Himmel - Episode 17

5.7K 681 178
                                    

Selamat membaca dan Semoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Tak ada suara. Semua orang terdiam. Mendengar suara pernyataan cinta pada seorang putri tunggal Lingston. Sudah cukup membuat jantung mereka berhenti sejenak.
Kebodohannya pantas untuk di puji.  Semua cukup terkejut terutama Miracle. Gadis itu menatap Rue. Sesuai dugaannya, papanya itu terlihat sangat marah. Czar sadar akan kebodohannya namun tidak ada pilihan lain. Hanya inilah satu-satunya cara untuk mencegah Rue mengumumkan pada publik jika Diego adalah calon menantunya.

Sael menarik tangan Czar untuk menjauh. Laki-laki ini sudah gila. "Hei Czar! Apa yang kau lakukan?!" Sael bisa merasakan tatapan tajam dari tuan besar Lingston.

"Pa--papa!" Miracle memeluk lengan Rue. Jangan sampai terjadi hal yang buruk di pesta ulangtahunnya.

Rue melepaskan tangan Miracle dari lengannya. Pria itu menatap ke arah istrinya. Miciela yang mengerti tatapan suaminya itu langsung merengkuh lengan putri mereka.

"Papa!" Panggil Miracle lagi.

Rue berjalan mendekati Czar. Menatap wajah laki-laki itu dengan tajam. "Kau bilang apa?"

Czar tak mengalihkan pandangannya. Meskipun Ia takut. Ia tetap membalas tatapan ayah Miracle itu. "Saya mencintai putri anda tuan Lingston."

Sael ketakutan. Czar sudah hilang akal. Seharusnya dia menjaga sikapnya. "Hei Czar!" Tegurnya dengan berbisik. Dampak dari perbuatannya ini sangat besar.

Rue berdiri di hadapan Czar. Menatap  laki-laki bodoh yang telah berani mengatakan cinta pada putrinya yang berharga. "Kalau kau mencintainya. Lalu kau ingin apa? Ingin melamarnya? Ingin menikahinya? Berharap kau akan hidup mewah di rumah ini?"

Czar tak akan mundur. Semuanya sudah terjadi. Dia akan bertanggungjawab. "Ya! Dan tidak!"

"Pfft! Hahahaha!" Rue tertawa dengan kencang.

Bisa Czar dengarkan dari tatapan-tatapan orang-orangan itu suara-suara yang mengatakannya bodoh. Siapapun tahu betapa Rue sangat mencintai putrinya. Pria itu tidak akan menyerahkan tangan putrinya pada sembarangan orang. Kalau ada, maka orang itu telah memenuhi kriterianya.

"Apa kau sekolah?"

Czar menggeleng pelan. "Tidak."

Semua orang semakin terkejut. Mereka bilang, pantas saja dia bodoh.

"Lalu kau akan menikahi putri ku dengan apa? Dengan upah mengantar susu mu yang tidak seberapa itu? Atau dengan upah membersihkan jalanan kota? Lalu bagaimana kau akan membahagiakan putri ku? Dengan membawanya bersama mu setiap hari berkeliling kota mengantarkan susu dan mengangkut sampah?!"

"Papa!" Tegur Miracle dengan suara tinggi.

Rue menatap putrinya dengan tajam. "Kau dilarang berbicara Mi.ra.cle."

Himmel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang