13. Pregnant Jennie?

1.3K 171 1
                                    

"Kenapa?" Chaeyoung memandang Lisa yang terlihat cemas begitu selesai mengangkat panggilan di ponselnya.

"Chaeng, aku harus pulang... Mommy memarahi ku karena tidak segera membawa istri ku ke rumah sakit... Bisakah kau meneruskan meeting ini tanpa ku?" Lisa memandang Chaeyoung dan beberapa rekan bisnisnya tidak enak. Padahal dia baru beberapa hari menjadi pemimpin resmi setelah Marco, tapi harus pergi untuk pulang.

"Eoh, tidak masalah... Pergilah, kesehatan Nyonya jauh lebih penting. Disini biar aku yang mengurusnya.." Chaeyoung dengan pengertian mengangguk di ikuti rekan bisnisnya.

"Terima kasih.." ujarnya sebelum pergi dengan tergesa-gesa.

Lisa langsung pulang dengan dokter pribadi keluarga Manoban di sampingnya. Melihat kedatangan putranya dan dokter Lee – dokter pribadi keluarga Manoban –, Diana langsung membawanya ke kamar JenLisa. "Tolong periksa menantu kesayangan ku... Dia selalu gampang kehabisan energi dan sering terlihat pucat, tapi nafsu makannya cukup besar akhir-akhir ini.."

Dokter Lee mengangguk dan segera memeriksa kondisinya. Tapi, begitu beberapa saat setelah dia memeriksa kondisi tubuh Jennie, senyum tercetak di wajahnya membuat Jennie yang tengah berbaring menatapnya bingung.

"Tuan Lisa, Selamat.... Istri anda hamil dan kehamilannya baru seminggu... Ini mungkin karena ada bayi di perutnya yang membuat kesehatannya terkadang turun dan nafsu makan yang berlebih.. saya akan menulis resep dan apa yang harus di perhatikan setelah ini.."

Mematung. Enam orang – kecuali Dokter Lee – yang berada di kamar Jennie terdiam mencerna perkataan dokter Lee itu. Otak mereka seperti tiba-tiba blank dan tidak bisa berpikir dengan benar. "H-hamil?... Istriku hamil?"

"Ne, Nyonya Muda tengah mengandung keturunan Manoban selanjutnya.."

Ke enam orang langsung bersorak dengan bersemangat begitu mencernanya. Wajah mereka terlihat begitu bahagia dan tidak menyangka Jennie akan hamil secepat ini, padahal pernikahannya dengan Lisa saja belum sampai satu bulan.

"Woah... Lisa, kau gacor!" Jisoo memberikan kedua jempolnya dengan senyuman di wajahnya.

"Selamat yah putri Eomma... Mulai sekarang jaga kesehatan dan makanan, karena di sini ada bayi yang membutuhkan perhatian mu, eoh... "

"Jika kamu menginginkan sesuatu katakan saja. Jennie sayang, kami akan memberikan apapun yang kamu mau.. jangan sungkan eoh.." ucap Diana dengan senang. Dia berada di kesenangan yang luar biasa, dia tidak akan lama lagi bisa menggendong cucunya.

"Jendeuk, kau harus membuat dua atau tiga bayi eoh! Biar aku tidak perlu mengandung juga untuk punya, kau harus berbagi dengan ku.."

"Yakk! Enak saja! Unnie, kau akan mengandung juga nanti! Kau harus bikin juga setelah menikah!... Itupun kalau kau laku unnie.."

"Yakk! Kau pikir aku tidak laku Eoh? Tidak ada yang bisa menolak pesona Kim Jisoo... Bukan begitu dokter tampan?" Dokter Lee bergidik geli melihat wajah gadis Kim itu yang matanya berkedip-kedip.

"Ini resepnya.. tolong jangan terlalu kelelahan, karena umur Nyonya masih muda, jadi perhatian juga pola makan dan gizinya agar anak dan Mommy-nya tetap sehat.... Kalau begitu saya permisi dulu, masih ada jadwal yang menunggu.."

Marco mengambil kertas yang dokter Lee berikan; "Ne, kami akan... Yaebo, aku akan mengantar dokter Lee kedepan dan sekalian pergi membeli keperluan untuk Jennie... "

"Ne, hati-hati di jalan.."
______

"Hubby, aku ingin mangga.." celetuknya.

Lisa mengangkat kepalanya yang berada di perut Jennie dan menatap wajah istrinya yang semakin cantik itu. "Mangga? Mangga muda atau yang sudah matang? Aku akan pergi menyu—"

"No!" Jennie menggeleng dengan tegas. "Aku mau Jisoo unnie yang mengambilnya! Terserah mangga apa saja yang penting Jisoo unnie yang ambil.."

Lisa menghela nafas pasrah sebelum mengangguk. "Ne, kamu tunggu disini.. jangan kemana-mana.. aku akan meminta Jisoo untuk pergi mengambilnya.... Tetap disini dan jangan kemanapun, mengerti wife!?"

"Ne, Hubby... Cepetan sana iih.."

Lisa berdiri dan mengecup bibir istrinya itu sebelum berjalan mencari Jisoo. Lisa mencari sekeliling rumah dan akhirnya menemukan gadis Kim si ahli memanjat pohon itu tengah menikmati puding coklat di taman belakang rumah.

"Jisoo,.. tolong ambilkan buah mangga .."

"Cih.. enak saja... Ambil sendiri sana.."

"Ck! Jika aku mau aku akan mengambil sendiri... Tapi yang memintanya Jennie, dia yang meminta untuk mu yang memanjat langsung dan memetiknya.. ayolah, apa kau mau membuat keponakan mu itu menangis tidak di berikan mangga oleh imo-nya eoh?"

Skakmat! Jisoo akhirnya berdiri dengan terpaksa dan meletakkan pudingnya. Dia dengan terpaksa harus menaiki pohon mangga untuk keponakannya itu. "Laku kau ngapain?" Tanyanya menatap Lisa yang mengikutinya.

"Aku mau merekam mu, biar Jennie percaya.. jika tidak di rekam, dia tidak akan mau dan marah nanti.."

"Ck. Dasar Manobal sialan... Jika bukan demi keponakan ku, tidak akan mau ini.." kesalnya dan dengan perlahan memanjat ke atas pohon dengan Lisa di bawah yang merekam dirinya yang kini terlihat seperti manusia setengah monyet yang pandai memanjat pohon.

"Lisa... Tidak ada yang matang... Apa Jennie tidak masalah dengan yang seperti ini? Tapi ini sangat asam dan kecut.."

"Tidak masalah... Dia hanya bilang ambil saja terserah mau matang atau tidak.."

Jisoo mengangguk dan dengan cepat dia memetik beberapa buah mangga yang masih muda sebelum turun. "Ayo cepat, keburu kucing itu mengamuk.." katanya meninggalkan Lisa.

Lisa mengikutinya, menyimpan ponselnya dan sedikit berlari menyusul Jisoo yang telah memasuki rumah terlebih dahulu. "Ini... Makanlah, apa perlu aku kupaskan juga, Jendeuk?"

"Tidak perlu.. biarkan Lisa Oppa saja yang melakukannya, unnie di sini saja menemani ku menghabiskan buah ini.." Jisoo menelan ludahnya susah payah. Yang benar saja dia memakan mangga muda yang kecut dan asam ini, walaupun dia yang mengambilnya dan memakannya bersama Jennie, tapi tetap saja ini cukup...

"Hehe... Kau bisa menghabiskannya sendiri Jendeuk, aku takut nanti kau akan kurang jika aku ikut memakannya.." kikuknya.

Lisa yang tengah mengupas kulit mangga tersenyum menatap tawanya melihat senyum Jisoo yang terlihat begitu di paksakan. "Tidak... Aku ingin memakannya dengan mu, unnie.."

"Dengan Lisa saja bagaimana? Aku masih harus membereskan puding ku yang tertinggal di taman belakang.." katanya kembali menawar.

"No!... Pokoknya unnie yang ikut makan! Lisa Oppa tidak bisa memakan mangga muda!.. jangan bilang unnie tidak mau? Hiks... Eomma,... Hiks Jisoo unnie tidak menyayangi ku lagi... Hiks.."

"A-aniya Jendeuk... Baiklah.. baiklah.. aku akan menemanimu eoh... Jangan menangis seperti itu, nanti eomma akan memarahiku.." gelagatnya dengan cepat dan duduk di samping Jennie. Dengan terpaksa dia harus memakan mangga itu. Walaupun dia menyukai mangga, tapi dia hanya menyukai mangga yang telah matang dan manis.

"Ini... Silahkan dimakan.."

Jisoo menelan ludahnya susah payah melihatnya, tangannya dengan gemetar mengambil mangga yang telah di potong-potong itu dengan gemetar dan menggigitnya.

"Ouh... Hmmtt.."
______________________________________

UB unpublish dulu, chapternya mau di bikin pendek dan di gabung biar enak.
Jangan lupa vote dan komen.
See you next chapter guys....

Heavenly BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang