Nothing

09 | Semakin tidak jelas.

.....

Waktu berjalan tanpa bicara. Tiba-tiba waktu sudah sampai di persimpangan untuk menghantarkan Hinata ke tempat yang selalu dia inginkan. Tepat setelah hari kelulusan beberapa waktu lalu, Hinata berhasil masuk ke salah satu sekolah favorit incarannya.

Tapi, karna hal itu pula yang membuat hubungan Sasuke dan Hinata sempat merenggang, atau mungkin lebih tepatnya sudah mengambang tanpa nyawa.
Mereka sudah tidak pernah bertemu lagi sejak Sasuke menyamar jadi tukang pipa. Hinata sibuk dengan sekolahnya sampai hampir melupakan kisah percintaannya. Terkadang Hinata memang rindu, tapi dia tidak bisa datang menemui Sasuke.

Sedang Sasuke, pria itu hanya bisa melihat Hinata dari jauh. Dia tidak bisa menghampiri Hinata seperti dulu lagi. Dan lebih parahnya, Hinata tidak pernah menelponnya lagi meskipun hukuman dari ayahnya telah usai.
Sasuke sendiri terkadang berfikir, sampai kapan hubungannya akan seperti ini?

Sasuke merasa mecinta dan merindu sendirian. Dia tahu kalau Hinata adalah seorang perempuan dan dia laki-laki, tapi Sasuke juga ingin Hinata sedikit saja berjuang, setidaknya berusaha ketemuan walau seminggu satu kali.

Tapi ini apa?

Sasuke selalu bersabar entah sampai kapan.
Dia bahkan tidak tahu, apakah hubungan ini masih bertahan atau tidak. Semuanya tidak jelas. Hinata tidak pernah memberinya kepastian, hingga penantian Sasuke terasa sia-sia saja.
Terkadang ada waktu di mana Sasuke lelah dan pasrah, dia ingin menganggap kalau hubungan ini telah berakhir. Namun, egonya mengatakan untuk terus menanti Hinata meskipun gadis itu mungkin sudah melupakannya.

"Kau sedang apa, Hinata?"

Sasuke menerawang jauh. Perasaannya gundah merana setiap memikirkan gadisnya.
Perasaannya tulus dan murni, tapi keadaan tidak pernah memberikan Sasuke kesempatan untuk memberikan semua itu pada Hinata.

~

Akhir pekan ini, Sasuke tidak punya kegiatan apapun. Dia juga sudah mengerjakan semua tugas kuliahnya. Minggu depan ada ujian semester yang membuat waktunya akan sedikit terkuras selama seminggu kedepan. Awalnya Sasuke hanya ingin menghabiskan sisa istirahatnya dirumah saja.
Tapi ketiga sahabatnya, Sakura, Karin, dan Suigetsu terus saja memaksanya untuk ikut jalan-jalan ke mall.

Dan berakhir lah Sasuke disini. Setelah nonton bioskop, rencananya mau makan siang bersama. Tapi berhubung Sakura dan Karin berbelanja entah kemana, sekarang Sasuke berjalan sendirian menuju tempat makan.
Jangan tanya kemana Suigetsu, pria itu budak cintanya Karin, jadi tidak usah heran kalau pria itu pasti akan selalu mengekor kemana pun wanita itu akan pergi.

Sasuke mendengus kesal saat suasana begitu ramai dan mulai berdesak-desakan ketika naik eskalator. Dia tidak begitu suka keramaian, ingin rasanya Sasuke kabur dan pulang saja dari pada harus melakukan semua ini.
Tapi ketiga temannya menyuruh Sasuke untuk memesan makanan terlebih dahulu. Berhubung Sasuke juga lapar, dia pun terpaksa menuruti semua itu.

"Permisi..."

Sasuke langsung bergeser sedikit ke kiri. Seorang gadis seumuran dengannya baru saja lewat dan berdiri di depannya.
Entah mengapa, Sasuke merasa eskalator berjalan terlalu lambat. Rasanya pengap sekali berdiri ditengah keramaian orang yang juga naik eskalator ini. Kalau tahu begini, lebih baik dia tadi naik lift saja.

Sasuke menoleh ke arah kanan.
Eskalator yang Sasuke naikki bergerak naik ke atas. Sedangkan eskalator yang ada di seberang kanannya bergerak turun ke bawah.
Disana juga terlihat berdesak-desakan.

Sasuke masih memperhatikan eskalator yang bergerak turun ke bawah. Matanya juga bertatapan oleh orang-orang yang berlawan arah dengannya.
Sekilas Sasuke merasa kalau gadis yang berdiri di depannya ini, semakin lama semakin mundur saja. Membuat tubuh gadis ini begitu dekat dengannya.
Berhubung disini juga ramai dan sempit, Sasuke tidak bisa menghindar. Pemuda itu hanya sesekali menahan napas, karna parfum gadis di depannya ini begitu menyengat. Sasuke tidak begitu suka aromanya.