Keberanian Risa

1.9K 3 0
                                    

Sifa melambaikan tangannya kepada Lastri, sedangkan Lastri mengkerutkan keningnya seraya bertanya kepada Aldi.

"Lastri sama siapa Di?"

"Oh itu bapak aku."

Lastri nampak sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Aldi, hingga akhirnya Sifa dan Usman ada di depan mereka berdua. Sebenarnya Lastri pura-pura tidak mengenal Usman, semua ada campur tangan Usman dengan kondisinya sekarang.

"Mbak Lastri ini es campurnya."

"I..iya terimakasih Sifa."

Sifa menyadari kalau bau badan Aldi kali ini sudah tidak dapat ditoleransi lagi, karena kali ini bukan buat terangsang tapi pingin muntah ketika mencium baunya.

"Aldi, kamu mandi dulu sana. Gak enak sama mbak Lastri dan bapak."

Aldi menganggukkan kepalanya dan segera ke kamar mandi, rupanya disana ada Risa yang sedang mandi.

"Siapa di dalam?"

Tidak ada jawaban sama sekali, sampai Aldi mendengar suara isak tangis dari arah kamar mandi. Dengan cepat Aldi masuk ke WC yang terpisah.

"Mbak Risa?"

Risa terlihat t membatin, pandangannya kosong. Dalam pikirannya masih terbayang bersenggamaannya dengan pak RT yang baru beres, dia merasa jijik akan vaginanya yang sudah menerima cairan kental berupa sperma dari lelaki lain selain suaminya.

"Mbak Risa kenapa?"

Aldi nampak panik dengan keadaan Risa, sampai karena terlalu panik Aldi mendobrak pintu penyambung WC dan kamar mandi.

Saat dia masuk terlihat Risa nampak tidak berbusana dan Aldi kaget bukan main karena ada cairan kental masih keluar dari vaginanya.

"Mbak Risa kenapa?"

Risa memeluk Aldi dan tanpa sadar ketika mencium aroma tubuh Aldi vaginanya berkerut, tapi dia sadar tak ingin melakukan kesalahan lagi.

"Ada apa mbak?"

Risa mengambil handuk dan secara berbisik mereka mengobrol di dalam kamar mandi.

"Sa... Saya."

"Kenapa mbak?"

"Saya gak enak ngomongnya."

"Kalau mbak Risa gak mau cerita juga gak apa-apa, tapi mbak harus keluar kamar mandi biar gak ada fitnah diantara kita."

Risa kembali memeluk Aldi.

"Aku dijual sama ibu mertua aku Di."

Aldi sangat kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Risa.

"Maksudnya gimana mbak?"

Risa pun menceritakan dengan keadaan Isak tangis yang masih dia rasakan, Aldi melongo dan seolah tidak percaya dengan semua ceritanya.

"Saya akan bertemu mas Adam dan menceritakan semuanya."

"Jangan mas, nanti Adam bisa marah."

"Mbak tenang saja, saya akan bantu mbak."

Ketampanan serta daya juang Aldi membuat Risa kagum, tapi dia tahu diri kalau Risa adalah pemilik sejati dari Aldi.

----

Sepi dan hening nampak jelas dengan keadaan Sifa, Usman dan Lastri. Tanpa ada satu katapun  saat mereka duduk berdekatan secara bersamaan.

"Lho kok malah pada bengong?"

Aldi yang hanya memakai handuk saja nampak mencairkan suasana, hanya saja aroma sabun dari tubuh Aldi agak membuat Lastri kecewa.

"Pak Aldi, saya nampaknya harus pamit. Langit sudah mulai mendung."

"Lho Bu Las, kok buru-buru?"

"Lagian saya udah sampaikan yang perlu disampaikan tadi."

Tiba-tiba saja Usman pun ikut pamit, sontak itu membuat Aldi dan Sifa jadi keheranan.

"Bapak juga pamit ya, tadi kebetulan saja ketemu Sifa. Bapak cuma mau lihat keadaan kamu Aldi, tapi untungnya kamu udah sembuh ya."

"Alhamdulillah pak."

Saat dia orang tersebut sudah pergi, Sifa masuk ke kamar dan memeluk Aldi yang hanya memakai celana dalam saja.

"Sayang, main yu!"

"Sifa, aku ada urusan penting. Nanti malam saja ya."

Sifa nampak kecewa tapi wajahnya berubah tak kala menatap wajah Aldi yang nampak serius.

"Kamu mau kemana udah rapi gini, gak ke sekolah kan?"

"Gak, aku mau ke pabrik mas Adam kerja.

Sifa tak tahu apa yang akan dilakukan oleh suaminya tersebut, hanya saja dia merasa kalau suaminya akan berbuat sesuatu.

Bilik Kontrakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang