4. Makanan Itu Bencana

40 15 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pilihan makan malam jatuh ke warung ayam bakar pinggir jalan yang lumayan ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pilihan makan malam jatuh ke warung ayam bakar pinggir jalan yang lumayan ramai. Erick dan Tata sudah duduk di tengah-tengah keramaian pembeli. Kata Erick, ayam bakar di sini memang sangat juara dalam perihal rasa. Sementara Tata duduk mengamati orang-orang yang tampaknya punya kesibukan masing-masing dan meskipun berada ditengah keramaian —Tata masih merasa kesepian, atau mungkin dirinya kalau mau makan diluar selalu mengajak Nabil.

Tak lama pesanan mereka datang. Ayam masih mengepul asap panas, tapi karena Tata tidak sabaran —jemarinya jadi ikut panas saat hendak suwir ayam. Erick tentu notice akan hal itu, dia mendengus geli sembari tangannya menyodorkan mangkuk berisi air untuk cuci tangan kepada Tata. Gadis itu langsung mencelupkan jemarinya ke dalam air dan Erick mengambil piring milik Tata supaya bisa suwir ayamnya.

"Lo laper banget, ya?" celetuk Erick ditengah aktivitasnya sambil tersenyum mengejek. "Baru juga kelar di masak. Untung tangan lo nggak ikut kebakar kayak ayamnya."

Tata hanya mencebik kesal, tidak menjawab. Kemudian Erick selesai suwir ayam, dan menyodorkannya kepada Tata kembali. "Hati-hati. Baca doa dulu menurut kepercayaan masing-masing."

Gadis itu menurut saja, tangannya menengadah keatas. Sementara kedua tangan Erick saling bertautan. Mereka sama-sama memejamkan mata dengan gaya doa yang berbeda. Setelah selesai berdoa, Tata langsung menyantap makanannya.

Erick memang tidak berbohong waktu bilang kalau ayam di sini sangat enak. Jadi Tata sangat menikmati makanannya dengan perasaan senang.

"Lo suka timunnya?" tanya Erick disela-sela makan.

Tata mengangguk. "Suka."

"Bagus, deh." Erick mendengus geli. "Lo lucu kalo lagi makan. Mulutnya penuh kayak bebek."

Mendengar hal itu, Tata langsung menoleh ke arah Erick. Matanya terpaku pada alis tebal milik lelaki itu. Kalimat yang satu ini mengingatkannya kepada Nabil. Dirinya selalu disamakan oleh bebek, entah saat makan atau marah-marah.

Kemudian Tata baru menyadari bahwa Erick memiliki aura yang sama seperti Nabil.

Cuek tapi aslinya perhatian.

Long Distance Relationshit [junghwan, pharita]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang