libary

14 1 0
                                    

Setiap luka memang menyakiti,namun dari luka itu lah kita memiliki keberanian untuk menghadapi sakit nya.
_Alif pramana_
__________________________________

Pertemuan pertama antara Fina dan anggota inti "libary" berakhir dengan suasana yang tegang dan canggung.

Fina, yang menyukai geng motor, mengajukan banyak pertanyaan yang membuat Reza dan Andes tercengang.

"Kalian tahu aku menyukai kalian," ujar Fina sambil menunjuk Reza dan Andes.

"Mmm kalau aku saja tidak apa mbak, tapi kalau kami berdua? Mmm gimana yah," Reza tertawa canggung.

"Kalau semuanya gimana," tambah Fina sambil tersenyum lebar.

"Serakah sekali," gumam Andes pelan.

"Dengar, aku tidak punya banyak waktu," ujar Fina serius.

"Baiklah langsung saja," ujar Ardian sambil duduk di depan Fina.

"Kalau mau ngelamar saya, nggak bisa," ujar Fina menatap Ardian.

Ardian memutar bola mata malasnya.

Andai saja dia tidak yakin kalau Fina adalah kakak kandungnya, dia tidak mau berjongkok di depan wanita selain Tiffany.

"Bos mau ngelamar," bisik Andes pada telinga Arya.

Arya mendelik kesal kepada Andes.

"Maaf, wakil ketua," Andes menjauhkan dirinya.

"Sebenarnya saya ingin bertanya," ujar Ardian.

Fina memperhatikan wajah lelaki di depannya.


"Apa masalahmu?" tanya Fina menatap Ardian.

"Hah," Reza berdehem saat mendengar pertanyaan Fina.

"Masalahku?" tanya Ardian yang diangguki Fina.

"Kenapa kebiasaanmu memakai kuncir? Itu sangat lucu," ujar Fina sambil tertawa meledek Ardian.

Ardian memang sering memakai kuncir di kepalanya. Namun sebelumnya, tidak ada yang berani menertawakannya kecuali ibu dan Tiffany.

Reza dan Andes yang sejak tadi bicara terdiam karena Fina.

"Hhhe, maaf yah, tapi itu lucu sekali. Oke, aku nggak akan bicara lagi. Ya sudah, silakan bicara," ujar Fina sambil mempersilahkan Ardian bertanya lagi.

Lagipula keadaan sudah tegang dan dia tak bisa berkata-kata lagi.

"Dari mana mbak bisa dapat kalung liontin mawar ini?" tanya Alif.

"Kukira mau nanya apa, ternyata kalung toh," pikir Fina.

"Ini kalung..." Alif berpikir panjang dan menghembuskan napasnya secara perlahan.

"Apa?" tanya Fina penasaran karena Alif menghentikan perkataannya.

Alif menghela napas panjang. "Kalung ini adalah milik keluarga kami yang hilang bertahun-tahun yang lalu. Bagaimana bisa kamu memilikinya sejak kecil?"

Fina terdiam, mencoba mengingat. "Saya benar-benar tidak tahu asal-usul kalung ini. Yang saya tahu, kalung ini sudah ada sejak saya kecil."

Ardian menatap Fina dengan tajam, namun ada ketulusan dalam tatapannya. "Baiklah. Kami akan mencari tahu lebih lanjut tentang ini. Tapi satu hal yang pasti, kamu aman bersama kami."

Pertemuan itu berakhir dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab, tetapi ada harapan bahwa misteri kalung itu akan segera terungkap.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku anak ibu mertua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang