15 | Maafkan aku

640 100 38
                                    

Sasuhina....

Jika ini memanglah mimpi, tolong siapa saja bangunkan Hinata dari mimpi buruk ini.
Hinata tidak menyangka kalau semua perjuangan dan kerja kerasnya akan berakhir seperti ini. Bahkan memory itu masih teringat jelas di benaknya, ketika Hinata begitu bahagia saat pertama kali masuk ke sekolah impiannya itu.
Ketika Hinata mencoba seragam barunya, mendapat buku baru, mendapatkan nametag yang begitu indah tertempel di dadanya, lalu ketika pertama kali Hinata tidur di kamar asrama dan bertemu Ino juga Shion. Semuanya masih terekam jelas di setiap sel-sel otaknya.
Tapi sekarang, Hinata di paksa berhenti tanpa di beri kesempatan sebentar saja untuk berpamitan dengan teman-temannya.

Rasanya Hinata tidak sanggup bernapas.
Dadanya terasa begitu sesak. Semua seragam sekolah, buku, tas, dan semua peralatan sekolahnya di bakar di depan mata kepalanya sendiri oleh sang ayah.
Sekeras apapun Hinata memohon, tetap saja sang ayah begitu marah dan membuang semua barang-barang kesayangan Hinata.

Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana nasib ke depannya. Setelah pertemuan tempo hari, terhitung Hinata sudah tidak masuk sekolah selama hampir dua minggu.
Selain tidak punya seragam, Hinata juga masih berperang batin antara keluarga nya dan keluarga Uchiha.

Hidup Hinata benar-benar sudah hancur.
Dia sudah tidak memiliki gambaran lagi selain kesedihan dan tangisan. Bahkan untuk makan sesuap nasi dari penanak nasi di rumahnya saja, Hinata tidak berani.
Mengambil seteguk air saja, Hinata begitu sungkan kepada orang tuanya.
Hinata merasa begitu bersalah kepada ayah dan ibunya. Sudah di besarkan dengan susah payah, tapi Hinata dengan bodohnya menghancurkan semua kepercayaan orang tuanya.
Sampai kapanpun, Hinata tidak akan pernah bisa menebus semua dosa-dosanya kepada kedua orang tuanya.

Hinata pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Meskipun dia ingin, nyatanya Hinata tidak punya cukup muka untuk bertatapan dengan semua teman-temannya.
Yang mereka tahu, Hinata hanya pindah hidup dan sekolah ke luar negri. Bahkan kabar mendadak itu, membuat Ino dan Shion tidak bisa berbuat apapun.

Hinata seakan bukan ke luar negri, melainkan lenyap di telan bumi.
Hinata tidak ada lagi kabar sama sekali. Nomor ponselnya tidak aktif, nomor telepon rumahnya pun hanya menyambung, dan ketika mereka mengunjungi rumah Hinata, gerbang besar itu tetap tertutup rapat tanpa ada yang membukanya. Ino dan Shion sebagai sahabat hanya bisa mendoakan yang terbaik di manapun Hinata berada. Yang jelas mereka paham, kenapa Hinata pergi tanpa mengatakan apapun, mungkin karna Hinata memang tidak memiliki jawaban apapun.

.

"Hinata, aku mohon. Jangan seperti ini." Sasuke bersimpuh di depan Hinata. Lelaki itu senantiasa menggenggam jemari wanitanya.
"Dia hanya anak yang tidak berdosa, Hinata. Aku janji, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempertanggungjawabkan semuanya."

Tak henti-hentinya air mata Hinata selalu menetes. Sampai rasanya kedua mata itu terlihat selalu membengkak di sepanjang waktu.

"Sekali lagi maafkan aku, niisan. Aku tidak bisa!!! Aku tidak menginginkan bayi ini..."

Sasuke tertunduk di pangkuan Hinata.
"Apa kita harus berakhir seperti ini? Setelah semua yang terjadi, tidak bisakah kau memilihku?"

Hinata menggeleng lemah.
"Yang di katakan ayah dan ibuku benar. Tidak seharusnya aku mengenalmu. Hidupku sudah hancur, dan aku tidak ingin lebih hancur hanya karna memilih melahirkan anak ini, dan kehilangan kedua orang tuaku. Aku tidak bisa, niisan!!! Aku tidak sanggup berpisah dari ibuku!"

Sasuke hanya menghela napas panjang.
Sebanyak apapun dia bicara, nyatanya dia tidak bisa mengubah sedikitpun keputusan Hinata untuk menggugurkan kandungannya.

Akan sangat egois jika Sasuke mengeklaim itu adalah anaknya, dan memaksa Hinata untuk melahirkannya. Menghamili Hinata saja sudah membuat Hinata menderita, apalagi memaksa wanita itu untuk melahirkan anaknya di usia yang cukup muda.
Tentu Sasuke tidak bodoh, akan ada banyak dampak yang begitu merugikan Hinata. Dari segi fisik dan mental, Hinata masih belum layak untuk memiliki seorang bayi.
Begitupun dengan dirinya, meskipun Sasuke siap bertanggungjawab penuh atas tindakannya, tapi Sasuke juga tidak bisa menjamin apapun.

NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang