🦉|| SEMBILAN BELAS

33 3 0
                                    

HAPPY READING ALL.

•••

"Rava, Cila! Cepet turun sarapan!!" Teriak Seorang wanita paruh baya yang telah menginjak kepala empat, tetapi masih terlihat muda di usiannya.

Aravan dan Sheila pun tak lama turun, dengan Sheila yang mendahului Aravan dengan wajah datar, menuruni tangga.

'Apa dia masih marah sama gue ya?' batin Aravan.

"Ayo sini duduk sarapan dulu" Ajak Abraham.

Mereka berdua pun mulai mendudukan bokong meraka pada kursi ruang makan tesebut. Dengan posisi berhadap-hadapan.

Sarapan itu selesai dengan waktu 15 menit, dengan ada sedikit pembicaraan.

"Cila mau berangkat dulu ya om, bun, assallmualaikum" Ujar Sheila bangkit dari duduknya, dan menyalimi lengan Abraham dan Erlin secara bergantian.

Aravan yang melihat pergerakan Sheila pun mulai menyusul "Rava juga berangkat bun, yah, assallammualaikum" Ujar Aravan yang menyalimi kedua orang tuanya dengan terburu-buru.

"Waalaikum salam" Ujar mereka berdua, heran melihat prilaku putranya, walaupun sudah biasa.

"Masih marah ya?" Tanya Aravan saat dirinya telah di luar mansion, dan menghampiri Sheila.

"Pikir aja sendiri" Ketus Sheila, masih dengan wajah di tekuk dan tangan bersidekap dada.

"Ya udah gue minta maaf ya! Tapi jangan diemin gue gini dong" Mohon Aravan, dengan dirinya yang terus menerus mondar-mandir, agar Sheila menatap dirinya.

"Gak!" Singkat Sheila, lalu berlalu meninggalkan Aravan.

"Terus lo mau kemana?" Tanya Aravan menyusul Sheila.

"Ya sekolah lah ogeb!" .

"Kalo gitu tunggu, gue ambil motor gue dulu" Ujar Aravan saat dirinya berhenti di hadapan Sheila.

"Gue mau naik taxi" Ujar Sheila penuh penekanan dan menatap Aravan bak seorang musuh.

"Gak ada taxi-taxian, tunggu di sini gue ambil dulu motor!" Titah Aravan lalu berlari, untuk mengambil motor miliknya.

"Udah gue bilangin, gue gak mau bareng, masih aja, dasar makhluk menyebalkan" Grutu Sheila sambil menghentak-hentakkan kakinya berjalan menuju gerbang depan.

BRUM!

BRUM!

Deru motor Aravan mengagetkan Sheila.

"Buruan naik!" Titah Aravan di balik helm full face miliknya.

Bukannya menuruti Sheila masih saja diam di tempatnya.

"Ck ayo Safrina Sheila Archiya! Nanti telat, lo gak liat sekarang jam berapa?" Ujar Aravan geram. Sheila masih saja kekeh pada pendiriannya membuat Aravan harus, selalu menyetok kesabaran.

Tanpa ba-bi-bu Aravan langsung membopong tubuh, Sheila, membuat sang empu berterik pelan. Aravan membawa tubuh Sheila untuk duduk di belakang jok motor nmiliknya, dan di susul olehnya.

"Pake!" Titah Aravan menyodorkan helm pada Sheila. Dengan wajah yang di tekuk.

"Pegangan gue bakal, ngebut soalnya udah telat" Sambung Aravan, Sheila pun mematuhinya dan mulai melingkarkan lengannya pada Aravan.

•••

Setelah beberapa menit di perjalanan mereka pun sampai dan.. ya! Seperti permisa ketahui bahwa kedua anak manusia berbeda jenis kelamin ini sudah telat, karna gerbang sekolah telah di tutup.

ARAVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang