16 - his effort

86 16 1
                                    

11 Tahun silam, dimana mereka masih bisa bermain bersama diiringi tawa ria, bersepeda berdua mengelilingi taman, bermain lumpur di sawah tetangga, sampai bermain hujan meskipun sudah berkali-kali dimarahi oleh orang tua keduanya. Baik Asyila maupun William, mereka sama-sama rindu pada masa-masa itu.

Namun sukar bagi Asyila untuk mengakuinya, berbanding terbalik dengan sang laki-laki yang terus berusaha meyakinkannya untuk memberikan maaf.

Wiliam tak kenal lelah berusaha, meskipun sempat menyerah beberapa waktu yang lalu tapi motivasi dari Daniel telah membangkitkan semangatnya kembali.

Terlebih saat ia sadar bahwa tujuannya bukan hanya sekedar mendapatkan maaf dari sang gadis, namun juga untuk mendapatkan hati gadis itu.

Asyila yang baru saja datang dan hendak duduk di bangkunya dikejutkan oleh sebuah kotak kecil yang diletakkan di sudut meja itu.

Kotak kado kecil berwarna biru muda dengan hiasan pita emas itu kemudian ia buka, isinya adalah sebuah bucket kecil berisi beberapa permen berbentuk hati dengan selembar kertas berisikan

"Gue bikin sendiri loh Syil, lucu kan? kemarin nonton tutorial di YouTube. Gue masih inget lo tuh suka banget yupi lope, abisin ya ^^ -william"

Tanpa sadar gadis ini tersenyum setelah membacanya.

"Tadi si anak baru itu yang naroh Syil, ijin ama gue dia" Ucap salah satu teman kelasnya yang sedari tadi sudah ada di dalam kelas.

"Iya, makasih ya"

Asyila cepat-cepat menyadarkan dirinya sendiri dan langsung melempar kotak itu ke dalam loker. Ia tak menyangkal bahwa semua effort yang telah William lakukan untuk mendapatkan maaf darinya ini selalu saja berhasil membuatnya tersenyum, tapi ia juga masih enggan untuk memaafkan laki-laki itu entah kenapa. Mungkin karena ia masih sedikit kesal dengan tuduhan yang keluarga William tuduhkan kepada Pak Wira dan membuat ayahnya itu pernah menanggung malu setengah mati.

Begitu pula saat jam istirahat di kantin..

"Ini bu, sekalian punya Asyila ya" William memberikan selembar uang kertas pada sang penjaga kantin.

"Gue bisa bayar sendiri"

"Tapi udah gue bayarin"

"Ya tinggal ambil aja kembaliannya"

"Tapi ibunya sibuk yakan bu? itu itu bu ada yang ngambil jajan ga bilang" Laki-laki itu berhasil menggiring atensi sang ibu kantin agar beralih dari dirinya dan si gadis.

Asyila menghembuskan nafas pasrah, "Makasih"

Mendengar gadisnya yang tak lagi melayangkan penolakan itu William langsung tersenyum sumringah.

"SAMA-SAMA!! Eh Syil Syil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SAMA-SAMA!! Eh Syil Syil.."

Langkah kakinya mengikuti Asyila yang langsung pergi begitu saja.

"Lo udah terima permennya tadi kan??"

"Udah"

"Udah habis? mau lagi ngga??"

"Ga gue makan"

"Kenapa??" Tanya nya dengan nada sedih sambil terus mengekori Asyila. "Lo suka kan yupi lope??"

"Nggak"

Bohong, perempuan itu berbohong. Padahal setiap hari selalu ada permen hati itu sebagai camilan di meja belajarnya.

"Gue inget kok"

"Ingetan lo salah kali, bahkan lo juga ga inget sama janji lo"

William lantas berjalan lebih cepat mendahului untuk memblokade jalan sang gadis.

"Janji yang gue bakal jadi mas-mas ganteng yang bakal selalu ngelindungin lo kan? gue inget kok Syil!"

Lagi-lagi laki-laki itu melayangkan senyuman manisnya, Asyila tak bisa berbohong bahwa senyuman itu mampu membuat hatinya sedikit menghangat.

"Terus?"

"Makanya maafin gue dulu, ya ya ya??"

"Enggak"

"Asyila.."

"Nggak"

"Syil.. Aw!"

Terlalu fokus mengejar langkah Asyila, laki-laki ini tak sadar diri bahwa tinggi badannya itu mencapai papan nama kelas yang tergantung, alhasil dahinya terbentur oleh papan itu.

Diantara semua siswa yang langsung tertawa melihat kejadian itu, Asyila masih berusaha menahan tawanya.

"Hehehe ketawa aja Asyila" Sayangnya William menyadari semua itu.

"Gue ga ketawa tuh"

"Apa gue harus kejedot setiap hari biar bisa bikin lo ketawa?"

"Gajelas lo, sana ah"

Asyila mendorong William untuk menjauh dan langsung berlari memasuki kelasnya.

William tak lagi mengejar, laki-laki ini tersenyum sumringah setidaknya hari ini ia berhasil membuat Asyila tersenyum meskipun hanya senyuman yang begitu tipis.

William benar-benar bersyukur atas senyuman gadisnya.

"Tipis-tipis lah will, ayoooo dikit lagii" Semangatnya untuk dirinya sendiri.

Sedangkan di dalam kelas IPA 2, Asyila tengah berusaha menetralkan ekspresinya kembali.

"Lemah lo Syil!"

"Stay cool stay cool, lo itu masih marah Asyilaa."

"Lah gila nih bocah ngomong-ngomong sendiri" Tanggap Mario yang tiba-tiba duduk disebelahnya

"Ngapain lo?" Asyila membalasnya dengan sewot.

"Nih camilan"

"Apanih? pasti ada maunya"

"Hehehe tugas ipa hehe"

"Kan, apa gue kata"

"Tolongin lah Syill, kurang lima nomer doang. Otak gue udah sakaratul ini, diambang batas."

"Hadeh, nyoh" Akhirnya sang perempuan pun memberikan buku catatannya kepada Mario.

"Lo cantik deh"

"Halah gembel"

"Lah bener kan? lo cantik, pinter lagi"

"Mulut lo ya, udah sana cepet selesein" Usir Asyila

"Iya iya cantikk"

"OMG GUYS APAKAH ASYILA DAN MARIO AKAN MENJADI THE NEXT HERDAN COUPLE??" Suara Dana yang begitu menggelegar memotong pembicaraan mereka.

"Herdan apaan?"

"Herina Daniel lah"

"Bisa jadi bisa jadi" Mario pun mengangguk-angguk setuju.

"Gumoh gue" Sedangkan Asyila menolak mentah-mentah, justru membuat gestur seperti ingin muntah.

"Tai"

Asyila pun tertawa lepas mendengar umpatan temannya itu.

"Tapi Syil, beneran ga minat lo ama si Mario Bros?" Tanya Dana penasaran.

"Gak sama sekali, buaya darat gitu"

"Kayanya gara-gara kit hert pernah di ghosting sih dia itu, siapa tau ntar sama lo jadi sembuh dia"

"Disuruh nyembuhin orang mulu gue sendiri sembuhnya kapan??"

...

⭐~!!

Seasons - Kim WoonhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang