"BANGUN!"
Panci dan spatula besi beradu menimbulkan bunyi nyaring di pagi hari. Jimin yang masih memeluk gulingnya berdecak, dan memilih untuk mengambil bantal yang ada di bawah kepala, guna difungsikan menutup wajah, tepatnya bagian telinga. Masih pagi, malas banget.
"WOI KEBO PENDEK! BANGUN NGGAK LO!" Sekenanya, Jisoo menarik selimut dan bantal yang temannya itu gunakan. Menatap galak dengan posisi bersedekap, tepat ketika laki-laki itu hendak mengumandangkan kalimat protes. "APA? Mau marah?!"
Jimin menggaruk kepalanya. Sungguh terpaksa, ia pun mendudukkan tubuh dan bersandar di tempat tidur. Bisa-bisa dia dimakan bulet sama Jisoo kalau ketahuan tidur lagi. Temannya ini kan titipan ibu kos yang galak. Bahkan lebih sadis lagi.
"Kenapa kalian ada di kosan gue pagi-pagi?"
"PAGI LO BILANG?! Nih lihat jam! Udah jam sebelas lewat, Dodol! Makanya melek!"
Menganggukkan kepalanya, Jimin salah. Maaf Kanjeng Ratu. Soalnya tadi pas nggak sengaja bangun dilihatnya jam dinding masih menunjuk angka enam. Maunya tidur lima menit lagi, eh bablas sampai jam sebelas. Maklum nggak punya pacar buat bangunin.
"Mandi lo buruan! Temuin pembimbing lo buat bimbingan skripsi!"
"Iya-iya."
Kalau Jisoo udah mode galak gitu ya jangan harap bisa bantah. Jimin yang harusnya marah karena tidurnya diganggu, bahkan tak berani mengangkat kepala untuk menatap gadis itu. Sehingga hanya berdiri dari kasur, mengambil handuk, dan bergegas ke kamar mandi.
Yoyo yang datang bersama Jisoo tadi cuma cekikikan. Suka banget kalau Jisoo udah mode galak dan ngomel gitu. Apalagi yang digalakin si Jimin. Mukanya Jimin yang pasrah udah kayak burunonan kelilit hutang triliunan.
"Heran deh. Padahal buat masa depannya sendiri, tapi minim banget usaha." Dumel Jisoo sembari mendudukkan tubuhnya di kasur Jimin.
Kenapa kebanyakan cowok kayak gitu sih? Mereka sering menyepelekan hal-hal penting. Kalau tadi Jisoo nggak ke kampus, dia nggak bakalan tahu kalau si Jimin bolos konsul lagi.
Tadi dosen pembimbingnya Jimin nanyain laki-laki itu. Kata beliau Jimin ada jadwal bimbingan skripsi jam sembilan, tapi laki-laki itu nggak datang. Pas ditelusuri, ternyata itu bukan kali pertama Jimin bolos konsultasi. Maka Jisoo langsung naik pitam, dan ngacir ke sini bareng Yoyo, berencana ngejewer temannya itu.
"Kemana lagi coba nyari pembimbing kayak Buk Yoona?" Udahlah cantik terus peduli sama mahasiswa bimbingannya. Mana ada istilahnya pembimbing yang repot cari mahasiswa buat bimbingan? Lah ini si Jimin udah dikasih spek bidadari, masih juga nggak tahu diri. Astaga, emosi.
Setelah menunggu Jimin mandi dan bersiap yang cuma diberi waktu lima belas menit, sekarang mereka balik lagi ke kampus. Jisoo sama Yoyo udah kayak Mama-Papa yang anterin anaknya yang TK di hari pertama sampai harus ditungguin gitu. Semua ini demi bisa wisuda bareng!
Mereka udah hampir empat tahun temenan. Masuk dulu bareng. Sekelas dan berbagi banyak hal dalam waktu yang panjang. Makanya juga mau wisuda di waktu yang sama. Tapi si Jimin ini agak bandel dan sukar mengerti, jadi harus dikasih paham.
"Jisoo!"
Jisoo yang lagi asik gibah bareng Yoyo, menoleh saat namanya dipanggil. Wajah cantik itu lantas berseri melihat siapa yang sedang berlari ke arahnya. "Sayangggg..." tak lupa ikut memanggil sembari melambai-lambai.
Jaehyun tersenyum ramah pada keberadaan Yoyo ketika laki-laki itu mengangkat dagu. Kemudian beralih pada pacarnya lagi. "Masih ada jadwal?"
Kepala Jisoo menggeleng. Konsulnya selesai, revisinya rampung, dan Jisoo juga udah di acc buat ambil jadwal sidang. Gitu-gitu, buat masalah kuliah dan belajar, otaknya Jisoo encer kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindereog
Roman pour AdolescentsKetika Jisoo si cewek prik pacaran sama Jaehyun yang kalem dan cool abis. Tapi meski begitu, Jaehyun ini tipikal orang yang bucin banget. Nggak percaya? Baca sendiri