10.Bunga Tidur Belaka

187 23 0
                                    

"SADAAAA!"

Sang pemilik nama menoleh, menatap kearah pintu. Tadi seperti ada yang memanggilnya, tapi sejak tadi ia hanya sendirian diruang rawatnya. Siapa yang memanggil?

Ayahnya pergi bekerja, dan terakhir ada orang bersamanya tepat setengah jam yang lalu-saat dokter memeriksa keadaannya.

Jadi siapa yang-

BRAK!

"Astaga!"

Sada sontak memegang dadanya, menatap orang yang baru saja mendobrak pintu dan langsung berlari kearahnya.

Semua terjadi begitu cepat.

"Sadaaaaa!"

Bruk

Sada hanya diam, pasrah saat tubuhnya digoyangkan sana sini bak mainan. Mau melawan pun susah, soalnya manusia dihadapannya ini pasti tidak akan mempedulikannya.

"Kau tak apa? Kau tak apa? Mana yang sakit? Kenapa tidak memberitahu ku bocah?!"

Manik mereka bertemu, memberi isyarat pada kakaknya untuk menolongnya dari pertanyaan beruntun itu.

Qia segera menutup pintu, menghampiri sosok pemuda itu dan menariknya menjauh dari adiknya.

"Kau menyakitinya" Ujar Qia, berbalik mengelus pipi adiknya. " Kau tak apa?" Tanyanya pada Sada, takut jika adiknya itu dibuat lecet. Untungnya adiknya itu mengangguk, jika tidak sudah habis bocah itu ditangannya.

"Lagi pula kalian tidak mengabari-"

"Siang tadi aku memberikan kabar Sada bukan?"

"TIDAK BEGITU KONSEPNYA BODOH!"

"Terserah"

Ah sudahlah, lebih baik ia duduk. Meratapi nasibnya yang selalu dipanggil bodoh dan bodoh. Oh ayolah, dirinya tidak sebodoh itu!

Lihat saja nilai raportnya! Ya walaupun beberapa hampir ada yang tidak sempurna. Setidaknya masih aman. Beda jika adiknya, dia pasti diatas sembilan puluh.

Nasib punya kembaran jenius matematika. Tapi jika masalah diarena, bisa diadu.

Saling melengkapi bukan?

Sempurna.

"Aish kembali ke topik... Kau tak apa kan?"

Tangan yang ada pada pipinya itu Sada turunkan, menaruhnya pada bangsal dan menepuknya beberapa kali.

"Aku tak apa, hanya kambuh biasa"

Hah? Ap-

BRAK!

"KAMBUH BIASA BAGAIMANA?!"

"HEY SANTAI KAWAN!"

"DIAM!"

"APA-APAAN INI?!"

Kepala yang paling kecil terus bergerak. Kanan kiri, kanan kiri. Pusing dengan perdebatan yang terjadi diantara dua orang ini.

"DIAM KAU KAKAK TIDAK BERGUNA!"

"HAH?!"

"Arrrgh... BERHENTI!"

"A.... Ehehheh maaf"

Qia berdecak, mendorong temannya itu guna menjauh dari adiknya.

"Sana kau, pengganggu" Usir Qia, membawa adiknya itu masuk kedalam pelukannya.

"Ish dasar" Desis pemuda itu kembali duduk pada kursinya.

Apa-apaan ini? Adegannya terlalu romantis. Seperti bukan Qia. Mengelus rambut adiknya, mendekap, bahkan sampai memegang tangan adiknya yang terbebas dari infus.

Segalanya || GuanRen 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang