Part 28

1.8K 156 65
                                    

Rony mendudukkan diri di kursi gazebo milik Ghania, sembari tangannya megangi cup pop mie yang masih mengepul hangat. Lelaki itu menimang-nimang pop mie seolah makanan berharga.

"Rony..." Seruan Ghania membuatnya menoleh ke arah gadis itu. Ghania  mengangkat tinggi-tinggi sekresek snack ringan yang waktu itu dia beli dan belum sempat mereka habiskan. Tak lupa di belakangnya Bi Ijah, membawakan dua gelas es jeruk yang tampak mengapung es batunya.

"Yuhu... I'm coming..." Serunya sembari mendudukkan diri dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bi Ijah.

"Kata Mami kalau mau makan mie, harus sama es jeruk biar kedetoks bahan-bahan ga sehatnya." Ujarnya lagi. Rony hanya mengangguk tanda paham.

"Aaa..." Rony menyodorkan satu sendok mie yang masih hangat ke arah Ghania. Dengan senang hati gadis itu melahap mie dari tangan Rony. Dengan senyum lebar, Ghania menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri merasai lezatnya MSG masuk ke dalam tubuhnya.

"Enak kan, Sal?" Ujar Rony yang juga memasukkan satu sendok mie ke dalam mulutnya.

"Hem... Emang makanan yang ga sehat tuh selalu lebih enak." Komentarnya sembari terkekeh.

"Cek lagi di google, sapa tau ada rekomendasi makanan yang enak..." Ujarnya sembari menggulir aktif gawainya, disisinya Rony masih setia menyuapi gadis itu.

"Wahh!! Banyak nih..." Ujar Ghania menunjukkan postingan di gawainya ke arah Rony.

"Nanti kita cobain." Ucap Rony, Ghania membulat senang.

"Tapi jangan hari ini ya..." Lanjut Rony menanggapi.

"Yah... Kirain terus langsung mau hunting aja." Ujar Ghania sedikit kecewa. Rony terkekeh, dia membuang bungkus pop mie ke tong sampah.

"Terus snack-nya mau buat kapan, Sal? Dia juga udah nungguin lama loh buat kita makan." Lanjut Rony, Ghania menoleh lalu menyengir kuda.

"Ya udah, ayo kita makan..." Serunya membuka bungkusan snack-snack di hadapannya.

"Terus sekarang udah gak kerja?" Tanya Rony di sela-sela menyemil snack ditangannya. Ghania menggeleng penuh, air wajahnya berubah murung.

"Biasaan... Papi tuh kalau udah ngelarang gak main-main. Kayak waktu kuliah dulu. Gue di larang ikutan demo mahasiswa. Padahal kan seru tau!" Ceritanya. Rony terkekeh menanggapi cerita Ghania.

"Mau denger cerita lengkapnya gak? Em.. Mungkin bakal terdengar absurd. Tapi ini seru tau! Kadang gue pengen balik remaja lagi." Ujar Ghania berangan-angan. Rony kini sudah duduk bersila mengubah arah duduknya menghadap ke arah Ghania.

"Cerita aja, gue siap jadi pendengar setia. Lagian hidup kita sudah terlalu lucu kan... Jadi gak perlu malu-malu." Kata Rony terdengar menenangkan.

Ghania menyeruput es jeruknya, ia juga duduk bersila sembari memangku snack gopekan di tangannya. Gadis itu juga mengikuti arah Rony. Dia siap bercerita pengalaman masa mudanya.

"Gak tau gue harus mulai dari mana. Em, kayaknya waktu gue semester tiga deh. Waktu itu gue lagi aktif-aktifnya ikut Organisasi mahasiswa. Meskipun gue gak pinter-pinter amat, tapi gue gak suka jadi mahasiswa kupu-kupu. Jadi gue putusin buat ikut seru-seruan di BEM waktu itu..." Cerita Ghania. Rony masih menikmati camilannya sembari menunggu kelanjutan cerita Ghania.

"Terus... Waktu itu jamannya demo BBM kalau gak salah. Nah, gue juga bodoh sih. Namanya juga mahasiwa yang tergolong baru. Gue cuma ikut-ikutan aja. Toh gue juga punya bekal sabuk hitam dari taekwondo. Terjunlah gue hari itu..." Lanjut Ghania lagi, dia mulai terkekeh. Entah apa yang sedang di bayangkan oleh gadis itu.

"Terus loe ketangkep, di masukkan penjara gitu?"

"Ngeri amat halunasi loe sih? Gak sampai segitunya juga, Rowny..." Tanggap Ghania tak terima, Rony terkekeh melihat raut wajah Ghania yang menggemaskan saat merasa sebal dengan dirinya.

"Gue kan cuma ikut-ikutan. Terus gak taunya tuh tiba-tiba rusuh. Gue gak tau, semua terlalu mengejutkan buat gue. Jadi gue mutusin buat ikutan lari. Masalahnya waktu itu temen-temen gue gabung sama aliansi universitas lain. Jadi gue gak tau mana yang temen mana yang musuh. Dan loe tau..." Ghania menjeda kalimatnya setelah bercerita dengan menggebu-gebu.

"Temen laknat gue pada kabur ke tempat yang gue gak tau arahnya. Karena gue cuma followers, waktu mereka manjat gerbang, gue ikut-ikutan. Dan... Loe tau! Gue jatuh dengan tidak estetik..." Ghania tertawa terbahak-bahak. Membayangkan dirinya yang terjungkal, posisi tubuhnya terjerembab dengan beberapa robekan di jas almetnya.

"Sialnya lagi... Itu rumah orang! Loe tau siapa pemiliknya?!" Tanya Ghania meminta Rony menebak.

"Ortu loe?!" Tebak Rony, Ghania menggeleng penuh.

"Bukan! Tapi Mahesa..." Ujarnya terkekeh, Rony membulat.

"Sialnya lagi, Mahesa terlalu mempesona waktu itu. Dia nolongin gue, ngobatin luka gue... Juga berhasil membuat gue jungkir balik jatuh cinta sama dia." Ghania tertawa sumbang diakhir ceritanya.

"Jadi... Mahesa laki-laki itu, Sal?" Terdengar helaan napas kasar dari seorang Rony.

"Hidup gue terlalu dramatis, Ron. Gue emang waktu itu suka sama Mahesa. Tapi bokap gue gak merestui itu. Gue diambil fasilitasnya kayak sekarang. Gue harus keluar dari organisasi gue, segala gerak-gerik gue dibatasi. Gue juga gak tau kenapa? Apa alasan bokap waktu itu buat ngejauhin gue sama Mahesa." Ungkap Ghania jujur.

"Tapi perasaan itu masih ada, Sal?" Tanya Rony.

"Gak tau. Mungkin udah enggak sejak loe cerita waktu itu. Atau emang udah berubah sejak lama..." Ucap Ghania menatap ke arah Rony.

"Dulu Mahesa pernah nembak gue. Karena gue takut Papi marah. Akhirnya gue ngaku-ngaku Irfan pacar gue. Irfan waktu itu baru jadi karyawan baru Papi. Habis itu gue kena marah lagi... Jadi akhirnya gue memutuskan jadi jomblo aja. Males ribet sama manusia.

Tapi, masalahnya sekarang gue dipaksa kawin. Padahal Papi tau banget, kalau dengan batasan yang dia berikan. Gue bener-bener lebih nyaman dengan diri gue sendiri. Gue gak tau harus nikah sama siapa!" Ujar Ghania terdengar sedikit frustasi. Rony terkekeh, nasibnya tak jauh berbeda dengan Ghania.

Dia juga terlalu lama membatasi diri dalam sebuah hubungan dengan perempuan sejak kejadian di masa remajanya itu. Ia selalu takut kehilangan saat mulai merasa menyukai seseorang.

Keduanya saling diam, sembari menikmati sisa-sisa snack ditangan mereka.

"Eh! Gue dapat hadiah nih..." Ujar Rony, saat menyadari saat menyadari mulutnya mengunyah sebuah benda keras. Ghania spontan menoleh.

"Apaan?! Lihat Rowny..." Desaknya, Rony terkekeh. Dia tidak menunjukkan benda itu.

"Rahasia dong... Mau tau harus bayar."

"Ck. Jajan gue juga..." Ghania memberengut kesal.

Rony menimang berulang, sesuatu yang berada di dalam genggamannya.

Dia menatap Ghania yang sedang membuang muka ke arah lain.

"Sal... Kalau ada yang ngajak nikah sekarang? Loe mau nikah gak?" Tanya Rony, Ghania menoleh ke arah laki-laki itu.

"Kalau ada pangeran berkuda putih, terus ngajak nikah dan bikin gue kabur dari rumah. Kayaknya gue bakal bilang 'ayo buruan!' kalau kelamaan takut saham gue dialihkan ke Irfan..." Serunya terkekeh.

"Ya udah ayo nikah, Salmaira Ghania..." Ucap Rony menyodorkan sebuah cincin plastik hadiah ciki yang di temukannya itu. Ghania membulat.

"Ck. Gak modal banget sih!" Serunya.

****
Hollaaa

Gantung ya?
Biar kalian nungguin sampai lumutan soalnya

Wakaka
Sorry part ini ga lucu..

Silly LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang