8. Belajar bersama

185 26 0
                                    









"Dah Ayah"

Sang Ayah hanya tersenyum, kemudian pergi dari hadapan Qia dan Sada.

"Waktunya memulai hari lagiiiii... Ayo"

Qia berbalik, merangkul adiknya yang menunggu didekat gerbang sedari tadi. Biasalah, Qia akan selalu lebih lama karena selalu harus mendengarkan wejangan demi wejangan dari sang Ayah yang sama disetiap harinya.

Tuan putri harus di jaga. Itu kata kakaknya.

Hey! Dia ini laki-laki, bukan perempuan. Ya walaupun memang banyak orang yang mengatakan dirinya manis, tapi tetap saja dia ini laki-laki!

"Ey bro!"

Qia menoleh, melambaikan salah satu tangannya yang tidak merangkul sang adik guna menyapa orang diseberang lapangan sana.

Kondisi sudah lumayan ramai, maka dari itu Sada menunduk malu karena banyak pasang mata menatap kearah mereka sekarang.

"Jangan membuat ku malu" Desis Sada menyikut perut kakaknya, sedangkan korban kini mengasuh sakit.

"Aduh... Iya cantik, tidak lagi"

Sada menatap sengit yang lebih tua, namun kemudian memutar matanya saat melihat wajah kakaknya yang tersenyum seperti orang bodoh.

Memang bodoh, ditambah lagi kelakuannya yang seperti orang gila. Heran saja kenapa kakaknya itu cukup bahkan mungkin bisa dibilang sangat populer disekolah ini.

"Kebetulan ada yang lain, ayo ke kantin dulu"

Sada hendak langsung pergi, memilih untuk menghindari yang biasa kakaknya itu lakukan.

"Tapi-"

"Ayo"

Langkah yang baru tercipta beberapa langkah kedepan itu terpaksa mundur kembali, mengikuti langkah kakaknya yang kini memaksanya ikut bergabung bersama beberapa teman kelas mereka.

"Selamat pagi semua!" Sapa Qia, masih menyeret adiknya untuk ikut.

Beberapa orang yang tengah sarapan atau sekedar bermain ponsel menoleh, menatap dua kembaran itu dan membalas sapaan Qia yang begitu ceria.

"Pagi!"

"Oh pagi juga Sada"

Sada tersenyum, hanya diam kemudian duduk saat tangannya ditarik lembut oleh kakaknya.

Ingin rasanya ia berlari ke kelas saat ini. Karena walaupun yang mereka hampiri adalah teman sekelas mereka, tetap saja yang ada di kantin bukan hanya mereka saja. Ada banyak siswa siswi yang tengah berada di kantin saat ini.

"Kenapa adikmu terus kau gandeng? Takut hilang?" Tanya salah satu diantara mereka, menatap tangan Qia yang masih menggandeng adiknya dengan senyum-senyum.

Sedangkan yang menjadi bahan pembicaraan kini langsung menunduk, hendak melepaskan genggaman sang kakak dari tangannya. Namun belum sempat genggaman itu terlepas, Qia dengan cepat kembali menggenggam tangan kecil adiknya.

"Adikku ini hanya ada satu didunia, jadi harus ku jaga"

Yang lain terkekeh setelahnya, beda lagi dengan Sada yang menampilkan ekspresi jijik walaupun tipis.

"Astaga... Jangan bahas itu lagi, lihat wajah Sada yang sudah sedikit memerah" Timpal yang lain, melihat wajah Sada yang berusaha menahan malu.

Mereka sebenarnya tidak heran lagi, karena seantero sekolah juga tahu jika Sada begitu dijaga oleh penjaganya, alias kakaknya sendiri.

"Lebih baik kita bahas soal perihal menjelang ujian?" Sambung yang tadi, meminta pendapat dari yang lain. Namanya Mingrui.

"Ide bagus! Aku setuju"

Segalanya || GuanRen 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang