10. Mati Rasa

34 4 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yashatatagimana kabarnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yasha
tata
gimana kabarnya?

Tata menghela napas pelan setelah melirik layar notifikasi yang menampilkan pesan singkat dari seseorang yang tidak diharapkan. Kemudian jemarinya lanjut menyibak lembar buku tentang Pendidikan Inklusi di salah satu meja perpustakaan paling pojok dekat jendela yang menampilkan keramaian jalanan kota Jakarta. Gedung perpustakaan memang terletak di bagian paling ujung dan memiliki delapan lantai yang mencangkup materi-materi dari 21 jurusan di kampus ini.

Tidak ada hal-hal menarik pada minggu-minggu berikutnya. Tidak ada perubahan pula mengenai hubungan mereka. Tetap sama saja. Hambar. Tanpa komunikasi. Bahkan sudah terhitung satu bulan lebih Tata bisa hidup tanpa Nabil. Gadis itu sekarang mulai terbiasa menjalani hari-hari yang diisi dengan sibuk mengerjakan makalah dan menunggu konser Treasure.

Hanya itu. Kalau bukan karena Treasure, mungkin Tata akan menjadi manusia gila yang paling menyedihkan demi mendapat kabar dari Nabil.

Untungnya tidak begitu.

Meskipun hubungan mereka masih berjalan, tapi kalau sudah tidak ada komunikasi sama sekali, Tata bisa apa.

Ini sudah memasuki bulan Maret mendekati akhir. Dia juga masih menjalani ibadah puasa. Hari ini war tiket akan dimulai pada pukul dua siang, sementara sekarang masih pukul sembilan pagi.

Telinganya disumpal earphone wireless, mendengarkan lagu Thank you - Treasure. Suara Asahi dan Haruto yang mendominasi pendengaran Tata, sehingga suara-suara bising dari perpustakaan sudah menghilang, volumenya sengaja dibesarkan, kakinya tidak berhenti mengetuk lantai marmer —mengikuti irama lagu.

Tetapi ketukannya terhenti saat netra Tata menangkap jemari seseorang tengah mengetuk mejanya. Kepala gadis itu mendongak, menyadari presensi Fikar ternyata sudah sejak tadi memanggil namanya —tetapi karena suara lelaki itu terdengar samar—Tata mengabaikannya.

Gadis itu kemudian mencopot kedua earphone wireless dan menaruhnya di atas buku.

"Gue ijin duduk di sini, boleh?"

Otaknya seolah malfungsi ketika melihat sosok lelaki jakung dengan kacamata silinder hitam pekat dan jaket denim yang melapisi kaos putih polosnya. 

Fikar itu nyaris sempurna.

Long Distance Relationshit [junghwan, pharita]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang