20.

1.4K 97 14
                                    

Sesampainya di rumah, Aaron mengantarkan Adelio menuju kamar, ia kembali berjalan keluar kamar dan mencari Sarah. "Siapkan sup untuk Lio". Perintah Aaron yang langsung pada intinya, setelah mendapatkan anggukan dari Sarah ia kembali berjalan ke arah kamar dan melihat Adelio yang tengah duduk di atas ranjang.

"Sudah aku katakan aku tidak apa-apa Aaron, aku hanya merasa mual dengan bau wine tadi". Ucap Adelio pelan, ia turun dari ranjang dan berjalan mendekati Aaron.

Pria itu tak mengindahkan ucapan Adelio, ia menarik tangan Adelio dengan lembut kembali ke tepi ranjang. "Jika kau merasa mual dengan bau wine, seharusnya aku juga merasakannya jika ada yang berbeda dengan wine itu. Sekarang, kau beristirahatlah, Sarah sedang membuatkan mu sup, aku akan mandi dulu". Ucap Aaron lembut, tangannya mengusap pelan kepala Adelio.

"Maafkan aku, tadi membuatmu cemas". Ucap Adelio kemudian, garis bibir Aaron mulai menarik ke atas, tersenyum dengan lembut dan membuat Adelio merasa bertambah jatuh cinta terhadap sosok pria di depannya.

Aaron menangkap jelas apa yang menjadi pusat perhatian Adelio, ia pun mendekatkan wajahnya dan bibir mereka pun bertemu, permukaan halus yang membuat darah keduanya berdesir halus seiring dengan usapan lembut yang Aaron berikan di bahunya.

Aaron memperdalam ciumannya, Adelio benar-benar membuatnya candu, rasanya Aaron tak pernah cukup merasakan submisive itu. Balasan yang diberikan Adelio membuat Aaron cukup frustasi, ia ingin melakukan hal yang lebih namun ia mengerti dengan kondisi tubuh Adelio yang sedang lemah.

Dengan kesadaran yang masih tersisa di kepala Aaron, ia mulai menjauh dengan perlahan, memperhatikan wajah Adelio yang begitu menggoda dan menambah kecantikannya. "Tidak perlu meminta maaf Lio, aku ingin selalu melihatmu sehat dan aku harap jangan pernah membuatku cemas kembali". Ucap Aaron.

Tak berapa lama, seorang pelayan datang membawa sebuah nampan berisikan sup yang masih mengepul dengan panas, segelas air juga buah-buahan. "Makanlah, aku harap kau menghabiskannya". Ujar Aaron. Ia pun berjalan menuju sofa panjang di bagian ujung kamar, membuka jasnya dan menarik jas dengan sembarangan, Aaron lalu berjalan ke arah kamar mandi dan melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Aaron mulai merasakan dinginnya air yang terasa segar membasahi tubuhnya.







~~~~

Di tempat lain, Rion menatap layar ponselnya dengan raut wajah yang sulit diartikan, keningnya berkerut namun bibirnya tersenyum dengan samar. "Submisive itu hanyalah anak dari seorang penjudi?". Tanya Rion penuh ejekan di wajahnya, ia mengangguk pelan, pantas saja Adelio cukup berani melawannya, ia tak seberharga yang Rion bayangkan.

"Kau bisa menghempaskan submisive itu seperti semut sayang, rupanya Aaron sudah memiliki banyak casino di berbagai kota, ini bisa menjadikan keluarga kita kembali dipandang". Ucap seorang pria yang sangat mendukung Rion dalam mendekati Aaron. Siapa lagi jika bukan sang ayah yang gila harta.

"Tentu saja Dad, aku tak akan membiarkan Aaron pergi dariku lagi, aku harus mendapatkannya sekarang juga, cepat atau lambat Aaron hanya akan menjadi milikku, dan aku sangat yakin Aaron masih mencintaiku Dad, bahkan pertunangan yang Aaron ucapkan saat itu hanyalah bualan belaka, dia hanya tak ingin menunjukkan rasa cinta yang masih tersimpan padaku". Desis Rion pelan.

Rion mengambil ponselnya dengan cepat, ia sudah mendapatkan nomor ponsel Aaron. Semua penantian yang ia rasakan bertahun-tahun ini sepertinya tak sia-sia.









~~~~

Malam ini Adelio tertidur dengan cepat, Aaron membuka pintu pelan balkon dan duduk ditemani dinginnya malam yang terasa menusuk kulit.

Aaron mengeluarkan hasilnya dan membuka kembali pesan masuk dengan sebuah lampiran foto yang diambil secara diam-diam bahkan dari jarak jauh melewati jendela rumah terbuka. Dalam foto tersebut terlihat jelas sepasang kekasih tengah bercumbu dengan tenang. "Benar-benar pemain yang handal". Gumam Aaron. Belum 2 hari Adelio genap memutuskan Mark, dan kini pria itu sudah berhasil membujuk sahabat Adelio dalam ucapan, namun entah, mungkin saja mereka memang sudah menghianati Adelio jauh sebelum Adelio menjadi tawanannya.

Tawanan Mafia (Nomin)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang