23 - serenade

81 17 0
                                    

"Ngga usah will, gue naik bus aja"

Semua bentuk penolakan sudah Asyila lakukan guna menolak tebengan pulang dari William, masih tak pahamkah bahwa laki-laki itu begitu keras kepala??

Endingnya juga sama saja, Asyila lagi-lagi luluh dan membiarkan dirinya dibonceng lagi kali ini.

"Makasih" Ucap Asyila singkat.

"Bentar!" William mencekal tangan gadis itu dan menariknya kembali mendekat dengan halus, "Gue masih nunggu jawaban dari lo"

"Maksutnya?"

"Harus gue ulangi lagi?"

"Apanya??"

"Oke-oke," Ia menurunkan kickstand motornya kemudian menangkup bahu sang gadis, "Entah ini udah confess yang ke berapa kali, gue ga bakal cape bilang kalau gue bener-bener jatuh cinta sama lo, Asyila"

Kelakuannya sungguh, selalu saja tak aman bagi kesehatan jantung.

"Ngaco lagi kan!"

"Gue ga bohong, sumpah."

"Gajelas ah, udah sana pulang."

William tak menganggapnya sebagai penolakan yang menyedihkan, ia justru tertawa gemas melihat Asyila yang jelas-jelas sedang salah tingkah. Gadis itu mendorongnya pelan lalu berlari memasuki rumahnya.

Tak peduli apa yang akan dilakukan William selanjutnya, tak tau dia akan pulang atau apa saja terserah! Asyila hanya ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk meluapkan sebuah rasa di dalam hatinya.

"ASYILAAAA! GUE SAYANG SAMA LO!"

Asyila yang sedang menikmati degupan jantungnya itu terusik oleh suara teriakan dari luar, ia bergegas menengok melalui jendela kamarnya.

Di bawah sana, William masih setia berdiri sambil memasang kedua telapak tangannya bak sebuah pengeras suara.

"ASYILAAAAAAAAA"

"WOY DIEM GAK!" Gadis itu turut berteriak dari jendela kamarnya.

"GAK! POKOKNYA GUE BAKAL MENCINTAI LO SECARA UGAL-UGALAN SYIL!"

"SSTTTT, GA MALU SAMA TETANGGA GUE???"

"NGGA SAMA SEKALI"

Mau tak mau Asyila melangkahkan kakinya dengan cepat untuk kembali turun, tangannya sudah gatal ingin membungkam mulut William yang tak kenal malu itu.

"William diem gak!"

Sang laki-laki tersenyum puas, rencananya untuk berlama-lama bersama Asyila telah berhasil.

"Lo ganggu tetangga njir"

"Ga peduli, gue bakal terus teriak sampe semua tetangga lo tau kalau gue suka sama lo."

"Bocah stress"

Sore itu, sepasang 'teman' ini bercanda ria bagaikan orang yang sedang kasmaran. Mulut keduanya saling melempar ejekan-ejekan untuk satu sama lain, tawa keduanya terdengar begitu riang sehingga mungkin orang yang mendengarnya akan ikut merasa bahagia.

Asyila yang merupakan pengagum senyuman manis milik William, dan William.. laki-laki itu mengagumi semua yang ada pada diri Asyila. Terutama soal tutur kata dan caranya tersenyum, William telah benar-benar jatuh begitu dalam.

tinnnn..

Suara klakson mobil menghentikan kegiatan mereka.

"Ayah? Kok udah pulang?" Tanya Asyila asal, sebenarnya ia sedang mencoba menutupi rasa paniknya saat ini.

"Masuk"

Sedangkan William mulai membungkukkan badan, "Maaf om, saya teman sekolahnya Asyila. Kalau begitu saya pamit."

"Kalian berdua, masuk."

Seketika keduanya terkejut, terutama Asyila.. keringat dingin sudah tampil membasahi dahinya.

...

"Udah-udah tenang, gapapa kok. bokap lo itu baik, gamungkin ngomong yang aneh-aneh ke William"

"Tapi muka ayah gue serem banget Kimmmm, gue takut William dimarahin, dia ga salah apa-apa.."

Kimberley mengelus punggung sahabatnya, "Sampai kapan sih lo mau bohongin perasaan lo sendiri??"

"Perasaan apaan, gue cuman takut kata-kata ayah bakal nyakitin William."

"Lo itu denial, gengsinya tinggi banget lagi"

"Engga, bukan. Gue bukan denial."

"Terus apa? tsundere? atau lo punya istilah lain? Gini ya Asyila ku yang cantik jelita, lo yang se khawatir ini kalau sampai William tersinggung sama kata-kata ayah lo, itu aja udah cukup jadi bukti kalau lo suka sama dia. Tiap curhat sama gue juga selalu tentang William kan? masih mau ngeles??"

Asyila tak lagi kuat membendung air matanya, tangis itu pun pecah. "Gue takut kalau perasaan gue ke William itu bener-bener ada Kim.. gue harus gimana??"

"Apanya yang gimana coba? kalian sama-sama suka, masalahnya di mana Syilaa???"

"Keluarga gue sama keluarga dia kan hubungannya buruk, gue gamau William sampe ngerasa sakit kalau endingnya nanti gue nolak dia"

"Masalah keluarga kalian bisa di pikirin nanti tau. Percaya sama gue deh, kalau kalian bareng-bareng pasti bisa mikirin jalan keluarnya."

Kalimat yang diucapkan Kimberley itu adalah salah satu yang tak pernah terlintas di dalam otak Asyila, ia pikir akan semua itu akan mustahil.

"Ga bakal bisa.."

"Ga ada yang ga bisa, kalau lo mikirin perasaan William harusnya lo juga mikir perasaan dia kalau lo terus-terusan nolak gimana. Lo masih ga liat juga effort dia selama ini buat ngedeketin lo? yang bener aja lo Syil."

"Kata Higas tadi dia denger ayah sempet ngomongin sesuatu tentang ayahnya William ke William." Air matanya semakin deras mengalir, "Udah gaada harapan gue.."

"Kalau gitu tanyain langsung aja ke William"

"Ngga banget ah"

"Dih kok gitu sih? Kan kalau dia beneran tersinggung sama ayah lo, lo bisa langsung minta maaf jadinya ga kepikiran terus."

Asyila berpikir keras mempertimbangkan saran dari Kimberley, apakah ia harus bertanya kepada William secara langsung? Karena bertanya pada ayah merupakan sesuatu yang mustahil diatas kemustahilan.

Semuanya benar-benar menganggu pikirannya sekarang.

Tetapi kata demi kata yang William tuliskan di dalam pesannya terasa begitu menenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetapi kata demi kata yang William tuliskan di dalam pesannya terasa begitu menenangkan..

...

⭐~!! jangan lupa voteeeee

Seasons - Kim WoonhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang