FIGHT

1K 62 36
                                    

Pagi yang damai, terpecahkan oleh suara dentingan antar sesama benda logam. Apalagi jika bukan suara denting bilah pedang yang saling beradu.
Di sebuah rumah yang cukup luas dan bergaya tradisional itu terlihat dua orang sedang mengadu keahlian berpedang mereka. Satu lawan satu. Terlihat seimbang. Dan jika dilihat lagi semakin dekat, dua orang dewasa itu nampak begitu serius dalam kegiatannya.

Tring!

"Che! Kau mulai serius rupanya." Ucap salah seorang pria itu. Rambutnya putih keabuan, wajahnya tampan walau banyak bekas luka dan badannya pun berotot. Keren memang. Shinazugawa Sanemi namanya. Dia adalah seorang Hashira Angin.
Sedangkan pria yang satunya berambut hitam diikat satu dengan wajah tak kalah tampan. Kulit putih dan mata tajam namun meneduhkan, Tomioka Giyuu namanya. Seorang Hashira Air. Mereka berdua adalah Hashira dari Korps Pembasmi Iblis dengan sifat yang sangat bertolak belakang.

Tomioka Giyuu terlalu dingin, sedangkan Shinazugawa Sanemi terlalu tempramen.

Akan tetapi, sikap mereka yang bertolak belakang itu justru yang menyatukan mereka berdua. Lebih dekat dari sahabat, mereka memiliki hubungan spesial. Yang mana hanya mereka saja yang mengetahuinya. Sedangkan rekan mereka sesama Hashira tidak ada yang mengetahuinya. Back street? Oh bukan. Mereka hanya sengaja tidak memperlihatkan hubungan spesial mereka didepan rekan-rekannya. Privasi katanya.

Tring!!

Satu serangan kembali bisa ditahan oleh Giyuu. Wajahnya yang tidak ada ekspresinya itu tetap datar padahal dirinya sedang menahan serangan dari Sanemi. Jangan disepelekan, meski ini hanya latihan basa-basi, namun Sanemi sama sekali tidak main-main dalam menggunakan tenaganya. Beringas juga, menarik.
"Ugh." Giyuu nampaknya agak kewalahan atas serangan Sanemi yang ini. Setetes keringat mulai meluncur bebas dari pelipisnya. Tangannya sedikit gemetar karena menahan serangan Sanemi. Padahal tadi Giyuu hanya mengajaknya untuk latihan basa-basi saja daripada tidak ada kegiatan di kediaman Sanemi.

Sanemi rupanya menyadari setetes keringat Giyuu yang meluncur itu. Lalu dengan perlahan, Sanemi menurunkan tenaganya dan mengakhiri sesi latihan itu. Giyuu agaknya sedikit terengah. Bisa-bisanya Sanemi tetap sekuat ini dalam latihan basa-basi ini.
"Kau perlu melatih kekuatan ototmu lagi." Ucap Sanemi sembari memasukan nichirinnya ke dalam sarung pedang yang terselip di ikat pinggangnya.
"Shinazugawa-san yang terlalu serius." Jawab Giyuu sambil melakukan hal yang sama. Mengamankan nichirinnya.
Sanemi menghela napas. Sikap tempramennya memang susah hilang. Namun saat berdua bersama Giyuu, tempramennya bisa dengan mudah mereda.

Sanemi mendekati Giyuu yang sibuk mengatur nafas sambil menutup mata. Sedikit berkeringat, terlihat di pelipis putih Giyuu. Sanemi kemudian tanpa ragu mengusap peluh itu dengan tangannya. Hal itu membuat Giyuu reflek membuka matanya. Giyuu kemudian menatap Sanemi yang masih sibuk menghapus keringat di pelipisnya itu. Diperhatikannya wajah Sanemi yang kini sangat dekat dengan wajahnya.
'Sanemi-san.' Panggilnya dalam hati. Terpana? Sudah jelas iya jawabannya. Pria bermarga Shinazugawa itu telah merenggut hati dan perasaannya tanpa ampun.

"Sudah berapa kali aku mengingatkanmu untuk tidak memanggilku dengan nama marga Shinazugawa saat kita sedang berdua." Ucap Sanemi. Dia kini beralih untuk membelai pipi putih Giyuu. Tak lupa, memberikan tatapan serius untuk pria tampan bermarga Tomioka itu.
"Maaf, sudah jadi kebiasaan. Jadinya selalu reflek begitu."
"Jangan terlalu sering diulangi. Nanti aku jengkel."
"Baik, Sanemi-san."
Sanemi lalu mengajak Giyuu untuk duduk di teras belakang rumahnya. Di halaman belakang ini mereka sering latihan bersama walau hanya sekedar basa-basi. Waktu luang yang mereka miliki sering kali mereka gunakan untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Di kediaman Sanemi inilah sekarang Giyuu sering menghabiskan waktu luangnya.

Dua nichirin itu kini terlihat diletakkan secara berdampingan. Air dan udara, elemen murni dari alam. Yang menyejukkan dan yang memberikan kehidupan.
Sanemi dan Giyuu duduk berdampingan, sama seperti nichirin mereka yang juga berdampingan. Biarkan beristirahat sejenak.
Tak terasa sudah mulai siang, matahari semakin terik dan terasa cukup panas. Sanemi dan Giyuu sama-sama melepaskan haori mereka. Menyisakan seragam korps pembasmi iblis mereka yang tak tertutupi haori. Istirahat sejenak agar keringat yang mengalir bisa segera hilang.
"Ada apa, Sanemi-san?" Tanya Giyuu yang sejak tadi dia sadar jika Sanemi terus-terusan menatapnya.
"Tidak ada. Hanya terheran."
"Hm?" Alis Giyuu naik sebelah saat mendengar jawaban Sanemi.
"Kenapa memilihku?" Tanya Sanemi.

SWORDSMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang