Part 10

238 40 1
                                    

"Sayang, bagaimana kabarmu? Papa sangat merindukanmu."

Abian memeluk Sera erat setelah beberapa hari tidak bertemu. Meskipun Sera kerap berkunjung, tetap saja rumah sebesar ini sangat sepi tanpa sosok putrinya. Namun Abian bukan tipe orang tua egois. Ia ingin melihat putrinya bahagia meskipun itu harus jauh darinya.

"Duduklah. Biar papa suruh Bi Rohmi bikinin kamu jus."

"Nggak usah Pa. Aku udah kenyang dan juga nggak haus."

Sera dan Abian kemudian duduk di sofa ruang tamu. Sera sebenarnya sangat merindukan rumahnya, cita-citanya adalah qtinggal dengan sang Papa setelah menikah. Namun, tampaknya Arya berpikiran lain dan Sera juga harus mengalah demi rumah tangga mereka.

"Bagaimana kabar kamu sama Arya?" Tanya Abian kemudian.

"Kabar kami sangat baik Pa. Arya nitip salam buat Papa. Weekend nanti kita nginep di sini."

"Ya baguslah. Biar papa nggak kesepian. Nanti kalau kamu udah punya anak yang banyak tinggal di sini aja, biar rumah papa ramai."

Sera mengangguk kemudian memeluk papanya. Ia menyembunyikan wajahnya yang muram saat membahas seputar anak. Andai papanya tahu saat ini ia masih perawan. Papanya pasti akan sangat marah.

"Pa."

"Iya."

"Papa kan kesepian. Kenapa nggak nyari temen buat ngelayanin papa." Tanya Sera mengalihkan pembicaraan. Ia tidak akan membahas seputar anak lagi karena itu akan membuat hatinya nelangsa.

"Kalau urusan melayani makan kan udah ada bi Rohmi. Papa udah nggak mikir."

"Bukan itu Pa. Papa nggak pengen nyari istri lagi buat temen papa ngobrol. Sekarang kan Sera tinggal sama Arya."

Abian tersenyum kemudian mengelus puncak kepala putrinya yang saat ini cemberut. Sudah lama Sera menyuruhnya untuk menikah lagi agar ada pendamping hidup. Tapi Abian selalu menolak karena baginya posisi sang istri tidak ada yang bisa menggantikan. Apalagi ketika Sera belum menikah, Abian belum mau menikah lagi karena ingin fokus memberikan yang terbaik untuk Sera.

"Kamu tahu kan, kalau papa sangat mencintai Mama kamu. Sampai sekarang belum ada yang bisa menggantikan posisi Mamamu di hati papa."

"Tapi kan Mama udah meninggal Pa. Papa udah menjadi duda lama banget. Kadang aku kasihan sama Papa. Mencari istri baru itu bukan untuk menggantikan posisi Mama Pa. Tapi buat teman hidup papa di masa tua nanti."

"Kan ada kamu dan cucu-cucu papa nanti. Papa nggak resah sama sekali."

"Tapi kan Papa belum tua Pa. Umur Papa aja masih mau kepala lima. Seumuran Papa ini seharusnya masih punya istri yang cantik."

Abian tergelak mendengar penuturan putrinya. Sera sudah berkali-kali mengatakan hal itu sejak masih remaja. Tapi Abian hanya tertawa saat mendengarnya.

"Emang kamu nggak apa-apa kalau Papa punya istri lagi yang cantik. Kamu nggak takut kalah cantik?"

"Iiiih, Papa ngomong apaan sih. Aku turut senang tahu kalau Papa bahagia. Yang penting buat aku, istri baru papa itu harus bisa ngebahagiain Papa. Membuat Papa nyaman di hari tua Papa nanti."

Abian kembali mengelus rambut putrinya kemudian memasukkan anak perempuannya itu ke dalam pelukannya. Sejak dulu Sera sangat pengertian meskipun sejak kecil sudah ditinggal sang Mama. Sera selalu memikirkan kebahagiaannya meskipun saat di tinggal sang istri, Sera tak kalah sedih dengan dirinya. Namun Sera selalu tersenyum dan memberikan semangat padanya meski saat itu usianya masih kecil.

"Kamu nggak usah kebanyakan pikiran. Kebahagiaan papa itu kalau melihat kamu bahagia. Jadi, jika sekarang kamu udah bahagia, papa lebih bahagia lagi." Sera benar-benar terharu mendengar ucapan sang papa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bittersweet Marriage ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang