04. Jisoo Si Bocah Tengik

1.4K 209 3
                                    

H-3

"YAKK!!! MANOBAL!!! Lihat ini semua ini! Kau mau membunuh orang semanis diriku ini dengan tumpukan kertas ini, hah!?" Chaeyoung berteriak marah.

Melihat banyak tumpukan dokumen yang tersusun rapi di mejanya. Ini akan menghabiskan waktu yang lama. Bisa-bisa dia harus lembur. Ini semua adalah ulah si Manobal itu! Chaeyoung berteriak dengan marah membuat Lisa di sisi lain langsung menjauhkan ponselnya begitu suara Chaeyoung yang keras menghantam gendang telinganya.

"Hehe.. itu cuma sedikit. Nanti akan di kirim lagi kok, Chaeng. Kau tidak perlu khawatir hehe.." begitu selesai mengatakan itu, Lisa memutus panggilan sepihak.

"MANOBAL SIALAN!!!"

Karyawan yang datang mengantar kopi untuk Chaeyoung. Begitu masuk ke ruangannya, dia terlonjat begitu mendengar suaranya yang keras memenuhi ruangan hingga terdengar keluar.

"Letakkan saja di situ.." Chaeyoung menunjuk meja. Karyawan itu langsung keluar takut terkena kemarahan Chaeyoung yang sepertinya tengah berada dalam frustasi.

"Hais... Manobal ini... Padahal masih tiga hari lagi dia baru menikah. Sudah membuat ku bisa mati mengurus semua ini... Apalagi nanti setelah dia pergi bulan madu... Mati aku.."
_____

Jeonju Hanok.
Melihat seseorang yang sering dia lihat, Jisoo menghampirinya dengan langkah kakinya yang di buat seperti seorang yang gagah. Mengangkat tangannya dan menunjuknya "Woi!... Apa yang kau cari wahai Tuan Kwon yang tua?"

Kwon Jiyong, laki-laki itu menoleh menatap Jisoo dengan kesal saat mendengar kata'Tuan Kwon yang tua'. Apa dia setua itu? "Apa maksud mu anak kecil? Aku memanggil ku tua, eoh? Dasar bocah tengik... Dimana Jennie calon istri ku itu? Aku ingin bertemu dengannya.." katanya menatap Jisoo dengan tidak suka.

"Calon istri mu? Wah... Apa kau lupa minum obat sakit pinggang mu itu? Jangan terlalu mengkhayal wahai Kwon tua... Jennie sudah memiliki calon suami yang pastinya bukan dirimu.." Jisoo menggelengkan kepalanya sambil menyilangkan tangannya.

Jiyong berdecak kesal. Berani sekali bocah tengik ini kembali memanggilnya Kwon tua. Benar-benar sialan!

"Benar sekali... Karena calon suami Jennie adalah aku... Jung Jihoon yang tampan.. bukan begitu, bocah tengik?" Katanya yang entah datang dari mana sambil menyandarkan tubuhnya ke samping tubuh Jisoo. Membuat Jisoo terkejut.

Plak!!!

"Yakk!!! Bajingan!!.. Kau hampir membuat ku kehilangan nyawa!" Ringan sekali tangannya yang putih itu mengenai pipi Jihoon yang langsung memerah.

Jihoon mengelus pipinya dengan meringis merasakan panas. "Bwuahaha... Rasakan itu.. hahaha Jennie itu hanya milikku, bukan begitu bocah tengik? Kau harus lebih keras lagi mengenai wajahnya.." Jiyong memang perutnya yang sakit tertawa melihat Jihoon yang meringis.

Mendengar suara ribut di luar rumahnya. Taehee keluar. "Yakk! Kalian pagi-pagi sudah bikin ribu di depan rumah orang! Jisoo, ayo masuk... Tolong bantu Jennie di dalam.." tangannya menarik Jisoo pergi memasuki rumah.

"Yakk!! Nyonya Kim... Tunggu dulu, aku ingin bertemu dengan putri cantik mu!" Keduanya berteriak bersama. Tapi, Taehee menutup pintu depan tidak peduli. Para laki-laki pedofil itu tidak bisa mencari wanita yang umurnya tidak jauh dari mereka apa? Biarkan saja orang-orang aneh itu berteriak memanggil. Nanti akan pergi saat orang-orang di sekitar menegur kelakuan mereka.

"Eomma, ada apa ribut-ribut di luar?... Hoam... Menganggu tidur nyenyak ku saja.." Jennie datang dengan wajah bantalnya khas baru bangun tidur

Jisoo menatapnya terkejut. Bisa-bisanya calon pengantin baru ini bangun kesiangan? "Kucing, kau baru bangun? Wah kau ini sebentar lagi mau menikah... Ck ck.. bisa-bisanya kau bangun terlambat kucing... Dasar kucing pemalas ck.." Jisoo menggelengkan kepalanya sambil menutup matanya; benar-benar kucing pemalas.

"Ck.. aku sedang menikmati hari-hari terakhir masih belum menjadi milik siapa-siapa... Unnie ini tidak tahu, setelah aku menikah, aku tidak akan bisa malas-malasan lagi.."

"Sudah-sudah. Jisoo, tolong bantu Jennie mengemasi barang-barangnya. Kamu juga sudah bawa kan baju-baju kamu? Kita akan ke Seoul siang ini. Setelah ini, kita akan tinggal disana. Tuan Marco memberikan kita sebuah cafe. Jadi kita akan tinggal disana..." Taehee menyela. Jika terus di biarkan. Dua gadis ini akan terus berdebat yang nantinya akan berujung saling kejar-kejaran seperti kucing dan tikus.

"Mwo!? Eomma akan tinggal di Seoul? Itu artinya aku tidak perlu jauh-jauh kesini jika ingin bertemu dengan eomma.."

"Eoh, eomma juga tidak bisa jauh darimu. Kebetulan Tuan Marco membantu kita, jadi eomma terima saja. Itung-itung ngirit pengeluaran hehe.."

"Kau cukup matre juga, eomma. Jisoo suka itu.." kata Jisoo sambil mengacungkan jempolnya.

"Mulutmu itu Jisoo......" Tariknya bibir Jisoo membuat si mulut ceplas-ceplos itu mengaduh kesakitan.

"Ouch... Sakit eomma... Bibir seksi ku.."

"Sudah sana bantuin Jennie. Eomma mau lanjut memasak. Kalau mau punya eomma juga beresin ke koper biar nanti abis makan kita langsung jalan.." katanya dan langsung pergi kembali ke dapur.
_____

Seoul, di kediaman keluarga Manoban.

Chaeyoung bekerja keras dari pagi hari hingga siang ini. Tapi karena ada beberapa dokumen yang harus Lisa atau Marco dulu yang menandatangani, dia datang dengan beberapa dokumen di kedua tangannya.

"Loh Chaeng.... Cari Lisa? Lisa ada di taman belakang... Ini mommy nitip kasih ke Lisa. Mommy mau ke boutique buat ngambil beberapa keperluan.." katanya sambil menyerahkan gelas susu coklat pada Chaeyoung dan pergi dengan terburu-buru.

Chaeyoung menghela nafas pasrah. Dia berjalan dengan sedikit susah karena harus memegang beberapa dokumen penting dan satu gelas susu hangat di tangannya. "Ini... Mommy mu menyuruh ku. Dan ini.... Tanda tangani cepat, aku masih harus pergi meeting setelah ini.." katanya sambil meletakkan gelas dan dokumen di depan Lisa yang sibuk dengan laptopnya.

"Eoh. Kenapa sebanyak ini?" Tanyanya tapi sambil menandatangani dokumen-dokumen itu.

Chaeyoung memutar matanya malas. Bisa-bisanya orang di depannya ini bertanya kenapa bisa sebanyak ini? Bukankah sudah jelas itu karena dia tidak masuk ke kantor selama beberapa hari ini. "Tanda tangani saja cepat, tidak perlu banyak protes. Ini ulahmu sendiri yang tidak datang ke perusahaan.... Pokoknya setelah kau pulang bulan madu, aku ingin gajiku di naikkan. Aku sudah bekerja seperti orang mati karena ulahmu itu, Manobal.." katanya sebagai bentuk protes. Tapi, dia juga mengambil keuntungan. Ini di sebut mendapatkan keuntungan dari kesengsaraan.

"Hehe... Baiklah-baiklah... Aku akan menaikkan gajimu nanti... Tapi, asal aku puas dengan hadiah mu di pernikahan ku nanti. Bagaimana?" Tantangnya menatap Chaeyoung dengan menyeringai.

Di uang. Apapun akan di lakukan. "Oke! Deal! Ku pastikan kau akan menyukai hadiah yang ku berikan! Aku tunggu itu! Awas kau ingkar janji Manobal! Aku akan libur sebulan untuk membuat mu mati dengan tumpukan kertas di atas meja mu itu!" Balasnya dengan mantap dan membereskan dokumen-dokumennya yang sudah Lisa tanda tangani.

Lisa tersenyum tipis menatap punggung Chaeyoung yang menjauh "Eoh... Aku tunggu itu, Chaeng.."
______________________________________

Sorry baru bisa update. Kemaren error gak bisa update sama sekali. Mana pas udah hampir selesai ke-riset sendiri yang ini. Untung masih ingat alurnya..
Jangan lupa vote dan komen..
See you next chapter guys..

Heavenly BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang