Film ikut kemauan -atau bisa dibilang paksaan Papa dengan permintaan pasal pertemuan Namtan dan saudara-saudaranya itu. Film nggak tahu kenapa ini keluarga kaya doyan banget bikin acara kumpul atau apapun yang berbau merayakan. Apalagi, ini sehimpun persaudaraan Tipnaree. Film bakal geprek Namtan kalo semisal ini modus dia buat kenalin saudara Tipnaree dia yang lain.
Awas aja!
"Yang itu bukan, sih?" Lovey deham gugup pas di sudut kafe, kelihatan ada segerombol dominan berkumpul. Terlihat meyakinkan apalagi setiap orang di sana berbusana apik. Lovey ingat gimana Film menceritakan betapa berduitnya keluarga itu.
Ah! Kecuali Namtan.
Cuma pake kaus hitam polos berlengan ketat pada biseps, juga dipadu celana kain warna cokelat gelap.
Film ngernyit, Namtan bukan anak tiri 'kan ya? Bahkan Pansa Vosbein yang sandang marga selain Tipnaree aja bisa termasuk spesial di keluarganya. Film ingat banget Namtan puji Pansa melulu demi yakinin Film, aslinya bosan dan muak.
Namtan menyadari kehadiran Film, anak itu bergegas mendekat, pasang senyum cerah nan lebar hingga tampak gigi. Matanya sampe ikut senyum di posisi sedekat ini. Film jahat banget kayaknya ya kalau jahatin Namtan cuma karena benci kejadian perjodohan ini? Karena semakin ke sini, Film sadar betul bukan cuma dia yang korban. Namtan keberatan, tapi keluarganya terlalu tangguh di lawan, sama halnya Papa di rumah.
"Gue kira nggak jadi datang?"
Film putar mata, "Papa maksa." Bingung juga, nadanya jutek, dingin, angkuh dan sejuta kata nggak mengenakan menyapa kuping lainnya.
Namtan bisanya senyum, kali ini Lovey sendiri paham senyumnya nggak enak. Senyum bersalah. Lovey lirik Film, merasa kejam betul bestie-nya. "Sori ya.. gue juga kaget tiba-tiba sodara-sodara udah kumpul dan minta gue bawa lo juga ke sini." Namtan pindah pandangannya ke Lovey, "Hai! Lo pasti Love ya?"
"Kok tau?" Lovey tertawa kikuk. Lirik Film bingung.
Namtan ngangguk. "Gue kenal dari berkas-berkas firma hukumnya keluarga Rachanun."
Film mukanya langsung terganggu. Ya memang ekspresi di wajahnya nggak ada niat bahagia sedikit ketemu Namtan. "Ngeri banget berkas kantor sampe di elo." Dari tadi terkesan sinis. Nyembur Namtan lagi dan lagi.
Namtan geleng kepala. Mengerti jalan pikir dan prasangka Film. "Bukan, itu berkas bokap lo yang kasih. Gue sebagai anak hukum, lumayan senang sih dapat berkas kasus buat tugas." Namtan tunjuk arah sekitar 10 meter dari kumpulan keluarganya, minta dua cewek itu ikut gabung.
Di sela langkah pelan, Lovey sikut bahu Film. "Jahat banget sama anak cakep." Bisiknya gemes, lirik Namtan di dua langkah depan mereka.
"Makan tuh cakep!" Dibalas galak tapi jagonya bisik. Terlebih muka Pansa di ujung meja kelihatan merhatiin Film lamat-lamat. Ganti-gantian. Lihat Namtan, terus lihat Film tanpa bisa Film nilai ekspresi macam apa yang Adik tiri Namtan itu pasang.
"Nih guys, Film udah datang sama teman sekantor Film, Love!" Namtan, bersama suara selalu ceria.
Saudara-saudara Namtan nyatanya nggak sendiri. Film absen pandangan ke arah meja perkumpulan itu. Di isi saudaranya, dan gandengan mereka mungkin? Ada beberapa cewek cantik berdandan rapi dan mahal di sini.
"Halo Film!" Salah satu dari banyaknya saudara Tipnaree menyapa pertama.
Film kasih senyum, sebenarnya nggak ingat muka itu di beberapa pertemuan keluarga. Namtan mungkin langsung peka, jadi dengan niat baik, dan suara cerianya, "Jan namanya. Sodara nomor 3. Mungkin baru lihat karena Jan baru pulang karena kerja di luar."