15. Keseruan

5 1 0
                                    

Vila milik Pak RT kampung Sugar mampu menyihir setiap pengunjungnya terpesona karena desain serta interiornya yang terbilang cukup menarik dan bersih tanpa debu. Dua pilar penyokong menjulang tinggi ditengah ruangan besar yang sengaja dibuat tanpa sekat.

Setelah mengajak tour villa selayaknya anak TK sedang menjalankan study tour yang dipimpin oleh Alfin Ramadhan sebagai anak dari pemilik vila tersebut. Namun, Dea dan lainnya dibuat penasaran lantaran Alfin tak mengenalkan satu kamar paling pojok.

"Kita gak kesana, bang?" tanya Dea. Pasalnya Alfin mengarahkan mereka menuju dapur dan kolam renang.

Alfin terdiam sejenak, memandangi pintu kamar tersebut. "Itu cuma gudang kok. Gak ada apa-apa."

Dea ber-oh ria paham meski Alfin tampak menyembunyikan sesuatu didalam kamar tersebut. Tanpa melakukan kesalahan apapun, bahunya disenggol kanan kiri sekaligus oleh Ibnu dan Fikri yang melewatinya.

"Sok asik lo berdua!" umpat Dea. Seandainya bukan ditempat baru, bisa saja dirinya akan meneriaki kedua pria tengil itu sampai tuli.

Belum usai memaki Ibnu dan Alfin, si pria tengah menjayak anaknya itu ikut-ikutan. Pada akhirnya Dea menghela napas lelah. "Sok asik lo calon duda!"

Dea menatap tajam Akbar disampingnya. Matanya mengintimidasi, tubuhnya mengambil ancang-ancang takut-takut pria itu akan melakukan hal sama. Meski pada akhirnya hanya dibalas senyuman simpul oleh si empu yang tak tahu apa-apa itu.

Mereka berkumpul di gazebo sisi kolam renang, semua barang-barang kecuali bahan-bahan makanan ditinggal di ruang tamu.

"Toilet dimana, bang? Gue kebelet nih," ujar Dea.

Alfin menunjukkan kamar mandi yang telah diketahui mereka semua, Dea hanya berbasa-basi saja sebenarnya.

Dirinya pergi ke toilet meninggalkan Ibnu, Boy dan Fikri sedang mengambil ancang-ancang menyebut kolam renang layaknya manusia tak pernah melihat kolam renang saja, huh.

Alfin tersenyum simpul menatap punggung Dea yang perlahan menghilang. Dia senang bisa membuat perempuan itu takjub oleh pemandangan sekitar villa. Meski sempat bertengkar dengan sang ayah yang tak mengijinkan mengajak teman-temannya berkumpul di villa tersebut dengan alasan akan ada yang menyewanya.

Padahal Alfin sudah mendapat informasi bahwa hari itu tak ada orang yang membooking villa. Hingga akhirnya Alfin membooking villa dua kali lipat dari harga yang ditentukan.

"Fik, badan lo kayak lidi," ledek Ibnu. Mulutnya memang tak memiliki filter seperti TikTok.

Orang yang mendengarnya langsung meneriaki Ibnu. Suasana menjadi ricuh oleh celetukan anak bos jengkol itu.

"ISTIGHFAR, NUJE!"

"Tau lo! Kayak badannya mirip anime aja."

"Sori aja nih Fik, Nuje mulutnya gak di sekolahin."

"Lo pilih pulang atau diem?!"

Area kolam berenang yang tadinya sunyi hanya diisi oleh suara percikan air kini berubah menjadi ricuh mengepung Ibnu Zayana pria bermulut tanpa filter itu.

Rema memukul bahu Ibnu tanpa ampun. Ya dapat dilihat raut wajah Fikri mendadak berubah datar dan pendiam seperti sakit hati mendengar celetukan spontan Ibnu.

"Eh udah woi," lerai Fikri memisahkan Ibnu dari jangkauan Rema dan Boy.

"Tahu lo lebay. Fikri yang gue katain aja diem," decak Ibnu membenarkan kemeja pink pantai.

Ditengah teriknya matahari, Ibnu dan Fikri menceburkan tubuhnya ke dalam kolam berenang hingga airnya terciprat membasahi apa saja yang ada di tepi kolam berbarengan dengan pekikan Rema yang melengking tinggi.

Youth Of June (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang