02. Berkumpul Kembali

6 2 0
                                    

Youth Of June update lagi uhuyy😎

Happy reading Manteman😘🤏🏻

*****

Dea meregangkan otot-otot usai menyelesaikan ritual mandi. Pinggangnya terasa encok dan pegal di tangan kakinya akibat kerja bakti membersihkan kampung Sugar siang tadi. Dia mendudukkan bokongnya di kursi belajar. Menelisik jejeran kertas kecil yang bertuliskan keinginan-keinginan Dea sejak tahun 2019 lalu hingga kini.

Dea mengerucutkan bibirnya membaca satu persatu keinginannya di tahun 2019 lalu. Tak ada satupun yang tercontreng. Dea menyingkirkan foto-foto hasil jepretannya yang berserakan di meja, menarik kardus paket yang dia terima dari Alfin tadi siang.

"Gue kira dia kurir ternyata yang punya ARP express." Dea merutuki dirinya lantaran beropini tanpa mendengar cerita sebenarnya dulu.

Dea mengangkat tinggi buku bersampul hitam yang dia beli dan pulpen warna-warni. Ekspresi senangnya berubah kala mengingat Ibnu mengajaknya berkumpul menikmati hidangan yang dibelikan Alfin sebagai acara penyambutan lelaki itu.

Dea meraih foto yang pajang apik di jejeran buku-buku lama. Dia mengulum senyum simpul memperhatikan satu persatu sekumpulan anak-anak kecil didalam foto itu tengah berada ditengah sawah sembari berpose.

Tangannya mengelus wajah Alfin kecil yang sangatlah manis dan polos. Jauh berbeda dengan sekarang yang nampak sangat tampan dan mapan. "Lu kok jadi ganteng sih, bang." Kemudian menyimpan kembali foto tersebut ke tempat semula.

Ingatannya kembali tertuju pada hari kemarin malam dimana dia tiba-tiba saja ada didalam kamarnya di pagi hari padahal yang dia ingat dia sedang ada di halte bus usai menyelesaikan pemotretan. Dea tak ingat caranya dia pulang. Bahkan saat bertanya pada neneknya pun nenek tak mengetahuinya.

Saat dirinya berkedip tiba-tiba saja dia ada di ruang kelas bercat biru tua disertai bisingan seorang pria memanggil-manggil namanya, namun saat dirinya menengok kebelakang, dia kembali berada di kamarnya dengan posisi persis seperti semula membuat napasnya tercekat sesaat menyadari keberadaannya kini.

Lamunannya langsung sadar kala suara cempreng Boy melengking memanggil-manggil mananya didepan rumah membuatnya berspekulasi bahwa Boy lah yang memanggilnya tadi dan tak mempermasalahkan hal itu lagi.

"Mungkin aja itu emang Boy."

Dea keluar kamar tak lupa menutup pintu kamar kembali. Melirik Nenek yang terpejam di depan televisi yang menyala. "Kebiasaan nih nenek-nenek. Tidur depan tv. Lagian belaga sih nonton sinetron udah tau punya mata gampang tidur." Dea mengomeli Nenek Ja yang tertidur pulas sembari menyelimuti Nenek Ja sebelum pergi.

"Lama amat sih."

"Ya sabar lah anj-"

Dea tak melanjutkan perkataannya lantaran sosok Alfin berdiri tegap disamping Boy. Dea meringis malu.

"Nggak baca grup nih pasti," decak Boy. "Disuruh pake dresscode serba hitam anjir sama si Nuje."

Dea berdecih. "Tinggal jalan ke belakang, Boy. Ngapain pake serba hitam, kayak mau ke pemakaman aja."

"Iya. Mau anter si Nuje kesana, De."

"Oh kalau begitu gue ganti baju dulu." Hendak kembali masuk ke rumah, Boy mencegahnya dan menyentil dahinya. "Ayo buruan. Si Nuje ntar marah." Menuntun Dea agar berjalan cepat diikuti Alfin di belakang mereka.

"Lah ini kan acara penyambutan bang Alfin, ngapain dia yang marah."

"Lo kayak nggak tau si Nuje aja, De."

Alfin mengejar langkah lebar kedua manusia didepannya. Dia melempar senyuman tipis saat langkahnya sama dengan Dea dan Boy. Melirik pada tangan Boy yang menggenggam lengan Dea. "Kalian akrab banget ya?"

Youth Of June (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang