Pagi hari pertama kecanggungan tiba. Serena dan Alan sama sama diam ketika sudah duduk berdua dikursi masing masing. Mending kalau ini ada guru, jam kos sangat sangat tak disukai Serena. Ini jam kos pertama kalinya. Jadi dia bingung, ngegame nyawanya habis. Dengerin lagu itu komplotan Emier ramai minta dipukul.
"Dari ibu." kata singkat diikuti satu toples kecil kue kering tersaji didepan Serena.
"Dalam rangka?"
"Aku bilang, kalau kamu marah. Terus ibu kasih itu katanya biar kamu nggak marah lagi." jawaban Alan bener bener membuat dada Serena penuh dan bergemuruh keras.
"Aaa, bilangin Tante terimakasih. Udah gue terima." balas Serena.
"Aku, bukan gue."
Serena hanya mampu menaikkan salah satu alisnya. Bingung tapi rasanya senang, pokoknya campur aduk sekali.
"Harus kah?" tanya yang dibalut nada menantang itu akhirnya keluar.
"Harus. Aku pakai aku kamu, jadi kamu juga."
"Oke. Sayangnya aku bilang ke mama kalau aku sama kamu udah selesai sih." Alan total mengalihkan pandangannya ke Serena. Kenapa tidak ada raut sedih ataupun tak suka, berbeda dengan dirinya. Alan total merasa kalimat Serena tak seharusnya ada.
"Nggak apa, memang faktanya itu. Yang belum selesai kan perasaannya." balas Alan.
"Kaya bisa aja." nada meremehkan itu kembali keluar dari mulut Serena. Tak sempurna meremehkan, tapi kaya memang sudah awalnya seperti itu kan?
"Bisa, aku kalau bilang bisa ya bisa."
"Kita liat nanti."
"Aku tanya ke kamu gantian, memang perasaan kamu udah selesai?" tanya Alan yang membuat Serena terdiam.
"Belum, gila kali kalau perasaanku selesai dan hilang dalam sekejap. Kalau bisa tapi malah aku bersyukur banget." jawab Serena setelah berpikir beberapa detik.
"Jangan. Jangan hilang dulu."
"Why? arrgh, males aku bahas ini lagi. Semalem udah lebih dari cukup aku bilang ini itu."
"Yaudah nggak usah dibahas lagi, aku cuma mau yang reach out ke kamu duluan. Dan aku harap kamu juga nerima itu, nggak perlu di status pacaran. Besok aku yang ngajak kamu pacaran bukan kamu yang ajak aku." ucapan panjang itu benar benar.
"Berani jamin?" Serena ini benar benar sharing an Andrew dan Elea. Elea kebagian sifat Andrew yang ini, dia butuh jaminan akan hal yang bakal dia lakukan.
"Mau apa? aku berani jamin."
"Emmm, jaminannya kalau sampai waktu yang akan datang kamu nggak melakukan apa yang kamu sendiri bilang. Kamu dateng kerumah, kamu minta maaf ke papa ku, abis itu kita tutup semuanya di arena. Dan itu bakal jadi kali terakhir aku les beladiri selain Taekwondo. Kali terakhir juga kita ketemu." Ucap Serena serius.
Dia akan berhenti les Muay Thai bahkan tinju. Karena setelahnya ia benar benar akan membuang apa yang berhubungan dengan Alan. Walau taekwondo sangat identik dengan Alan tapi dia tak bisa meninggalkan taekwondo. Taekwondo adalah beladiri yang dia pilih sendiri.
"Aku berani jamin, kalau memang aku bohong. Aku yang akan dateng kerumah kamu minta maaf sama mama papa kamu, sama Hadden juga. Tapi, aku nggak bakalan ingkar sama apa yang udah aku bilang." balas Alan tak kalah serius.
Permintaan Serena cukup sederhana. Dia hanya perlu menghadap kalau kalau menyakiti Serena. Wajar dan harus kalau sampai dia menyakiti lagi untuk meminta maaf didepan keluarganya.
"Yakin juga kamu."
"Yakin." Yakin karena Alan ini bukan anak bodoh karena cinta. Semalaman menganalisis perasaannya, akhirnya bangun tidur menemukan jawaban. Benar, Alan ini tertarik sama Serena. Alan merasakan sesuatu ke Serena. Alan mulai menyukai Serena. Makanya dia merasakan hal hal aneh kala Serena mengatakan kalimat di telfon malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm
Teen Fiction[IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyebalkan, lelah...