[Name] POV
'... Dimana... Aku?'
Aku mengerjabkan kedua kelopak mataku untuk memperjelas penglihatanku yang agak buram.
Badanku rasanya tidak enak dan terasa panas, seperti ada sesuatu yang asing mengalir dalam tubuhku. Dan juga sepertinya tanganku diikat oleh sebuah rantai besi.
Semakin lama, semua bisa kulihat dengan jelas, tempat yang begitu asing dan orang-orang yang tak kukenal berada di sekelilingku.
"Oh, dia sudah bangun." Suara berat seseorang yang kudengar.
Saat aku duduk, barulah aku ingat dan sadar, dimana diriku sekarang ini. Di hadapanku persis, nampak seorang pria bersurai hitam keriting yang duduk bersilang kaki dengan seringainya mengarah padaku.
[Name] POV - End
Saat ini [Name] berada di infinity castle, sebuah tempat yang seharusnya takkan pernah ia datangi sembarangan. Tapi kini dia malah berada disini, karena diculik pula.
"Sudah puas tidurnya?" Tanya Muzan agak meledek.
"Kenapa aku dibawa kesini?" Tanya [Name] langsung.
"Pertanyaan konyol, seharusnya kau sudah mengerti alasanmu berada disini." Jawaban Muzan membuat [Name] jadi tambah kesal.
"Jawab saja yang benar!!" Bentak [Name] yang sudah kepalang emosi.
Para uppermoons yang mendengar [Name] berani membentak Muzan seperti itu seketika merasa terkejut sekaligus kagum. Sebelumnya tak pernah ada yang seberani gadis itu.
"Kawaii nee~" Ujar Douma.
Muzan menatap datar [Name], agak kesal juga dia dibentak seperti tadi. Namun ia tak mau ambil serius hal tersebut, dan malah tersenyum remeh.
"Jangan marah-marah dong, nanti cantiknya hilang lho." Ledek Muzan yang membuat [Name] langsung meriang seketika.
'Ihh! Najis banget nih mbah-mbah pedo!' Jijik [Name] dalam hati.
Beruntung, Muzan masih belum bisa membaca pikirannya.
'Kok cuma dia sih yang digituin? Aku 'kan juga mw!' Batin Daki yang iri dengki mendengar Muzan menggoda [Name] tadi.
"Tak usah bertele-tele, katakan saja apa maumu! Tapi setelah itu biarkan aku pergi dari sini!" Ucap [Name].
"Enak saja, kau tidak akan kubiarkan pergi semudah itu. Karena kau akan menjadi kaki tanganku juga mulai sekarang." Balas Muzan.
"Hah?! Gak mau!! Selamanya aku tak akan pernah sudi bergabung dengan kalian semua!!" Tolak [Name].
"Huh, sombong sekali!" Cetus Gyokko.
Muzan memejamkan matanya setelah mendengar penolakan [Name] barusan, kemudian tak berselang lama ia tersenyum penuh kelicikan.
"Jika itu maumu baiklah, aku tidak memaksa."
[Name] tersenyum sumringah mendengar itu, namun senyuman itu hilang saat ia mendengar lagi perkataan Muzan selanjutnya.
"... Tapi kau harus siap, melihat kepala dua bocah yang sudah lama kau rawat itu."
"A-apa maksudmu? Bocah mana yang kau maksud?" [Name] mencoba berpura-pura tidak tahu.
"Bocah kembar bersurai putih dengan mata berwarna merah, benar?" Tanya Muzan.
[Name] merengut kesal mendengar itu, 'Sial!'
Muzan menyeringai penuh kemenangan ketika melihat raut wajah [Name], tak sia-sia dia memerintahkan para uppermoons mencari tahu kelemahan yang dapat menyerang psikis gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍʏ ɴᴇxᴛ ʟɪꜰᴇ [ᴋɪᴍᴇᴛꜱᴜ ɴᴏ ʏᴀɪʙᴀ x ʀᴇᴀᴅᴇʀꜱ]
Fanfiction{Slow Update} Hayami (y/n), seorang siswi di sekolah menengah atas yang penyendiri dan selalu terkucilkan oleh teman-temannya. Ia sering sekali mendapatkan ejekan serta perundungan terhadap dirinya, yang bahkan para guru dan orang tuanya pun tidak t...