🦉|| DUA PULUH ENAM

21 3 0
                                    

HAPPY READING ALL.

•••


Seperti apa yang Aravan ucapkan malam kemarin bahwa dirinya dan Sheila akan berangkat bersama.

Bel rumah ia tekan beberapa kali, kini ia sedang berada di rumah milik Sheila dengan pakaian abu-abu yang telah melekat pada tubuhnya.

"Eh den Rava!" sapa Bi Inah, saat dirinya membukakan pintu, dengan senyumnya.

"Sheila ada bi?".

"Ada den! Yuk masuk dulu!" Ajak Bi Inah. Yang diangguki sopan oleh Aravan.

"Eh nak Aravan!" ujar Gala, saat menuruni tangga dengan memasang arloji pada pergelangan tangannya.

"I-iya om" Jujur saat ini canggung melanda dirinya, entah kenapa dirinya bisa se canggung ini.

"Ck gak usah tegang gitu, kaya baru ketemu aja" Ujar Gala, dengan menepuk bahu tegap milik Aravan, yang di balas anggukan dan senyuman kikuk dari Aravan.

"Udah sini duduk, sarapan bareng".

"Eh gak usah om" tolak Aravan, dengan sopan.

"Udah sini duduk, kita ngobrol dulu sebentar".

Kini dua anak adam, berbeda usia itu kini sedang mengobrol dan becanda gurau.

Hingga seorang gadis cantik menghampiri mereka, dengan seragam abu-abu miliknya di padukan dengan sweater berwarna peach dan rambut yang sengaja ia gerai.

"Eh udah dateng aja lo" Ujar Sheila pada Aravan, yang kini sedang menatapnya sangat dalam.

"Udah dari tadi malahan".

Mereka melakukan sarapan bersama, dengan dimbumbui obrolan manis di tengahnya.

•••

"Shel!" Panggil Aravan, menoleh sekilas pada Sheila. Kini mereka dalam perjalanan.

"Hmm?" Dehem Sheila memalingkan pandangannya pada benda pipih miliknya.

"Pulang nanti agak telat, gapapa?" tanya Aravan yang masih fokus untuk menyetir.

"Why?".

"Gue mau latihan dulu, soalnya bentar lagi gue bakalan lomba" Ujar Aravan bertepatan, mereka telah sampai di SMA Pelita.

"Oh yaudah" Ujar Sheila, saat hendak membuka pintu mobil, itu namun tertahankan oleh Aravan.

"Biar gue bukain!." Ujar Aravan, keluar terlebih dahulu, dan sedikit berlari saat mengitari mobil.

"Silahkan tuan putri" Ucap Aravan, dengan gaya sedikit membungkuk, yang membuat Sheila terkekeh.

"Jadi gimana?".

"Ya udah lo latihan aja, gue juga mau liat kemampuan seorang Aravan Abraham dalam bermain basket" Ucap Sheila, menatap Aravan dengan remeh.

"Beuhh ngeremehin gue lo!" Ujar Aravan membuat, Sheila terkekeh kecil. Kegiatan yang mereka lakukan tak luput dari pandangan seorang gadis, tak jauh dari sana, menatap keduanya dengan mata berapi-api.

ARAVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang