Hari ini Namtan proposal skripsi. Banyak faktor yang bikin Namtan terbilang nekat ngurus penelitiannya, entah karena memang sudah kewajibannya apalagi dorongan semester yang terus berjalan, atau hinaan dalam bentuk sarkasme saudara-saudaranya, juga mungkin ledekan Film yang tiada henti padanya.
Awalnya memang bakal kedengeran bercanda, dan lucu-lucuan, aduh si semester tua. Cuma kok lama-lama mulai sering singgah di hati, nggak jarang rasanya menusuk sampe perih, buat Namtan malas ketemu orang. Trauma ditanya-tanya kapan kelar studi.
"Lo di mana deh?"
Itu suaranya saudari Film Rachanun, masih jutek seperti biasa nadanya, pagi-pagi telepon Namtan, tanya-tanya, basa-basi, meski tumbenan banget dia telepon duluan.
"Di kampus Film, ini mo ujian. Kenapa? Jemput ya?"
"Ujian tengah semester?"
Namtan dehem, rada nggak yakin jawabnya, pasti dicengin kalo dia jujur. "Bukan, gue mo ujian proposal."
"Serius Tipnaree."
'Kan. Pasti muka remeh-temeh cewek ini terpasang pas dengar itu. Namtan ngangguk refleks meski Film di firmanya nggak bakal lihat muka keseriusan Namtan. "Ya serius Racha. Ini bentar lagi jam 9-an gitu ujian bakal di mulai."
"Nggak percaya. Coba penelitiannya apa, kualitatif atau kuantitatif?"
Namtan ngernyit, senyum dikit. Namtan sejujurnya nggak pernah nyangka bakal sedekat itu sama Film, karena kalo dibanding awal pertemuan, ini cewek galaknya kebangetan kayak nganggap Namtan najis paling parah, ya masih galak sampe sekarang, bedanya mereka udah akrab, udah gitu doang. "Malah tiba-tiba jadi dosen penguji gini.."
"Fokusnya apa? Pidana? Perdata? Tata usaha negara? Atau yang lain?"
"Pidana."
"Tentang?"
"Cerewet banget!" Cuit mungil Namtan gemes, nggak ada kayaknya yang percaya dia hari ini ujian proposal, dari orang rumah, bahkan Film sekalipun. Tapi dia meneruskan, "Kekerasan anak."
"Bawain bunga buat congrats-in nggak nih?"
"Nggak usah ibu pengacara. Baru juga prop,"
Film kedengeran terkekeh geli di sana. Namtan spontan garuk kepala salah tingkah. Jangan tanya kenapa, dia juga nggak tau.
"Semangat, semoga nggak di bantai!"
Namtan senyum, "Yoi, makasih. Tapi lo mau ngomong apa deh? Tumben banget telepon."
"Nanya aja, soalnya gue nanti malam ada kondangan temen."
"Oh.. butuh partner?" Senyumnya Namtan jadi iseng banget. Muka ogah dan jengah Film langsung terbayang di kepala. Jangan tanya gimana megahnya gengsi saudari Film Rachanun.
"Nggak sih, gue punya temen, Perth juga datang sama beberapa mantan gue. Gue takut di goda."
Namtan selalu mati kutu, dengan jengah Namtan ngangguk. "Iya iyaa Racha. Tapi gue ada pertemuan sekitar jam 6-an gitu. Acaranya malam 'kan ya? Jam berapa? Gue nyusul."