Pagi itu, suasana kantor masih sama seperti biasanya. Semua karyawan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, termasuk Kim Roseanne yang baru saja kembali dari perjalanan bisnis dengan Choi Eunwoo, bosnya yang terkenal dengan sifatnya yang perfeksionis dan arogan. Roseㅡsapaan akrab Roseanneㅡ mencoba untuk bersikap profesional meskipun perasaannya campur aduk sejak insiden di perjalanan bisnis tersebut.
Rose menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu kantor Eunwoo. "Masuk," terdengar suara tegas dari dalam.
Rose membuka pintu dan masuk dengan langkah mantap. "Selamat pagi, Pak Eunwoo. Ini laporan perjalanan bisnis kita," kata Rose dengan suara formal, sambil menyerahkan setumpuk berkas.
Eunwoo mengangguk tanpa menatap Rose. "Letakkan di meja. Apa ada hal lain yang perlu kita bahas?"
Rose berusaha menjaga ketenangannya. "Tidak ada, Pak. Saya akan kembali ke meja saya jika tidak ada hal lain."
Eunwoo hanya mengangguk lagi, tanda bahwa ia memperbolehkan Rose pergi. Rose menunduk sedikit sebelum berbalik dan keluar dari ruangan itu. Sesampainya di mejanya, Rose menghembuskan napas lega. "Aduh, gimana nih aku bisa kerja tenang kalo tiap ketemu dia rasanya jantung mau copot," gumam Rose pelan.
Hari itu berlalu dengan cepat. Rose berusaha fokus pada pekerjaannya, tapi pikirannya terus melayang ke kejadian di perjalanan bisnis. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana bisa ia bangun di tempat tidur yang sama dengan Eunwoo? Dan kenapa Eunwoo bilang kalau itu ia yang memulai?
Rose menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran itu. "Fokus, Rose! Kamu di sini buat kerja, bukan mikirin yang nggak-nggak," bisiknya pada diri sendiri.
Siang harinya, saat waktu makan siang tiba, Rose memilih untuk makan di kantin bersama beberapa rekan kerja. Mereka bercanda dan berbicara tentang berbagai hal, membantu Rose melupakan sejenak kekhawatirannya. Tapi ketika ia kembali ke mejanya, ada satu pesan di emailnya yang membuat jantungnya berdebar lagi.
"Rose, tolong temui saya di kantor saya setelah jam makan siang. - Choi Eunwoo."
Rose menelan ludah. Apa lagi ini? Apa yang Eunwoo mau bicarakan? Dengan perasaan tak menentu, ia menunggu waktu berlalu, berusaha menenangkan diri.
Saat jam makan siang usai, Rose menarik napas panjang dan berjalan menuju kantor Eunwoo. Ia mengetuk pintu dan mendengar suara tegas yang sama. "Masuk."
Rose membuka pintu dan masuk, menutup pintu di belakangnya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Eunwoo mengangkat kepalanya dan menatap Rose dengan tatapan serius. "Duduklah, Rose. Kita perlu bicara tentang kejadian di perjalanan bisnis kemarin."
Rose merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Baik, Pak," katanya sambil duduk di kursi di depan meja Eunwoo.
Eunwoo menghela napas. "Saya tahu ini terkesan jahat untuk kamu, tapi saya ingin kita berdua melupakan kejadian itu sesuai dengan apa yang kamu katakan sama saya di hotel dan fokus pada pekerjaan kita. Saya tidak ingin insiden itu mempengaruhi profesionalisme kita di kantor."
Rose mengangguk pelan. "Saya setuju, Pak. Saya juga tidak ingin kejadian itu mempengaruhi pekerjaan kita. Lagipula saya juga salah karena malah mabuk malam itu. Maafkan saya."
Eunwoo mengangguk kembali. "Baiklah. Kalau begitu, mari kita lupakan itu dan kembali bekerja."
Rose berdiri dan menunduk sedikit sebelum keluar dari ruangan itu. Ia merasa lega, meskipun ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya. "Oke, Rose. Fokus kerja. Kamu bisa melalui ini," gumamnya pada diri sendiri.
Dan begitu, hari pertama mereka kembali ke kantor setelah perjalanan bisnis itu pun berlalu, dengan segala ketegangan dan perasaan campur aduk yang masih belum sepenuhnya hilang.
---
Setelah Rose keluar dari ruangannya, Eunwoo menghela napas panjang dan menundukkan pandangannya ke meja. Ia mencoba fokus pada tumpukan berkas yang ada di depannya, namun pikirannya terus melayang ke kejadian malam itu.
"Kenapa harus Rose?" pikirnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Kenapa aku tidak bisa melupakan kejadian itu?"
Penampilan Rose hari ini-kemeja pas badan dengan rok span yang menunjukkan lekukan tubuhnya-terus terbayang di benaknya. Eunwoo mengingat bagaimana Rose terlihat begitu berbeda saat itu, dengan rambut tergerai dan wajah yang tampak lebih lembut dalam cahaya malam.
Eunwoo merasa bimbang. Ia adalah pria yang selalu menjaga jarak profesional dengan bawahannya. Tapi malam itu, segalanya berubah. Ia tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa malam itu adalah pertama kalinya ia melakukan sesuatu yang begitu intim, dan itu dengan Rose, sekretarisnya sendiri.
Ia menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah. Terlebih lagi, Eunwoo memiliki tunangan bernama Park Mina. Mereka dijodohkan oleh orang tua mereka, dan meskipun Eunwoo tidak sepenuhnya mencintai Mina, ia tahu bahwa tunangannya adalah wanita yang baik. Hubungan mereka sudah direncanakan jauh sebelum ia bertemu Rose.
Begitu juga dengan Rose. Ia memiliki kekasih bernama Park Taehyung. Eunwoo pernah bertemu dengan Taehyung beberapa kali dan tahu bahwa pria itu sangat mencintai Rose. Bagaimana perasaan Rose setelah kejadian itu? Apakah ia juga merasakan hal yang sama atau hanya menganggapnya sebagai kesalahan yang harus dilupakan?
Eunwoo menggelengkan kepalanya, mencoba menepis semua pikiran itu. "Fokus, Eunwoo. Kamu tidak boleh membiarkan ini mengganggu pekerjaanmu," gumamnya pada diri sendiri. Tapi semakin ia mencoba, semakin sulit rasanya untuk melupakan Rose dan malam itu.
Di sisi lain, Rose berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang di mejanya. Ia terus berpikir tentang bagaimana ia harus bersikap di depan Eunwoo tanpa membuat suasana menjadi canggung. Taehyung, kekasihnya, selalu bersikap manis dan perhatian, tapi Rose merasa bersalah setiap kali mengingat kejadian malam itu.
Ketika akhirnya hari kerja berakhir, Rose merasa lega bisa pulang dan beristirahat. Namun, perasaan tidak nyaman itu tetap mengikutinya. Setibanya di rumah, Rose disambut oleh Taehyung yang sedang menyiapkan makan malam.
"Hai, Sayang. Bagaimana harimu?" tanya Taehyung dengan senyum lembut.
Rose mencoba tersenyum. "Baik, seperti biasa. Kamu sendiri?"
"Aku baik. Aku masak makanan kesukaanmu. Ayo, kita makan!"
Selama makan malam, Rose merasa bersalah karena tidak bisa sepenuhnya jujur pada Taehyung. Tapi ia juga tahu bahwa menceritakan kejadian malam itu hanya akan menghancurkan hati Taehyung. Jadi, ia memilih diam dan mencoba menikmati makan malam mereka.
Sementara itu, di apartemennya, Eunwoo menatap keluar jendela. Ia tahu bahwa ia harus mengambil keputusan. Apakah ia akan mengabaikan perasaannya dan terus menjalani kehidupan seperti biasa? Atau akankah ia mencoba memahami apa yang sebenarnya ia rasakan terhadap Rose?
Eunwoo menghela napas lagi. "Rose... apa yang sebenarnya terjadi pada kita?" tanyanya pada dirinya sendiri. Tapi jawaban itu tidak datang dengan mudah, dan malam itu berlalu dengan berbagai pikiran yang terus mengganggu ketenangannya.
Hari-hari berikutnya di kantor akan menjadi ujian bagi mereka berdua. Mampukah mereka menjaga profesionalisme dan melupakan kejadian itu?
Vote dan Komentarnya aku tunggu, ya! 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret with Arrogant Boss
FanfictionAtas kesalahan yang tidak disengaja, Rose harus menyimpan rapat-rapat rahasianya bersama sang bos yang terkenal arogan. Keduanya sepakat tidak akan memperpanjang apa yang telah terjadi. Namun, entah kenapa hal tersebut justru mengusik pikiran keduan...