21|Kesayangan Calon Mertua

368 77 45
                                    

"Selamat ulang tahun ya, Om."

"Aduh makasih loh, Jisoo."

Menyerahkan paperbag kecil bertuliskan cartier di tangannya, Jisoo mengulas senyum lagi. "Ini hadiah dari Jaehyun, Om."

Menoleh dengan tatapan protes, Jaehyun sedikit menyenggol bahu gadis itu. "Dari kita berdua, Pa."

Papanya Jaehyun; Om Woobin menerimanya dengan senang hati. "Duh, repot-repot banget kalian segala bawa kado."

"Tuh ngerengek minta ke mall. Katanya nggak enak kalau datang pakai tangan kosong."

Kalau sekarang gantian Jisoo yang menyikut pacarnya. Ih, dasar nggak bisa pegang rahasia! Niat Jisoo ingin marah dan juga kesal akan sikap Jaehyun, mendadak luluh saat menyaksikan tatapan ayah dan anak itu yang mulai menghangat. Akhirnya Jisoo bisa melihat wajah bahagia Jaehyun saat pulang ke rumahnya.

"Yuk masuk, Mama udah siapin banyak makanan buat kalian, special di hari perayaan ulang tahun Papa."

Seperti keluarga besar sungguhan, mereka berlima masuk ke dalam. Didahului langkah mama dan Papa Jaehyun yang berjalan lebih dulu, diekori oleh Jaehyun, Jisoo, dan Jeno yang berjalan beriringan di belakang. Ngomong-ngomong tadi Jeno juga nyempil di sebalik kusen pintu.

"Main ML juga ya, Kak?"

Menoleh ke arah Jeno yang berada di sisi kanan, Jisoo mengangguk antusias. "Kok tahu?"

"Foto profil WhattsAp nya si Nana." Nana itu salah satu karakter Mobile Legend.

Dan btw, itu hero kesukaan Jisoo. Ngeselin, sama kayak dia. "Hehehe, kamu main juga?"

"Main dong. Udah rank apa, Kak?"

"Mytich bintang 20, bentar lagi glory. Kamu ranknya apa?"

"Aku sih udah imortal."

"Masaaa?" Antara percaya dan enggak. Jisoo pikir ranknya udah paling tinggi buat season sekarang, ternyata ada yang lebih suhu.

"Iyaaa. Mau di jokiin nggak?"

"Mabar aja deh."

"Boleh tuh. Kapan?"

"Eumm....."

"Ekhem."

Yahhh. Jisoo dan Jeno cuma tersengir menatap wajah datar Jaehyun. Merasa bersalah juga karena keasikan ngobrol tanpa melibatkan laki-laki itu. Padahal mereka lagi jalan bertiga.

Agaknya Jaehyun membaca dengan cepat tentang kedekatan Jisoo dan adiknya. Dan tentu saja, sebagai pacar yang super posesif, Jaehyun memilih merangkul gadis itu, tak lupa mendorong bahu Jeno untuk sedikit menjauh dari radar sang kekasih. Jaehyun cuma bercanda kok, tapi kalau masalah cemburu baru beneran.

"Kalian tukeran kontak?" Jaehyun berbisik saat sekarang mereka sudah duduk di meja makan. Masih penasaran dia.

Mengangguk tanpa ragu-ragu, kan udah tahu kalau Jisoo itu manusia polos tiada tara.

"Kapan?"

Nah, sekarang Jisoo baru sadar, dan seolah paham posisi seseorang akan terancam bila ia salah bicara, Jisoo hanya memberikan sengiran. "Rahasia."

Jaehyun memicing curiga, merasa tidak terima dengan jawaban yang gadis itu lontarkan. Sementara Jisoo hanya mengulum senyum manis, dan serius dengan niatnya untuk tidak membocorkan sedikitpun kongkalikong dirinya dan Jeno saat berbagi kabar Jaehyun berantem. Jisoo hanya berupaya menepati janji, agar kliennya tidak terjebak masalah. Hehehe. Kakak ipar yang baik kan?

"Yuk silakan makan. Ambil Jisoo, jangan malu-malu."

Jisoo menampilkan senyuman lagi, "Nggak malu-malu kok, Om." Belum malu-maluin aja udah bersyukur om :)

Sepanjang makan Jisoo menetralisir pembawaan recehnya untuk keluar. Meski kadang ada saja yang menarik dari obrolan yang sisampaikan, sehingga Jisoo ingin menanggapi dengan antusias. Hanya saja Jisoo harus ingat niatnya hari ini. Yang tidak lain tidak bukan adalah; Jisoo bisa jadi cewek kalem, Jisoo bisa jadi cewek anggun, Jisoo bisa jadi cewek yang nggak pencicilan. Harus jaga image, terus kelihatan kayak orang bener. Setidaknya di depan calon mertua.

[[👠]]

"Sering-sering pulang ajakin pacar kamu ya, Jae. Mama tunggu pokoknya!" Minah menagih ketika mengantar anak dan calon menantunya ke pintu depan. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak makan bersama sehangat ini. Kembalinya Jaehyun, serta membawa Jisoo yang menyenangkan, membuat suasana semakin berwarna.

"Iya, Ma. Diusahain kalau nanti nggak sibuk."

"Tawaran Papa tadi juga dipikirin baik-baik. Papa sih nggak maksa, cuma mau yang terbaik aja buat kamu."

"Iya, Pa. Nanti aku pikirin."

Tadi papanya sempat mengusulkan Jaehyun untuk bergabung di kantornya. Lagipula jurusan Jaehyun manajemen bisnis, yang pasti punya tujuan sejalan—ujung-ujungnya masuk perusahaan juga. Si papa cuma bilang, biar nanti pas udah wisuda Jaehyun nggak kagok lagi karena udah terbiasa. Tapi kembali lagi pada anaknya itu. Kalau Jaehyun masih mau santai kuliah seraya menikmati masa muda, ya papanya nggak maksa.

"Kalian hati-hati loh pulangnya. Nggak usah ngebut-ngebut, terus di jalan juga perhatiin rambu-rambu." Khas mama pada umumnya lah ya.

"Iyaa."

Setelah dirinya dan sang pacar menyalimi kedua orang tua Jaehyun, Jisoo tak lupa melambai riang pada keberadaan Jeno yang setengah badannya ada di sebalik pintu. Heran, suka banget nyempil, padahal tempatnya masih luas. Maklum lah, Jeno emang masih bocah btw.

Jaehyun dengan akhlak minimnya mengapit kepala Jisoo—memaksa gadis itu untuk berbalik arah. Tolong dicatat, kalau Jaehyun itu cemburu sama semua laki-laki yang deket sama pacarnya. Tak terkecuali Jeno adiknya sekalipun.

Melihat punggung muda-mudi itu Minah mengulum senyum. Memang paling asik masanya buat jatuh cinta seumuran mereka. Ia harap, segala urusan keduanya dipermudah, dan semoga saja Jisoo yang benar-benar akan menjadi menantunya. Udah terlanjur sayang soalnya.

Di perjalanan pulang, seperti biasa, Jisoo pasti akan menjadi sosok yang cerewet dan berisik. Otaknya seakan tak pernah berhenti berpikir untuk mengatakan hal-hal aneh yang kadang susah dicerna. Tapi karena ini Jaehyun, selain sudah terbiasa menghadapi, Jaehyun juga ahli menjawabnya.

"Sayanggg?" Jisoo yang lagi asik peluk tubuh Jaehyun—sambil kepalanya bersandar di punggung sang lelaki berseru manja.

"Hmm?"

"Aku pengen seblak Mang Biay." Maaf ya bukannya Jisoo perut karet yang masih berasa laper padahal tadi udah makan di rumah Jaehyun. Masalahnya kan gini, tadi Jisoo bertamu ke rumah camer. Meski dibilang nggak akan segan-segan, yakali dia beneran nggak tahu diri? No no no, Jisoo kan ceritanya jadi cewek feminim yang kalem. Jadi makannya harus sedikit. Nah, berbekal hal itu, sekarang dia lapar lagi. Sebenarnya kata yang tepat adalah belum sempat kenyang.

"Tiba-tiba banget pengen seblak?"

"Iya, soalnya udah lama juga kan." Biasanya seblaknya Mang Biay selalu jadi langganan favorit Jisoo. Tiga kali seminggu lah paling enggak. Jadi rasanya udah lama banget nggak makan seblak. Terakhir kali pun, Jisoo dan Jaehyun mendadak batal nyeblak karena kehadiran Daniel yang ngeselin.

"Yaudah iya, kita ke sana ya? Mau yang lain lagi nggak?"

"Emmm...." Lama berpikir, namun akhirnya Jisoo menggeleng. Tidak ada makanan lain yang terlintas di otaknya saat ini selain seblak Mang Biay.

 Tidak ada makanan lain yang terlintas di otaknya saat ini selain seblak Mang Biay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CindereogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang