Aaron melepaskan dasi itu dengan paksa, ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Adelio benar-benar membuatnya kesal, sepertinya tak ada hari tanpa perdebatan bagi mereka.
Ia mendekatkan diri pada cermin, wajahnya sedikit memiring dan memperhatikan luka kecil yang ada di atas telinganya. "Sial". Gumam Aaron, ia menyalakan kran air dan membasuh luka kecil itu dengan jemarinya. Seharusnya ia berpikir fokus, tidak memikirkan submisive keras kepala itu yang menyebabkan Aaron kehilangan sedikit konsentrasinya.
Setelah merasa cukup dengan luka kecil itu, Aaron memutuskan untuk membersihkan dirinya, hari ini cukup melelahkan bagi Aaron, terlalu banyak kejadian yang tak terduga.
~~~~
Adelio terdiam kembali, wajahnya tampak muram sambil menatap paper bag yang ada di hadapannya, ia membuka paper bag itu dengan pelan dan menemukan sebuah setelan jas yang begitu indah. "Aku tak seharusnya membuat dia marah". Gumam Adelio pelan, jika di pikir memang Aaron tidak begitu kejam, pria itu tak pernah berbuat kasar ataupun menyakitinya, hanya ucapan pedas yang Adelio yakin hanyalah sebuah ancaman belaka, tak ada keseriusan di setiap ucapan yang sering ia lontarkan.
Adelio pun melayangkan pandangannya pada pintu kamar mandi yang mulai terdengar suara gemericik air. Adelio menghembuskan nafasnya keras, ia pun bangkit dan menaruh paper bag tersebut di atas meja. Adelio berjalan ke arah koper kecil yang ada di atas meja berwarna putih di samping tempat tidur. "Mungkin baju santai untuk sore ini". Gumam Adelio pelan. Ia pun menyiapkan pakaian yang akan digunakan Aaron sore ini, ia tetap harus minta maaf dan berterima kasih pada Aaron yang sudah menolongnya tadi.
Ya, walaupun itu memang sudah tanggung jawab Aaron karena sudah membawanya dalam masalah yang ia hadapi hanya karena membawa koper hitam misterius itu.
~~~~
Aaron mengusapkan handuk kecil pada kepalanya dengan gerakan pelan, ia keluar dari dalam kamar mandi dan cukup terkejut melihat Adelio menghampirinya dengan pakaian yang ia bawakan. Kerutan kening yang samar tampaknya membuat Adelio mengerti kebingungan Aaron. "Aku pikir kau tidak akan kemana-mana sore ini, jadi aku memilih pakaian santai untukmu". Ucap Adelio tampak gugup, bahkan pandangan Adelio tak menatap langsung ke arah Aaron.
Sudut bibir Aaron menarik kecil keatas, ia tak menjawab ucapan Adelio dan menatap submisive itu sampai menoleh ke arahnya. Tak berapa lama, benar saja, Adelio memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Aaron yang tak mengeluarkan kata sedikitpun. "A-aku ingin minta maaf untuk kejadian tadi, a-aku juga ingin berterima kasih kau sudah menyelamatkan aku". Ucap Adelio pada akhirnya. Ini yang Aaron inginkan dari tadi, mendengar setidaknya kata terima kasih, bukan menuduhnya dan menyulut emosi Aaron yang kelelahan.
Kali ini Aaron tersenyum, ia mengambil pakaian yang ada di tangan Adelio. "Aku pikir kau tidak tahu berterima kasih Lio, baiklah, aku memaafkanmu". Ucap Aaron. Nada suaranya itu begitu lembut, tatapan yang begitu tenang pun kembali terlihat tampak ceria. Tak ada lagi tatapan tajam yang menakutkan seperti tadi, dan itu membuat ketampanan Aaron berkali-kali lipat bertambah.
Lagi-lagi Adelio hampir menahan nafasnya sebelum pada akhirnya Aaron kembali masuk ke dalam kamar mandi, terpesona kah Adelio pada sosok Aaron? Ia tak bisa lagi menatap Aaron di waktu tertentu.
Wajahnya seketika bersemu merah, Adelio merasa ada yang salah dengan dirinya, ia dengan cepat menggelengkan kepalanya dan kembali duduk di atas sofa.
~~~~
Malam hari pun tiba, Aaron dan Adelio sudah bersiap dengan begitu sempurna, mereka tampak serasi dengan pakaian yang mereka kenakan. "Ingat, jangan mempermalukan aku". Ucap Aaron saat mereka berjalan keluar dari dalam lift. Keadaan lantai atas sudah tampak ramai, beberapa orang yang hadir terlihat begitu memukau dengan menggunakan pakaian terbaik mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Mafia (Nomin)✓
DiversosBOOK 3 Happy reading guys ʘ‿ʘ Warning ⚠️: ° b×b ° homo ° mpreg Start : 11/6/2024 End : 15/9/2024