08. Who?

1.7K 202 1
                                    

Hôtel Plaza Athénée, kamar hotel.

Pagi hari bersinar dengan terang. Cahaya matahari menyinari kamar hotel sepasang suami-istri yang terlihat masih begitu nyaman dalam tidurnya.

Setelah 14 jam lebih penerbangan, tubuh keduanya begitu lelah dan menghabiskan waktu seharian penuh istirahat. Jennie, gadis itu terbangun lebih dulu. Mengumpulkan nyawanya sebelum pergi mencuci muka.

Gadis itu tersenyum menatap Lisa yang masih nyaman dengan tidurnya. Dia berjalan menghampirinya dan dengan lembut membangunkan Lisa. "Hubby,... Wake up... Ini sudah jam 9, aku sudah lapar.."

Lisa membuka pelan matanya saat merasakan tangan Jennie yang mengelusnya. Hal pertama yang di lihatnya di pagi ini membuatnya langsung tersenyum dengan manis. "Morning, Wife... Cup!"

"Morning too, Hubby.... Ayo bangun, aku ingin berkeliling setelah makan.." katanya sambil menarik Lisa agar berdiri.

Lisa bangun setelah mendapatkan morning kissnya dan langsung pergi mandi sebelum mencari makan.
_____

Di Seoul, Jisoo si pembuat onar itu kembali melakukan hal yang membuat orang pusing. Karena tidak ada Jennie yang menjadi partnernya, jadi dia lakukan saja sendiri.

Melihat kelakukan gadis itu, Taehee menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jisoo, jangan terlalu jauh. Eomma akan menunggu mu di mobil setelah selesai membeli beberapa barang lagi.."

"Jangan kemana-mana. Tetap di sini, jaga saja itu mobil jika kau mau. Yang penting jangan menghilang, mengerti?" Tau jika perkataan Taehee tidak akan langsung di tanggapi oleh gadis nakal ini. Jadi Diana memperingatinya.

Apa menantunya juga seperti ini? Tapi sepertinya tidak terlalu buruk. Karena sudah ada Lisa yang akan mengurusnya, jadi dia tidak terlalu repot. Paling hanya kerepotan sedikit saat membawanya mengikuti acara sosialita.

"Ne, kalian pergi saja. Aku akan menunggu disini.." katanya. Taehee dan Diana pergi meninggalkan Jisoo sendirian yang sedari tadi hanya memperhatikan mobil-mobil yang lewat dan menyapanya tanpa tahu siapa pemilik mobil tersebut.

"Anak itu.... Untung Jennie tidak terlalu parah. Yang satu selalu membuat onar, yang satu lagi nanti jika datang akan merengek seperti anak kecil... Hahh..." Diana terkekeh mendengar keluhan kecil Taehee.

"Eoh, itu hal biasa. Waktu akan membuat mereka dewasa, mereka hanya butuh dan ingin bersenang-senang. Lisa juga seperti itu, dia selalu membuat ku hampir naik darah dengan kelakuannya yang selalu balapan dan tawuran. Tapi sekarang tidak lagi, setelah tahu jika dia akan menikah, walaupun dengan mengancam sedikit hehe... Anak itu mulai merubah dirinya dan mau mengambil tanggung jawab yang selama ini dia hindari.."

"Jennie dan Jisoo juga seperti itu, mereka berdua masih muda. Umur saja belum menyentuh 20 tahun. Jadi wajar saja, selama mereka tidak tersesat. Kita tidak perlu mengkhawatirkannya.."

"Hah... Kau benar.." Taehee mengangguk setuju dengan apa yang Diana katakan itu. Apalagi, Jennie dahulu terlahir tanpa seorang Appa dan tidak pernah mendapatkan kasih sayang Appa. Jadi, dia hanya bisa sebisa mungkin untuk memberikan kasih sayang yang lebih dan memanjakannya hingga membuat gadis itu masih sedikit kekanakan. Dia berharap setelah menikah ini, Jennie bisa perlahan dewasa dan karena gadis itu sekarang memiliki tanggung jawab untuk merawat Lisa, semoga saja putrinya itu masih bisa membuat Lisa bersabar dengan tingkah bayinya.

Sedangkan untuk Jisoo, Taehee bertemu dengannya saat mengantar Jennie ke sekolah dahulu. Mendengar jika Jisoo hidup sendiri dan setelah pulang sekolah akan bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri, hati Taehee tergerak untuk merawatnya. Dia tidak tahu kemana perginya kedua orang tua Jisoo dan Jisoo tidak pernah mau menceritakannya, jadi Taehee hanya bisa merawat dan memberikan kasih sayang yang sama seperti pada Jennie. Juga, membantu sekolahnya. Alasan kenapa dia membawa Jisoo kesini ikut dengannya, itu karena dia sudah menganggapnya seperti putrinya sendiri.

"Tunggu... Taehee.." Tubuh Taehee menegang; suara ini.. ini suara yang begitu dia kenal, suara yang membuatnya hancur bertahun-tahun yang lalu.

Melihat Taehee yang terdiam. Diana menatap penuh tanya pada laki-laki asing itu yang entah dari mana. "Taehee, apa kau mengenalnya?"

"Tidak. Aku tidak. Ayo kita pergi, aku tidak mengenalnya.."

"Tidak. Tunggu dulu... Taehee, aku ingin bertemu putri ku. Kumohon tunggu.." laki-laki itu menatap lengan Taehee agar tidak pergi.

Melihat ekspresi Taehee yang tidak nyaman. Beberapa bodyguard yang Diana selalu bawa untuk menjaganya dari jauh datang dan menghalangi laki-laki itu.

"Kau!"

Tatapan Taehee seperti memancarkan kesedihan yang begitu mendalam. Diana bisa melihatnya dari hanya ekspresi wajahnya yang menunjukkan rindu yang begitu besar dan rasa marah yang menyatu.

"Ayo kita pergi saja. Aku akan menyuruh bodyguard untuk membeli sisanya.." katanya sambil menarik pelan Taehee agar ikut.

"Jangan katakan putriku itu putri mu. Kau tidak pernah memberikan kasih sayang dan waktu padanya. Dia tidak akan pernah bertemu dengan mu!" Laki-laki itu memandang dengan putus asa saat Taehee berkata dengan dingin. Dia hanya bisa melihat punggung wanita itu tanpa bisa melakukan apapun saat tubuhnya di tarik agar tidak mengejar bos dari bodyguard yang menahannya.
_____

"Woi!.... Bocah, kau disini rupanya. Aku mencari keberadaan mu dari lama. Dimana Jennie sekarang? Aku ingin bertemu dengannya.."

Jisoo yang melamun menatap jalan, menoleh ke samping saat Kwon Jiyong berdiri di sampingnya. "Bagaimana kau tahu aku ada disini, pak tua?"

Jiyong berdecak kesal. Tidak bisakah gadis itu memanggilnya tanpa menggunakan kata tua di akhir. "Ck. Tutup mulutmu itu, bocah. Ini tempat umum dan aku sering kesini untuk mengecek restoran milikku..... Sekarang, dimana Jennie? Aku sangat merindukanmu calon eomma dari anak-anak ku itu.."

Jisoo bergidik geli melihatnya. Laki-laki tua ini kepedean sekali. "Sayang sekali kau—"

"Jisoo, ayo pulang. Kita sudah selesai.." panggilan Diana membuatnya berhenti. Gadis itu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Jiyong begitu saja.

"Kau bicara dengan siapa tadi?"

"Ouh itu laki-laki tua yang tergila-gila dengan Jennie. Kurasa mommy pernah bertemu dengannya.."

Diana mengangguk saja mendengar penjelasan Jisoo. "Eoh, satu minggu lagi bersiap-siaplah, setelah Jennie kembali dari Paris. Kamu dan Jennie ikut mommy ke acara sosialita... Mommy tidak ingin pergi sendiri. Mommy ingin pamer sedikit..''

"Ck. Itu bagus, pamer itu hal yang penting, Mom.." mendengar perkataan Jisoo, Taehee menggelengkan kepalanya. Gadis ini jika di hal-hal yang seperti ini selalu bersemangat dan antusias.
_____

Di Paris, Prancis.

Malam telah tiba. Setelah seharian mengunjungi banyak tempat dan menghabiskan waktu bersama. Lisa dan Jennie kini berpelukan di atas tempat tidur, saling memberikan kehangatan.

Keduanya berpelukan dengan nyaman, sampai Lisa mendaratkan ciuman basah lebih dulu ke leher putih istrinya itu. "Hubby,... Mmm.. jangan sekarang.. "

Bukannya mendengarkan perkataan istrinya. Lisa justru lebih panas menciumi lehernya. Gadis yang telah menjadi istrinya ini,.. benar-benar membuatnya ketagihan. Dia ingin terus-menerus melakukannya. Gadis cantik ini, jika bisa dia tidak akan memberikannya keluar dari kamar. Tapi itu tidak mungkin.

Ciuman Lisa semakin panas saat tangannya yang awalnya hanya mengelus perut Jennie, kini naik mengelus dan meremas lembut dua payudara favoritnya itu yang sukses membuat Jennie mulai ikut dalam permainan memabukkan Lisa.

"Aaaahhh... Hubbyy.."
______________________________________

Sorry baru up. Lagi sibuk sama agak males nulis gara² dingin melulu. Bikin mager jadinya. Jangan lupa vote dan komen.
See you next chapter guys...

Heavenly BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang