17 | Kecewa

479 79 32
                                    

Sasuhina...

.

.

.

Usia kandungan Hinata sekarang sudah menginjak hampir tujuh bulan.
Karna postur tubuhnya yang kecil dan pendek, kehamilan itu menjadi terlihat begitu besar pada Hinata. Untuk sekedar menggaruk kakinya yang gatal saja, Hinata membutuhkan bantuan Sasuke karna dia sudah kesulitan membungkuk.

Setelah pindah ke rumah orang tuanya, mereka berdua tidak begitu memusingkan kebutuhan sehari-hari untuk makan. Sasuke juga tidak perlu bekerja terlalu keras untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Yah bisa dibilang mereka berdua menumpang hidup bagai benalu pada kedua orang tua Hinata.

Sebenarnya keluarga Uchiha juga membuka tangan jika saja Sasuke dan Hinata mau tinggal di sana. Sasuke juga sudah menawari Hinata untuk tinggal di rumahnya.
Hanya saja, Lagi-lagi Hikari menghasut Hinata kalau tinggal bersama mertua itu tidak enak. Hinata akan selalu merepotkan ibunya Sasuke nanti.
Padahal Mikoto akan begitu bahagia jika Hinata mau tinggal di rumahnya. Tapi mau bagaimana lagi? Hinata kalau sudah tercemar omongan ibunya, sangat sulit untuk di nasehati. Sekalipun itu Sasuke sebagai suaminya.

Saat ini mereka sedang makan malam bersama.
Ada Sasuke, Hinata, Hikari, dan tentu saja tuan besar Hiashi yang duduk paling ujung sebagai pemimpin di rumah itu.
Ada Hikari dan Hinata yang duduk di kedua sisi Hiashi, sedangkan Sasuke duduk di sebelah Hinata.

Selama makan, keluarga Hyuga sama sekali tidak bicara apapun. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di sepanjang kegiatan mereka.
Hal itu tentu sangat jauh berbeda dengan keluarga nya di rumah.
Meskipun Uchiha terkenal dengan sikap dingin dan datarnya. Tapi ketika di meja makan, keluarga Uchiha masih suka bercakap, walau sekedar menanyakan kabar.
Bahkan ayahnya Fugaku selalu memuji masakkan ibunya di setiap mereka makan.

Sasuke yang memang hanya pendatang di sini pun hanya mengikuti aturan yang ada.
Walaupun terkesan begitu kaku, tapi itu cukup membantu karna Sasuke masih begitu canggung dengan kedua orang tua Hinata. Terutama Hyuga Hiashi ayah mertuanya.

"Hinata."
Suara Hiashi memanggil.

Hinata dan Hikari saling melempar pandang.
Karna jujur, setelah sekian lama akhirnya Hiashi kini mau memanggil namanya lagi. Meskipun terdengar dingin, setidaknya itu cukup membuat Hinata senang.

"Y-Ya ayah?" Hinata sedikit gugup.

"Kau kenal keluarga Sabaku ?"

Hinata tampak berfikir, kemudian mengangguk pelan.
"Aku hanya kenal dengan Gaara. Dia temanku waktu masih sekolah. Memangnya kenapa, ayah?"

Ekspresi wajah Hiashi begitu kaku dan angkuh. Sangat sulit di tebak.
Sasuke sendiri lebih memilih melanjutkan makannya dan tidak begitu tertarik untuk ikut dalam percakapan ayah mertuanya.

"Pemuda itu sempat bertanya padaku tentangmu. Kami tidak sengaja bertemu saat dia ikut ayahnya ke pertemuan kolega."

Hinata paham, yang di maksud pemuda oleh ayahnya tentu saja Sabaku Gaara.

Trang..

Hinata terlonjak kaget saat ayahnya meletakkan sendok dengan kasar ke atas piring.
Bahkan Sasuke yang sedang mengunyah makanannya pun sampai teralihkan.

"Sudah berapa kali aku katakan!!!! Jangan sampai ada orang asing yang tahu kalau kau hamil!!!! BAGAIMANA BISA PEMUDA ITU TAHU KALAU KAU SEDANG HAMIL. HAH ?"

Sasuke menggenggam sendok di tangannya dengan begitu erat. Dia sungguh tidak suka jika Hinata di bentak, sekalipun itu ayahnya sendiri.

"M-Maafkan aku ayah. Beberapa waktu lalu, aku sempat bertemu dengan Gaara. J-Jadi dia mungkin menyadari kalau aku sedang hamil."

NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang