15. The Baby Manoban [END]

1.4K 151 1
                                    

Hari-hari berlalu dengan sedikit sulit saat semakin hari, perut Jennie semakin membesar. Perutnya yang semakin besar membuatnya semakin susah untuk beraktivitas. Tapi karena saran dokter yang menyuruhnya sering-sering berjalan agar mempermudah persalinan, maka dia biasanya sering jalan di pagi hari dan sedikit berjemur. Jika bukan karena saran dokter, Jennie akan bermalas-malasan di kamarnya, tidur dan makan setiap hari. Tapi karena ini dari dokter dan untuk kemudahan dirinya, ya dengan sedikit paksaan dia melakukannya setiap hari.

Jennie, wanita yang tengah hamil besar itu semakin cantik dengan perut besarnya. Bukannya bosan, Lisa malah semakin mencintai istrinya yang menurutnya semakin cantik tiap harinya.

Karena perkiraan dokter jika bayinya akan lahir dalam waktu seminggu lagi. Jennie di kehamilannya yang 9 bulan, kini harus menginap di rumah sakit. Dia menjalani hari-harinya di rumah sakit selama 3 hari dan belum juga ada tanda-tanda jika Baby Manoban itu ingin segera bertemu dengan kedua orang tua dan orang-orang yang sudah menunggu kehadirannya.

"Hais,.. berapa lama lagi? Aku sudah tidak sabar menunggu bayimu, Jendeuk.." hari-hari Jisoo hanya di habiskan menggerutu kesal menunggu bayi Jennie belum juga lahir. Padahal dirinya sudah sangat ingin mengajarinya memanjat pohon mangga di belakang rumah sakit.

"Kau saja yang mengandung bagaimana? Biar tahu rasanya juga?" Chaeyoung menyela. Dia menatap gadis Kim itu dengan mengejek.

"Cih cungkring, kau ikut-ikutan saja!"

Diana dan Taehee menggeleng-gelengkan kepala melihat pertengkaran dua orang ini. Kelihatannya saja saling bermusuhan, tapi tidak bertemu selama satu hari sudah uring-uringan.

"Wae? Ada apa, Wife?" Tanya Lisa melihat Jennie menunjuk ke arah ponsel di atas meja.

"Aku lapar. Aku ingin mandu. Hubby belikan dengan Chaeng..." Pintanya dengan tatapan sangat menginginkan yang tidak mungkin bisa di tolak Lisa.

Lisa berdiri dan menarik Chaeyoung agar ikut dengannya mencari mandu. "Tunggu sebentar, aku akan keluar mencarinya. Sabar, eoh.."
____

"Unnie, kau selalu bertengkar dengan Chaeyoung, awas nanti malah jodoh loh.."

"Iuh... Amit-amit, Jendeuk. Aku tidak ingin menikahi si cungkring itu.." Jisoo menggeleng-gelengkan kepalanya; yakali dia menikmati Chaeyoung yang cungkring itu. Ck!

"Cungkring-cungkring gitu, duitnya banyak loh, unnie. Bisa buat belanja sepuasnya.." mata Jisoo berbinar begitu mendengar kata duit. Duit adalah hidup.

"Benarkah? Kalau begitu aku akan menggodanya nanti!" Diana dan Taehee menggelengkan kepala mendengarnya. Sepertinya mereka harus mengajari Kim satu ini agar tidak bertingkah aneh-aneh, yang ada nantinya cucu mereka ikutan di ajari aneh-aneh.

"Wae? Ada apa, dear?" Diana menatap Jennie yang meringis memegang perutnya.

"Perut Jennie sakit.. bayinya aarkkh!" Jennie memegangi perutnya, bayinya sepertinya ingin keluar.

"Cepat panggil dokter, Jennie sepertinya akan melahirkan. Aku akan menelfon Lisa agar kembali!" Taehee menyuruh Jisoo dan mengambil ponselnya.

"Lisa! Cepat kesini! Istri mu ingin melahirkan!"
____

"Ayo, Chaeng! Kita kembali ke rumah sakit sekarang! Jennie ingin melahirkan sekarang!" Chaeyoung ikut panik, dia berlari mengambil mobil dan langsung menuju rumah sakit. Sesekali dia menyetir menerobos lampu lalulintas karena panik saat Lisa menyuruhnya agar cepat.

"Kau urus dulu polisi-polisi yang mengejar itu! Aku akan masuk duluan!" Kata Lisa dan berlari ke rumah sakit.

"Astaga... Sabar Chaeng, dia itu bosmu... Huft... Tapi gak sama polisi juga, Manoban sialan!"
____

"Dimana Jennie, Mom?" Lisa berlari menghampiri Diana.

"Masuk saja, dia berada di dalam menunggu mu.." Lisa mengangguk mengerti dan masuk ke dalam. Sedangkan di luar, ada Diana, Taehee dan Jisoo yang menunggu, sedangkan Marco saat ini masih berada di jalan.

"Loh, kalian barengan?" Diana menatap suaminya dan Chaeyoung yang datang bersamaan, padahal mereka tadi tidak datang bersama.

"Nih Chaeyoung di kejar polisi, ya Daddy bantuin dulu tadi.."

Plak!

"Huuu... Cungkring-cungkring, kerjaannya bikin repot aja!" Tanpa rasa bersalah, Jisoo menampol kepala Chaeyoung cukup keras, membuat yang di tampol mengaduh kesakitan.

"Yakk! Bocah!"

"Ck Jisoo... " Taehee menatap tajam, gadis ini benar-benar tidak bisa menahan dirinya yang selalu menampol kepala Chaeyoung.

"AAARRKKHHH RAMBUT KU!!!"

Semuanya bergidik ngeri mendengar teriakkan Lisa. "Tamatlah riwayat mu, Lisa.." Marco masih sangat mengingat dirinya dulu saat istrinya melahirkan Lisa, rambutnya sampai rontok akibat pelampiasannya. Akhirnya anaknya itu merasakan apa yang dulu pernah dia rasakan. Dia tidak sendirian sekarang, tinggal menunggu Chaeyoung yang merasakannya juga setelah menikah nanti.

"Aku jadi tidak ingin menikah jika seperti ini..." Gumam Chaeyoung, dia sedikit takut nanti jika wanita yang dia nikahi akan membuat wajah tampannya hancur.
____

Suara teriakan Lisa yang sepertinya tengah tersiksa perlahan hilang, tergantikan oleh suara tangisan bayi. Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya baby Manoban melihat dunia.

Di luar, keluarganya sudah tidak bisa menahan kebahagiaan yang begitu besar ini. Mereka saling berdoa agar sang bayi lahir tanpa kekurangan sedikit pun.

Ceklek!

"Lisa, bagaimana cucu mommy? Jennie bagaimana? Apa mereka berdua baik-baik saja?"

"Lisa, putri dan cucuku baik-baik saja bukan? Apa cucu ku lahir dengan baik?"

"Lisa, apa jenis kelamin cucu tersayang Daddy?"

"Lisa, ada beberapa yang lahir? Ayo cepat buat lagi, lalu berikan padaku.." Ya, sepertinya kita semua tahu siapa yang di akhir ini, Kim Jisoo si gadis yang tidak bisa di tebak dengan tingkahnya itu tersenyum dengan kedua tangannya yang bertautan.

"Kita ke ruang VIP dulu, Jennie akan di pindahkan ke sana. Aku akan mengurus beberapa hal dulu.." ujarnya sambil melangkahkan menuju resepsionis.

Akhirnya, mereka pergi ke ruang rawat VIP yang sebelumnya di pakai Jennie. Jennie terbaring di atas ranjang dengan tubuhnya yang lemah, seperti semua tenaganya terkuras habis untuk melahirkan baby Manoban.

"Eomma, Lisa dan anakku dimana?" Tanyanya dengan lemah, tubuhnya terlalu lelah untuk sekedar bergerak dan perutnya terasa sakit, peluhnya bercucuran di tubuhnya.

"Lisa sedang mengurus sesuatu, nanti dia datang dengan baby Manoban.." Taehee mengambil tisu dan membersihkan keringat putrinya itu.

Selang beberapa saat, Lisa datang dengan bayi yang berada di gendongannya. Itu adalah baby Manoban yang di tunggu-tunggu selama ini. Penerus keluarga Manoban. Mereka langsung mengelilingi Lisa, melihat wajah dari bayi tersebut.

"Lisa, apa dia perempuan atau laki-laki? Apa kamu sudah memberikan nama? Jika belum biar Daddy yang memikirkannya.."

Lisa berjalan menghampiri Jennie, dia tersenyum menatap istri tercintanya itu. "Terima kasih, Wife.. cup.."

Meletakkan bayi mereka di samping Jennie agar bisa memeluk baby Manoban, lalu Lisa menatap dalam-dalam istri dan anaknya itu.

"Aku sudah memikirkannya di jauh-jauh hari... Karena bayi ini laki-laki, aku memberikannya nama.... Limario.... Limario Manoban.."

"Kenapa tidak Manobal Manoban saja sih!"
______________________________________

END

Terima kasih buat yang sudah vote dan komen, yang sudah mendukung cerita ini. Di chapter sebelumnya sudah di bilang kalau cerita ini bakal end cepet karena emang hampir gak ada konflik, tapi nanti akan ada season 2 yang dimana nantinya akan di berikan konflik agar ceritanya makin panjang. Ringan aja gak usah berat-berat, cukup hidup aja yang berat.

Jangan lupa vote dan komen.
See you at Heavenly Beauty season 2.

Heavenly BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang