16 | Alpukat

463 92 15
                                    

Sasuhina
.

Saat ini, Hinata menikmati hari-harinya menjadi seorang istri dan seorang wanita yang tengah hamil muda.
Tidak ada kegiatan pasti yang bisa dia lakukan selain duduk, berbaring, dan melamun di rumah sederhananya ini.

Rumah ini memang masih terlihat layak, hanya saja memang tidak besar seperti rumah kedua orang tuanya. Ada ruang tamu, dua kamar tidur, dapur, dan teras saja. Membuat Hinata tidak terlalu lelah untuk sekedar membersihkannya.

Sore ini, entah mengapa perasaan Hinata naik turun. Ada kalanya dia senang, ada kalanya dia sedih, dan terkadang Hinata suka menitikan air mata tanpa sebab.
Hinata sendiri tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi, tapi saat Hinata searching di internet, katanya itu hal yang wajar untuk seseorang yang sedang mengandung. Katanya itu hormon ibu hamil.

Hawanya terasa sedikit panas. Berhubung tidak ada AC di rumah ini, hanya ada kipas angin berdiri yang ada di kamarnya, jadi Hinata berbaring di ranjang sambil menyingkap kaos dan membiarkan perut buncitnya terekspos bebas.
Hinata suka sekali memandangi perutnya yang semakin membuncit, padahal usia kandungannya baru empat bulan lebih, tapi perutnya sudah sebesar ini.

Hinata tadi baca, kalau bayinya sudah sebesar buah alpukat. Itu artinya masih sebesar genggaman tangan saja, dan masih jauh dari kata sempurna. Dan paasti bentuknya sangat mungil dan menggemaskan pikirnya.
Tapi akhir-akhir ini, entah mengapa Hinata sering merasa mual. Padahal saat awal kehamilan dia tidak pernah merasakan mual sedikitpun, dan sekarang rasanya Hinata sering mual di waktu-waktu tertentu.

Di saat-saat seperti ini, Hinata ingin sekali makan yang segar dan berair. Seperti buah misalnya. Tapi sayang, di rumah tidak ada apapun yang bisa di makan selain air putih.
Hinata hanya berharap semoga Sasuke cepat pulang.

...

"Sasuke, kau tidak pulang?"

Sasuke menggeleng pelan,"aku ambil lembur satu jam." Jawabnya pada Asuma, seorang rekan kerjanya di bagian memasak.

Asuma menepuk bahu Sasuke.
"Kalau begitu aku pulang dulu. Nanti jangan lupa kunci dapur dan pastikan kalau semua bahan makanan aman."

Sasuke menganggukkan kepalanya.
Semua karyawan disini sudah pulang, hanya menyisakan beberapa orang saja yang memang sengaja ambil lembur tambahan.
Tadi saat Sasuke sibuk bekerja, dia mendapat pesan dari Hinata kalau dia sedang ngidam ingin makan buah yang segar.
Walaupun besok Sasuke ada kuliah pagi, tapi dia rela menyempatkan diri untuk mencari uang tambahan demi sang istri tercintanya.

Diam-diam Asuma memperhatikan Sasuke yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Pria paruh baya itu jadi teringat masa-masa mudanya yang sering mengikuti kerja paruh waktu seperti Sasuke. Betapa hebat semangat anak muda yang mau bekerja sambil kuliah seperti Sasuke. Bahkan dirinya dulu, lebih memilih bekerja dari pada capek melanjutkan kuliahnya.

Sedangkan Asuma tidak tahu saja, kalau Sasuke bekerja karna memang dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kalau saja Sasuke tidak menghamili anak orang lain, mungkin saat ini Sasuke tidak perlu repot-repot kerja dan bisa menikmati masa-masa kuliahnya dengan santai.

.

Sasuke menghela napas lelah.
Mimpi apa dia semalam sampai harus mendapatkan kesialan seperti ini?

Sudah capek-capek ambil lembur, Sasuke malah memecahkan setumpuk piring yang ada di rak.
Belum lagi, dia juga menumpahkan stok minyak satu liter yang ada di dapur.
Gajiannya bahkan masih setengah bulan lagi, tapi sudah dipotong separuh untuk mengganti semua itu.
Meskipun jam lemburnya tetap di bayar, tapi semuanya terasa sia-sia saja.

NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang