Chapter 18 : Confession

469 38 3
                                    

"K-kenapa kau ada disini?"

Giyuu tak mendengarkan pertanyaan [Name] dan malah berjalan mendekatinya. [Name] yang melihat Giyuu mencoba menghampirinya, sontak langsung melangkah mundur.

"Jangan mendekat!"

Langkah Giyuu terhenti, menatap lekat-lekat wajah [Name] yang terlihat panik.

"Kenapa?"

[Name] menundukkan wajahnya dalam, enggan menatap balik Giyuu. Tangannya mengepal kuat, dan ia menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Pergilah... Aku tak mau melihat wajahmu!"

Giyuu sempat tersentak mendengar ucapan [Name], namun dengan segera ia menetralkan kembali ekspresinya.

"Kembalilah kepada kami, [Name]. Jangan seenaknya pergi dan menghilang begitu saja."

"Memang apa untungnya membawaku kembali?! Kalian sudah cukup kuat! Tak ada gunanya aku tetap bersama dengan kalian!"

Giyuu terlihat mulai kesal. "Lalu kau ingin memperkuat mereka, hah?! Kau ingin membantu para iblis?! Apa yang sebenarnya kau pikirkan?! Kami semua disini bersusah payah mencarimu selama ini! Dan ketika akhirnya aku menemukanmu, ternyata begini reaksimu?! Apa kau bodoh?! Kemana perginya otakmu itu?!"

[Name] terdiam dengan tubuh bergetar, perasaannya kini semakin campur aduk. Di satu sisi ia sebenarnya sangat ingin kembali kepada kisatsutai, namun di satu sisi lain, ia juga cukup takut terhadap Kibutsuji Muzan, dia takut Muzan akan menyakiti orang-orang yang disayanginya. Karena sebelumnya, Muzan telah memperingatinya, kalau dia sampai berani macam-macam atau mencoba kabur, maka nyawa para pilar dan yang lainnya lah yang jadi taruhannya.

[Name] mengangkat wajahnya, menatap Giyuu dengan senyuman remeh. "Ya, itu benar. Aku ingin berpihak pada iblis! Aku sudah tak sudi bersama dengan kalian semua, para manusia lemah! Kalian tak pantas bersanding denganku! Apa kau mengerti, mizu bashira?!"

Giyuu menerawang ke dalam mata [Name], mencari tanda-tanda kebohongan dari perkataannya.

Dan ia menemukan, tanda keraguan, kesedihan, penyesalan, serta keputusan asaan pada mata gadis itu.

Perlahan, Giyuu melangkah mendekati [Name]. Ia tahu gadis itu tak akan bisa mundur, karena tepat di belakangnya ada tebing curam yang sangat tinggi.

[Name] sadar bahwa ia tak bisa kemana-mana, sehingga pada akhirnya ia hanya bisa pasrah. Dia berpikir Giyuu akan memenggal kepalanya sekarang, dan karena itu jugalah dia menyerah.

Rasa bersalah yang terus menghantui dirinya semenjak ia membunuh para pasukan pemburu iblis, membuatnya merasa sangat hina dan tak pantas untuk hidup.

"Kau berbohong." Ucap Giyuu, yang kini tepat di hadapannya.

[Name] mendongakkan kepalanya, menatap wajah Giyuu yang ekspresinya sulit diartikan.

"Aku sudah hafal betul dengan sifatmu... Ketika kau sedang merasa kacau, perkataanmu cenderung berkebalikan dengan hatimu." Giyuu mengulurkan tangannya dan membelai lembut pipi [Name].

"Mau bagaimana pun ucapanmu... Mau semenyebalkan apa pun tingkahmu... Aku akan tetap percaya, bahwa kau pasti tak pernah berniat meninggalkan kami..."

"Aku ingin kau meluapkan emosimu... Aku ingin kau marah dan berteriak... Menangislah jika kau merasa ingin menangis... Keluarkanlah sumpah serapahmu jika kau merasa itu bisa membuatmu puas..."

"Aku tak ingin kau merasakan penderitaan sendirian... Berbagilah kepadaku... Dasar serakah..."

Giyuu bisa merasakan air mata [Name] membasahi tangannya, dan tanpa sadar ia tersenyum.

ᴍʏ ɴᴇxᴛ ʟɪꜰᴇ [ᴋɪᴍᴇᴛꜱᴜ ɴᴏ ʏᴀɪʙᴀ x ʀᴇᴀᴅᴇʀꜱ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang