"Tante Meyah." Renee menoleh ke samping begitu menangkap suara kecil mencicit bak tikus milik Rowon. Dia menurunkan kacamata hitam sebagai pelindung pemandangan dari sinar matahari seraya menaikkan alis.
"Yes, Honey?"
"Mami kapan pulang? Yowon kangen."
Renee menatap Rowon, lebih tepatnya agak menghakimi sehingga Rowon pun terlihat takut-takut. Jari-jemari mungil dipilin-pilin, degup jantung samar-samar didengar Renee meski jarak mereka tidak terlalu dekat.
"Nanti."
"Nyanti itu kapan, Tante?"
Wanita surai pirang melepas kacamata di pangkal hidung kemudian mengubah posisi kaki yang semula lurus sepanjang kursi santai menjadi lekuk agar bisa berhadapan langsung dengan Rowon. "Kalau Tante bilang nanti ya nanti, nggak usah banyak omong, nasib baik kamu nggak Tante buang di hutan."
Mata Rowon sontak berkaca-kaca mendengar ucapan, bibirnya gemetaran takut bercampur sedih lalu akhirnya berlari menggunakan kaki kecilnya menuju tempat Jeno berada. Meninggalkan Renee mendengus kasar dan melanjutkan rutinitas berjemurnya kembali.
Rowon tahu Papinya punya soft spot buat dia, oleh karena itu dia berniat memohon kepada Jeno agar permintaannya kali ini dapat dikabulkan. Di antara Renee dan Jeno, Rowon lebih senang bersama sang ayah.
"Papi! Papi!"
"Iya Sayang?" tanya Jeno mengalihkan pandangan dari buku catatan bersampul merah tua di atas meja. Rowon sempat melirik sekilas, tidak memahami tulisan latin di sana apalagi simbol-simbol aneh yang tergambar.
"Papi, Yowon boleh minta sesuatu, nggak?"
"Minta apa, Nak?"
Sang putra menarik napas, mempertemukan dua telapak sebagai isyarat memohon. "Papi yang baik hati, boleh nggak malam ini Rowon tidur sama Mami?"
Jeno tentu saja langsung terdiam, bahasa anak muda sekarang ya kicep. Tak merespon mendadak, tak jua ingin berlama-lama menjawab. Manik setajam mata elang bergerak kesana kemari, ibarat sedang memastikan permintaan Rowon tidak dengar orang lain.
"Rowon kangen Mami?"
"Iya, Papi. Kangen banget, Yowon seling nangis setiap malam kalena nggak ada Mami hiks.. Yowon.. hiks.. kangen Mami.." buru-buru Jeno menarik Rowon ke pangkuan seorang, mendekap erat putra keduanya seraya berbisik menenangkan. Meskipun dia tidak punya sifat kebapakan seperti manusia pada umumnya, entah kenapa pada Rowon dia rela melakukan apa saja.
Apa karena dia memang menyukai Renjun segitunya? Hingga anak yang dikandung Renee pun tidak mendapat kasih sayang sebesar Rowon sekarang.
Jeno mengelus bagian belakang kepala Rowon, memijat ubun-ubun sang anak pelan nan hati-hati, tak lupa mendaratkan kecupan serta mematri senyuman yang lembut tidak ketolongan. Sekilas Rowon senang melihatnya, menganggap seperti itulah rupanya nanti di masa depan bila seumur ayahnya.
"Papi coba bilang sama Tante Renee, ya?"
"Tante Yenee? Kan itu Tante Meyah, Papi!"
Si Tampan tergelak, gemas mendapati protesan dari putranya seiring ia mengganyang pipi tembem tersebut gregetan. "Iya, iya, Tante Meyah, toh sama saja bukan?"
"Janji ya Papi."
"Iya Papi janji. Rowon mau main sama Papi habis ini?" Rowon mengangguk antusias sembari meluncur turun dari pangkuan, menggenggam jemari Jeno dengan jemarinya yang kecil membuahkan kehangatan tiba-tiba menyusup di sanubari.
![](https://img.wattpad.com/cover/371843420-288-k426175.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SACRIFICE 🔞[21+] [NOREN]✔️
FanficPengusaha muda yang suka meminjamkan uang pada warga hanya menginginkan satu permintaan aneh yang harus dibawakan yaitu gadis perawan. . . ⚠️ : mengandung konten dewasa ; dead dove : do not eat ; criminal ; black magic! au ; girl!renjun ; jeno the...