19 - forgiveness

98 15 2
                                    

"Wil.. liam??"

Mama terdiam sejenak mendengar nama yang diperkenalkan oleh pemuda gagah di depannya ini.

"Iya tante, nama saya William.."

Beliau masih tak beranjak dari diamnya, merasa ada sesuatu yang mengganjal dari nama itu.

"William yang sama seperti dulu, saya anak dari pak Atmaja" William melanjutkan kalimatnya dengan sopan dan hati-hati.

Sontak beliau terkejut tak percaya, terakhir melihat pemuda ini saat ia masih kecil.. seumuran dengan anaknya, Asyila. Bahkan waktu itu Asyila tumbuh lebih tinggi dari William, namun sekarang lihatlah.. anak laki-laki itu tumbuh menjulang tinggi menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah.

Perlahan William membungkukkan badannya, "Maafkan semua kesalahan keluarga saya, terutama ayah saya. Kami sudah banyak berbuat sal-"

"Ssttt, William.." Mama mencegah laki-laki itu untuk tidak membungkuk lebih dalam lagi, "Kamu sudah se besar ya? Apa kabar?" Tanya beliau dengan penuh haru, bulir air mata mulai menetes membasahi pipi.

"Saya baik, tante sama om gimana?"

"Siapa ma- ngapain lo kesini??"

Belum sempat mama menjawab pertanyaan itu, Asyila datang dan menyela. Sedikit terkejut melihat mamanya sedang menangis sambil memegang kedua bahu William.

"Berangkat sama gue ya?"

Asyila menghembuskan nafas begitu kasar, perempuan itu mengambil tangan mama untuk ia cium, kemudian dengan tergesa menarik tangan William dan mengajaknya menjauh.

"Ma berangkat!"

Tanpa berbicara sedikit pun Asyila berada dalam boncengan William menuju sekolah, hingga sampailah mereka di tempat parkir.

"Tunggu bentar Syila!"

Laki-laki ini terburu-buru melepas helm dan memarkirkan motor merahnya itu.

"Maaf-" Gadisnya masih tak terganggu, "Maaf udah bikin mama lo nangis"

Kalimat itu akhirnya sukses membuat Asyila tertarik, langkah kakinya terhenti dan langsung menoleh.

"Maaf.."

"Gue bosen denger lo minta maaf"

"Karena.. udah dimaafin berarti??"

"Udah" Jawaban itu begitu lirih hingga hampir saja tak terdengar.

Beruntung telinga William masih berfungsi dengan baik, ia pun tertawa kegirangan seraya memegang tangan sang gadis. "SERIUSAN KAN??"

Asyila pun membuang mukanya yang tak bisa menahan rekahan senyum, ia masih tak mau William melihatnya secara gamblang.

"Oke maafnya udah dapet, sekarang tinggal hatinya" Sorak William bergembira.

"Ngaco"

"Gue serius"

"Kocak"

Beberapa langkahnya diikuti oleh sang laki-laki..

"Udah gausah ikutin gue!"

Tanpa disangka-sangka William menurut, ia tak lagi mengikuti kemana perginya Asyila.

Tetapi Asyila masih merasa dirinya sangat bodoh dan tindakan yang telah ia lakukan adalah diluar akal sehat. Semudah itu kah tiba-tiba marah akan suatu hal dan tiba-tiba saja memberi maaf begitu saja?

Tidak sadar kahAsyila bahwa maaf yang ia beri itu bukan sekedar begitu saja, melainkan karena hatinya yang mulai luluh dengan semua perjuangan sang laki-laki.

Seasons - Kim WoonhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang