12. Semua Ini Untuk Apa?

30 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu kamar yang di dominasi warna putih itu didobrak kasar oleh Nabil, sementara pemiliknya sedikit tersentak karena sudah menebak dari awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu kamar yang di dominasi warna putih itu didobrak kasar oleh Nabil, sementara pemiliknya sedikit tersentak karena sudah menebak dari awal. Ekspresi gadis 16 tahun itu tampak biasa saja, seolah sudah siap untuk dimaki-maki. Mungkin sehabis ini Kinan akan memarahi Hanum habis-habisan.

"Gue nggak pernah ngajarin lo buat buka-buka privasi orang, Sialan!" Napas Nabil memburu. "Suruh siapa lo buka akun Instagram gue?"

"Nadanya gitu banget? Kasar. Aku nggak suka kalo Mas Nabil ngomongnya ngegas gitu," sahutnya tenang sembari melanjutkan aktifitas menggunting kardus di atas kasur. "Ngomongnya pelan-pelan. Ibu nggak pernah ajarin Mas Nabil buat ngomong kasar, apalagi ngomong di depan adeknya. Kalo adek-adeknya Mas Nabil niru kata-kata kasar gitu, gimana?"

"Gue nggak peduli." Nabil dengan langkah cepat langsung mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja, sehingga Kinan terkesiap dan turun dari kasur untuk segera merebut handphone itu. Namun Nabil justru mendorong tubuh Kinan sampai terjerembab ke lantai saat adiknya berusaha merebut kembali handphonenya.

"BALIKIN HPNYA!" teriak Kinan mulai kesal. "Kenapa Mas Nabil jadi kasar gini?!" Gadis itu bangkit, kedua alisnya menukik tajam. Tidak habis pikir.

"Gue juga nggak suka kalo lo nggak sopan gini, Nan!" Nabil juga bisa marah kalau sudah muak dengan semuanya. "Gue ngasih HP biar lo bisa belajar. Bukan buat melewati batas. Emangnya gue izinin lo buat buka-buka akun gue? Nggak, kan? Jadi berhenti bersikap kalo lo ratu di rumah ini, mentang-mentang ayah-ibu selalu ngasih apa yang lo mau, jangan seenaknya jadi orang. Lo bukan pusat perhatian! Lo cuma dijadiin budak investasi mereka, karena kalo lo berhasil masuk UGM, kerja sesuai jurusan, hasilin uang banyak, artinya mereka berhasil—"

"Dan gue nggak bakal jadi anak yang gagal kayak lo!" tukas Kinan mulai meledak begitu saja, membuat Nabil seketika membisu dalam sekejap. "Gue juga muak jadi harapan keluarga,  Mas! Gue juga nggak mau jadi ekspetasi ibu buat masuk UGM padahal gue baru aja masuk SMA. Lagian siapa juga yang mau jadi pusat perhatian? Lo juga stop jadi orang yang paling berjasa di keluarga! Semua orang udah berusaha. Semua orang juga bekerja keras. Semua orang juga capek. Bukan lo doang. Semua orang juga pernah jadi gagal sebelum berhasil dalam tujuannya. Tapi kenapa lo berlagak seakan-akan jadi manusia yang paling bekerja keras di sini? Dipikir, gue juga nggak capek apa jadi ekspetasi keluarga? Lo pernah mikir nggak bangun jam tiga pagi buat belajar doang? Lo mana pernah ngerasain jadi ekspetasi keluarga, sementara lo sendiri aja udah gagal dari awal."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Long Distance Relationshit [junghwan, pharita]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang