua ini sudah berakhir, aku berjanji akan menjadi ayah yang baik untukmu". Dengan enggan Sean melepaskan pelukannya pada Adelio, sedikit merapikan rambut Adelio dan tersenyum bisa menatap kembali wajah manis putranya.
"Dad". Panggil Adelio dengan mata yang mulai berkaca. Ia ingin menumpahkan segala kekesalannya dan rasa kecewanya pada Aaron. Namun yang Adelio bisa lakukan hanyalah terisak dan hal itu cukup membuat Sean terkejut.
"Ada apa sayang? Kau bersedih? Ini semua sudah berakhir, kita bahkan mendapatkan rumah baru dari Mr. Matthew, kita bisa kembali seperti dulu, aku akan menghubungi Mark saat kita sudah sampai di sana, Hary masih menyimpan ponselku karena pernah menghubungi Mark kemarin lusa". Ucap Sean sambil tertawa kecil berusaha menghibur Adelio.
Namun jawaban Adelio hanyalah gelengan kepala yang begitu lemah, ia kembali menangis dan memeluk Sean, Adelio terisak cukup menyakitkan bagi Sean. "Dad, maafkan aku". Ucap Adelio di sela isakannya.
Sean menepuk pelan punggung Adelio beberapa kali. "Kau tidak pantas untuk meminta maaf Lio, ini semua salahku, aku yang harusnya meminta maaf padamu".
Adelio semakin terisak dengan kencang, ia menumpahkan segala keperihannya pada Sean. "Aku sedang hamil Dad, Aaron sekarang membuangku, dia membebaskan kita untuk menjauhkanku dari hadapannya". Lirih Adelio. "Aku mencintainya". Lanjut Adelio yang diikuti isak tangis yang semakin dalam.
Mendengar itu sontak Sean mengepalkan tangannya, ia tidak terima dengan apa yang sudah Aaron lakukan. Wajahnya berwarna merah menahan amarah yang ingin secepatnya harus ia keluarkan untuk Aaron, tidak peduli apa yang akan Sean dapatkan nantinya, yang terpenting saat ini adalah menghajar wajah tampan itu hingga babak belur!
Aaron tampak fokus pada foto yang menunjukkan wajah seseorang, kali ini ia dibayar mahal oleh seorang pria asal Brazil untuk menemukan pembunuh yang sudah mengakhiri nyawa putrinya dengan begitu tragis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Mafia (Nomin)✓
RandomBOOK 3 Happy reading guys ʘ‿ʘ Warning ⚠️: ° b×b ° homo ° mpreg Start : 11/6/2024 End : 15/9/2024