21 - love

97 12 2
                                    

"Deketan lagi dong deketan"

Instruksi dari si fotografer membuat Asyila sedikit risih, pasalnya Asyila dan William sudah berdiri begitu dekat tapi masih kurang dekat ujarnya. Apakah fotografer ini meminta dirinya lebih dekat lagi hingga bersandar di dada bidang sang laki-laki?

Sebenarnya dia juga ingin.. tapi tidak-tidak, tidak Asyila jangan!

"Sandaran biar kayak orang pacaran beneran" Malah tangan sang laki-laki yang menarik kepalanya untuk bersandar.

Belum sempat kepalanya bangkit, rupanya si fotografer sempat memotret momen memalukan tadi.

"BAGUS SEKALII, Yang ini saya copy dua kali ya, dua untuk kalian dan soft file nya bisa di scan di sini nanti" Pria itu memberikan sebuah kartu nama yang disertai oleh QR code.

Tak lelah mata William memandangi polaroid tersebut sepanjang mereka berjalan mendekat menuju area panggung.

"Lo liatin apanya sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo liatin apanya sih?"

"Lo cantik"

Tangan Asyila sudah naik dan bersiap untuk mengacungkan jari tengah, namun William dengan cepat menggenggamnya dan menurunkannya kembali.

"Kali ini beneran, Asyila."

Sang gadis pun tak kuasa menyembunyikan reaksinya yang seperti sedang tersetrum sesuatu, ia lempar tangan laki-laki itu lalu meninggalkannya duluan.

"Ga jelas lo!"

Setelah itu mereka segera merapat untuk menonton pertunjukan musik, beberapa lagu dibawakan oleh para bintang tamu.

Seru, tapi sedikit membosankan.

"Bosen?"

Asyila menggeleng, "Engga"

"Bentar, jangan pindah kemana-mana ya! tunggu sini!"

"Eh lo mau kemana William!!"

Tak sempat tangannya menarik laki-laki itu kembali, ia sudah melesat jauh tak tau kemana.

Mungkin sekitar 2 menit, laki-laki itu sudah kembali. Nafasnya tersengal-sengal karena sepertinya ia habis berlari.

"Bentar lagi dengerin, buat lo"

"Hm? apa?"

"Liat aja"

Lagu yang dimainkan di panggung pun telah usai dan sekarang akan berganti dengan lagu baru.

Instrumen yang dimainkan terdengar tak asing, Asyila mencoba menerka, dia tau betul lagu ini.

Lagu kesukaannya, Love by Wave To Earth.

"Lo yang request?"

"Lo yang request?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hehehe"

Senyuman idiot itu lagi. Bolehkan Asyila melarang William untuk tersenyum kepadanya? karena jujur saja, senyuman itu mampu membuat semua pertahanannya yang kukuh runtuh begitu saja.

Tanpa sadar netranya terbuai akan rekahan senyum yang begitu manis itu.

"Syil? Ga suka ya? Seinget gue lo suka Wave To Earth.."

"Gue suka, makasih"

Untuk pertama kalinya lagi setelah sekian lama, Asyila berani menunjukkan senyuman lebarnya di depan William.

Mereka sama-sama terbuai akan tatapan satu sama lain, suasana yang sendu bagitu mendukung tatapan William yang terlihat begitu memuja. Jemari tangannya bergerak menyingkap rambut sang gadis yang jatuh menghalangi pandangan gadis itu.

Kemudian ia beralih meraih tengkuk gadisnya. Tanpa menariknya untuk mendekat, Justru Asyila yang memajukan kepalanya dengan mandiri.

Ia, mencium bibir William.

Ditengah keramaian ini, semua orang tak peduli dengan apa yang dilakukan orang lain, mereka hanya sibuk menjadi penikmat musik.

Tiga detik ciuman itu sudah mampu membuat William kehilangan keseimbangan, benarkah Asyila menciumnya? Apakah ini mimpi? William menampar pipinya sendiri cukup keras.

"Sorry, gue bener-bener- Sorry William.."

Asyila menekan pelipisnya yang sebenarnya tak terasa pusing itu, ia benar-benar lepas kendali.

"Gue minta maaf, tolong lupain a-"

"Nggak. Gue ga akan lupain ini. Kalau lo mau lupain silahkan, tapi ijinin gue buat jadiin ini salah satu momen berharga di hidup gue Asyila."

Asyila menatapnya tak percaya, bukankah harusnya William marah? kecewa? atau bahkan jijik? melihat perempuan terlebih dulu menciumnya.. bukankah itu memalukan?

Tidak, itu sama sekali tak memalukan bagi William. Justru ia sangat suka dengan sikap gadisnya yang seperti ini. Gadisnya, Asyila Hera Fiony, hanya dia.. tak ada perempuan lain lagi yang bisa menandingi tahta Asyila di dalam hati dan pikirannya.

"K-kita boleh pulang sekarang ngga?"

"Ayo"

Perjalanan pulang yang kosong tanpa sedikitpun basa-basi. Mungkin semua topik terasa basi bagi Asyila setelah apa yang ia lakukan malam ini, ia hanya bisa merasa malu.

"Makasih" Ucap mereka berdua bersamaan.

"Gue yang makasih" Lagi.

William menggenggam tangan gadisnya itu, terasa dingin. "Gue Syil, gue yang harus bilang terimakasih buat malem ini. Kayanya gue adalah orang paling beruntung hari ini, makasih banyak."

Sedangkan sang gadis bingung harus menjawab seperti apa lagi, kata-kata William begitu manis, membuatnya hanya bisa mengangguk setuju.

"Sekali lagi makasih, dah!"

Tangan Asyila terangkat perlahan dan dengan ragu membalas lambaian tangan William.

Ia kemudian berjalan dengan langkah kecil menyusuri setiap pijakan di halaman rumahnya, senyuman di bibirnya tak lagi dapat tertahan.

Membiarkan sukmanya menari-nari di alam bawah sadar, Asyila tak sadar bahwa tubuhnya juga ikut bergerak ke sana kemari seperti orang yang tengah mabuk berat.

"Habis dari mana Asyila?" Suara berat ayah menyadarkan ia kembali ke kenyataan.

"Main ke festival musik yah"

"Sama cowo ya?"

"Anu,,"

"Ayah lihat dari jendela tadi, kamu dianter cowo"

"Hehehe, temen Syila itu.."

"Tadi udah izin bunda?"

"Udah kok!"

Ayah menepuk pucuk kepala anak gadisnya itu kemudian berlalu.

Asyila memang sudah menduga bahwa ayah tak akan marah meskipun dirinya keluar bersama teman laki-laki. Karena ayah sudah percaya, bila Asyila katakan itu adalah teman, maka itu benar-benar hanya teman. Anaknya ini sudah pandai menjaga dirinya sendiri. Ia selalu mengingat semua pesan ayah dan bunda tentang bagaimana cara bergaul dengan baik dan benar.

Ayah bukanlah tipe yang terlalu strict, namun juga bukan tipe yang bebas. Tetapi Asyila telah berhasil mendapatkan kepercayaan penuh dari sang ayah, perempuan ini memang selalu berada dalam lingkungan yang baik, sungguh karunia Tuhan yang sangat berharga.

Jika ayah tahu laki-laki yang mengantarkannya pulang adalah William Atmaja.. ia berharap reaksinya akan tetap sama, meskipun terdengar sedikit mustahil.

...

⭐~!! jangan lupa voteeeeee

double up btw, karena kemarin² kadang ngandat sehari ga up season wkakwkakakwk. cintah bgt sama readers loafs 😟💘

Seasons - Kim WoonhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang