6. Anomali Rasa

39 15 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai rencana tadi siang, malam ini—Tata dan Dinar mengelilingi jalanan untuk mencari kedai es krim yang masih buka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai rencana tadi siang, malam ini—Tata dan Dinar mengelilingi jalanan untuk mencari kedai es krim yang masih buka. Menurut Tata, Jakarta tidak pernah tidur, kota ini akan selalu hidup tanpa memandang waktu. Apalagi jam-jam pulang kantor, tidak henti-hentinya Tata mendengar suara klakson saling bersautan.

Kalau boleh jujur, Tata baru-baru ini bisa menaiki motor karena terpaksa harus pulang-pergi dari Jakarta Utara ke Jakarta Selatan. Jadi Dinar agak ketar-ketir waktu Tata ngeyel minta menyetir motornya. Ditambah kanan-kiri padat pengendara mobil dan motor. Untungnya ini bukan jalan raya besar, jadi Dinar bisa mewanti-wanti agar tidak terjadi kecelakaan tunggal gara-gara Tata ngeyel.

"Ta, lo pokoknya harus sehat wal afiat sebelum konser. Lo milih standing, kan?" Dinar dibelakang dengan suara lantang mengalahkan decit klakson memberikan wejangan. "Gue juga nggak mau ikutan patah tulang, soalnya gue belum ketemu Yasha. Ntar kalau kaki gue patah, terus ditinggal Yasha, gimana?"

Dinar itu lebay bin alay. Tata juga tahu aturan-aturan lalu lintas, kali. Temannya ini sangat berisik sekali, malah lebih memikirkan hubungan dengan selingkuhannya.

"Gue juga tahu, anjir," ketus Tata. "Ini mau es krim yang mana, anjay?"

"Mixue, dah. Lurus lagi, nyampe."

Tata mengangguk. Sementara Tata sudah membeli outfit konser berubah rok lilit batik merah yang dipadukan sama kemeja crop berwarna hitam. Jadi agenda selanjutnya adalah membeli es krim.

Sebenarnya Tata juga sudah sangat mengantuk sekali, tapi ditahan supaya selamat sampai tujuan.

"Lo tahu daerah ini?" tanya Tata.

"Tempat kerjanya Dika. Siapa tau bakal ketemu dia."

Pantes.

Tata mendecih pelan. "Lo sebenernya naksir siapa, sih? Yasha, Dika, apa Fikar?"

"Kalo Dika 'kan gue naksirnya udah dari jaman maba." Dinar berdecak. "Tapi kalo nggak ada progres sama sekali, gue bakal kabur dari Dika dan cari yang lebih pasti."

"Gimana mau dapet, lo aja nggak ada pergerakan. Padahal udah satu prodi, loh?"

Dinar langsung menoyor helm Tata sampai temannya memekik kesal. "Circle Dika anak HIMA sama Jurnalistik, anjir. Temennya aja modelan Diana sama Naura. Gue udah insecure duluan, lah."

Long Distance Relationshit [junghwan, pharita]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang