Part 7

485 53 3
                                    

Nadia berusaha melepaskan tangannya karena tidak enak pada Sera. Entah kenapa suami Sera seperti melamun saat bersalaman dengannya. Pria itu langsung tergugup dan berdehem hingga tautan tangan mereka terlepas.

"Senang berkenalan dengan anda." Ucap Nadia ramah. Pekerjaannya sebagai model membuatnya harus ramah pada siapapun dan itu sudah terlatih semenjak ia menekuni dunia modeling.

"Saya juga. Sera sering bercerita pada saya bahwa ia mempunyai teman yang sangat cantik dan berprofesi sebagai model. Saya hanya mengenal Vivi sebagai temannya karena kami sudah berteman sejak SMA."

"Iya. Sera juga sering bercerita tentang anda." Mereka hening sejenak dengan tatapan Arya yang sesekali mencuri pandang pada Nadia.

"Oh ya Nad, kapan kamu sampai? Kok nggak kabar-kabar sih. Kan kita bisa reunian." Suara Sera akhirnya memecah keheningan di antara ketiganya. Arya segera mengalihkan tatapannya agar Sera maupun Nadia tidak curiga.

"Aku baru sampai semalam. Ini aku mau belanja kebutuhan sambil jalan-jalan. Rencananya nanti malam mau kabarin kalian berdua. Eh, keburu ketemu kamu di sini."

Keduanya berbincang akrab dengan sesekali Nadia selalu minta maaf karena tidak bisa hadir ke pernikahan Sera dan Arya. Tanpa di sadari keduanya, sedari tadi Arya mencuri pandang terhadap teman Sera yang satu ini. Baru kali ini ia bertemu dengan Nadia. Entah kenapa ada gelenyar aneh yang masuk ke dalam hatinya. Apa ada yang tidak beres dengan otaknya saat ini?

"Sera, lain kali kita ngobrol lagi ya, masih banyak yang pengen aku bahas sama kamu dan Vivi. Tapi sayangnya manager aku udah telepon ini. Nanti aku diomeli kalau nggak cepet-cepet ke sana. Ada rapat dengan owner produk dimana aku jadi brand ambassadornya. Sekali lagi aku minta maaf ya, aku benar-benar merasa jadi teman yang gak tau diri setelah banyak kamu bantu, justru nggak bisa hadir di pernikahan kamu."

"Ya ampun Nad, kamu udah ngomong itu ke seribu kalinya. Aku udah maafin kamu dan ngerti posisi kamu kok. Udah sana kamu cepetan kerja. Ntar manajer kamu ngomel kayak yang sudah-sudah."

Keduanya tergelak bersamaan kemudian Nadia pamit karena sudah di tunggu oleh managernya. Begitu Nadia pergi, Sera langsung menatap Arya yang sedari tadi hanya mematung di sampingnya.

"Ayo pulang. Nanti di perjalanan kita cari makan malam sekalian."

Arya yang tersadar dari lamunannya segera menatap istrinya lalu mengangguk. Ia tersenyum kemudian merangkul bahu Sera. Entah apa yang ada di kepala Arya hingga otaknya seperti tidak berfungsi saat menatap Nadia tadi.

"Kau ingin makan apa?" Tanya Arya sambil mengeratkan rangkulannya di bahu Sera.

"Makanan Jepang saja. Aku sedang menginginkan itu sekarang." Jawab Sera sambil tersenyum manja.

"Terserah ratu saja. Aku menurut."

Keduanya tergelak bersamaan kemudian melangkah meninggalkan Plaza. Sera terus bercerita ke sana kemari tanpa melihat Arya yang kini pikirannya seperti terbelah. Laki-laki itu melangkah tanpa konsentrasi dan mengabaikan istrinya yang sedari tadi terus bercerita tentang sahabatnya yang baru saja mereka temui.

**

"Aaaaah." Sera mendesah saat Arya mencumbui lehernya. Tangan laki-laki itu mengelus bagian intinya hingga membuat Sera menggelincing penuh kenikmatan.

Setelah makan malam tadi, Arya mengatakan ia ingin mencoba dengan Sera. Mereka sudah satu bulan menikah dan tidak ada perkembangan apapun selama satu bulan ini. Malam ini Arya berniat menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dan memberikan nafkah batin pada Sera.

Ciuman Arya berpindah ke bibir Sera. Mereka berciuman dengan panas dan menggebu-gebu. Sera mulai memegang dada Arya dan mengelusnya pelan, membuat gairah Arya seketika bangkit.

Keduanya kemudian mulai melucuti pakaian masing-masing dan kembali menubrukkan bibirnya penuh gairah. Arya meremas kedua payudara Sera dan membuat wanita itu mendesah di tengah-tengah ciuman mereka. Arya mulai merebahkan tubuh Sera dan kembali mengelus bagian inti wanita itu.

Sera menggelinjang, Arya semakin bersemangat mendengar suara erangan Sera yang entah kenapa mirip dengan suara Nadia. Menyadari itu, seketika Arya membuka matanya dan mengakhiri kegiatan mereka secara mendadak. Arya terduduk kemudian meremas rambutnya kasar.

Sera yang menyadari hal itu hanya menghembuskan nafas berat. Ia tidak mengerti kenapa lagi-lagi mereka gagal melakukannya. Namun sekali lagi, ia tidak akan menuntut Arya dan memaksa pria itu untuk memberikan nafkah batin padanya. Sera akan terus bersabar sampai saatnya Arya benar-benar siap melakukannya.

Sera melilitkan selimut ke dadanya kemudian memeluk tubuh Arya dari belakang. Ia menempelkan wajahnya pada punggung telanjang Arya. Sera mencium punggung Arya kemudian kembali melingkarkan lengannya pada pinggang pria itu.

"Tidak usah dipaksakan. Aku mengerti kau belum siap dan aku akan terus menunggumu. Tidak perlu memaksakan diri karena mungkin akan membuat kita berdua menjadi sama-sama tidak nyaman. Dan jangan merasa bersalah padaku, itu bukan salahmu dan kita akan melalui ini bersama-sama."

"Maafkan Aku." Ucap Arya tanpa menoleh ke arah Sera. Sejujurnya Arya sangat terasa bersalah karena ketika akan bercinta dengan Sera, pikirannya justru tertuju pada Nadia. Entah kenapa otaknya tiba-tiba menjadi salah seperti ini.

"Sudah kubilang tidak usah minta maaf. Ini bukan salahmu dan kita akan melalui ini bersama-sama. Sekarang kita tidur saja."

Arya menoleh kemudian menatap Sera dengan tatapan penuh rasa bersalah. Ia mencium kening istrinya itu kemudian menyatukan kening mereka.

"Aku benar-benar merasa bersalah padamu. Aku merasa menjadi suami tidak becus yang sampai sekarang belum bisa memberimu nafkah batin. Tapi percayalah aku akan selalu berusaha. Meskipun sedikit lama, aku harap kau bisa sabar."

Sera mengangguk sambil tersenyum hangat. Jemarinya meraba wajah Arya dan berakhir di bibir pria itu. Sera mengelus bibir Arya kemudian menciumnya sekilas.

"Sudah berapa kali kubilang, aku tidak terburu-buru dan kita bisa mencobanya lain kali. Sekarang saatnya kita tidur dan jangan memikirkan yang aneh-aneh. Daripada berpikiran yang tidak penting, lebih baik peluk aku sekarang."

Arya tersenyum kemudian memakai celananya. Sera berbaring kemudian Arya ikut bergabung dan memeluk Sera, memberikan kehangatan pada wanita itu agar Sera tidak bertambah kecewa padanya. Arya mengecup punggung tangan Sera dan kedua netra mereka saling bertatapan.

"Terima kasih sudah sangat sabar padaku. Kau benar-benar wanita yang baik dan maafkan aku yang selalu mengecewakanmu ini."

"Hus, jangan bicara hal yang tidak penting lagi. Lebih baik kita segera tidur agar besok pikiran kita menjadi lebih jernih dan bisa melakukan aktivitas yang produktif seperti sedia kala."

"Hmmm, kau benar. Ayo kita tidur. Selamat tidur istriku tersayang."

Arya mengeratkan pelukannya pada tubuh Sera. Keduanya memejamkan mata dan akhirnya terlelap masing-masing dengan pikiran Arya yang melayang kemana-mana.

Bittersweet Marriage ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang