1. wait, what?!

171 25 1
                                    

Siang ini, Isabae Irene pergi untuk menemani Ayahnya menghadiri sebuah acara pemakaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini, Isabae Irene pergi untuk menemani Ayahnya menghadiri sebuah acara pemakaman.

Ayahnya, Isaiah Paul, yang adalah seorang pendeta dipercayakan untuk memimpin ibadah pemakaman tersebut.

Pemakaman untuk mengantarkan kematian atas nama Kim Do Ah, seorang pria 52 tahun berdarah Asia murni yang memilih menghabiskan setengah masa usianya menetap di pinggiran kota California.

Irene kerap mendengar nama pria itu dengan sebutan Mr. Kim, dari Paul. Kabarnya beliau meninggal akibat kanker hati yang telah ia derita enam tahun belakangan.

Meski demikian, kepergiannya cukup mendadak. Meninggalkan luka bagi sang istri yang begitu cantik, juga dua orang anak laki-laki yang tentu rupawan.

Nurani Irene tersentil dengan pemandangan keluarga yang berduka di hadapannya.

Mengingat sedikit cerita yang disampaikan Paul sehari sebelum pemakaman, istri mendiang Mr. Kim adalah seorang penyiar andalan stasiun tv swasta terkenal. Selain itu, rupanya wanita tersebut adalah istri dari perkawinan kedua Mr. Kim.

Ampuni Irene untuk pikirannya yang satu ini namun, jika ia tidak salah menduga, Mr. Kim menikahi seorang janda dua anak disaat dirinya tidak dikaruniai seorang anakpun dari pernikahan pertamanya. Begitukah?

Atau bisa jadi hak asuh anak jatuh ke tangan istri pertama Mr. Kim?

Apa mereka anak-anak dari isteri kedua Mr. Kim? Atau anak siapa?

Arkh, fokus! Demi Tuhan Irene pun sedang konflik dengan isi pikirannya yang suka kemana-mana.

Salahkan tempatnya berdiri yang berseberangan langsung dengan keluarga Kim.

Pelan dan tak kentara, Irene melirik kembali keberadaan sang istri mendiang Mr. Kim yang berdiri dipayungi lelaki bertubuh tinggi semampai. Irene yakin itu anak sulung mereka. Di sisi lain berdiri lelaki lain berperawakan model majalah italian vogue yang setebal kitab suci.

Dia pasti si bungsu.

Oh? Dan ternyata, ada satu orang lagi yang berdiri di dekat ketiga orang sebelumnya. Irene terlambat menyadari kehadirannya. Mungkin karena dia itu berdiri di belakang?

Hm, dia lebih pendek dari dua lainnya.

Irene menyipitkan mata dengan kening berlipat. Tinggi lelaki itu di bawah si anak bungsu, wajahnya hampir mirip dengan si anak sulungㅡhm, lantas? Apa dia si anak tengah?

Ah tapi, dia bahkan lebih cocok disebut si bungsu jika tinggi badannya disandingkan dengan tinggi badan si bungsu yang Irene tebak pertama kali.

Membingungkan, ya?

Atau mungkinkah mereka...

Hey, ya ampun! Pantaskah Irene mempermasalahkan hal semacam itu di tengah-tengah ibadah pemakaman begini? Irene terpejam malu.

what would IRENE do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang