Chapter 6 : Egois

591 59 2
                                    

(y/n) terperangah ketika melihat kediaman Shinazugawa Sanemi, benar-benar di luar perkiraannya.

Ada satu hal yang ingin (y/n) tanyakan entah pada siapa pun. Yaitu...

SEBENARNYA INI RUMAH ATAU BANGUNAN TERBENGKALAI SIH?! Parah, pokoknya benar-benar parah! (y/n) sendiri sampai bingung, nih orang kayaknya memang tidak waras kali ya.

Lihat saja sampah-sampah dan dedaunan yang berserakan di halaman rumah hingga merembet sampai ke luar-luar, pintu gerbang yang kayunya sudah banyak retak, tanaman-tanaman juga banyak yang kering dan mati, serta tampilan luar rumah yang kumuh, dan lain sebagainya. Apa benar ada manusia yang tinggal disini?

Disini bukan sarang iblis, kan?!

"Oi bocah!!"

Nah, ini dia iblisnya, akhirnya muncul juga makhluk beruban yang sepatutnya tak ia temui. Namun, (y/n) tetap berusaha untuk menyunggingkan senyuman meskipun terpaksa.

"Datang juga akhirnya kau, lama banget tahu gak!!"

"Sabar...sabar...kau harus sabar (y/n), ingat petuah dari Rengoku-san..."

"Maafkan saya, Shinazugawa-san."

"Hahh?! Gak dengar!! Panggil aku Shinazugawa-sama!!" Koreksi Sanemi. Terdengar nyolot sebenarnya bagi (y/n), akan tetapi dia tak punya pilihan lain selain menurutinya.

"Baik, Shinazugawa-sama~" Kesal dengan Sanemi, (y/n) sengaja memberikan penekanan saat memanggilnya.

"Bagus, sekarang cepat ikuti aku!" Titah Sanemi.

Dengan malas (y/n) memutar bola matanya, baru hitungan detik dia bertemu dengan pria ini, rasanya dia sudah darah tinggi duluan.

"Hayaku teme!! Bisa lebih cepat gak jalannya?!"

Astaga...ya tuhan, tolong berilah kesabaran kepada hambamu ini agar mampu menghadapi iblis berwujud manusia ubanan di depannya...

Sesampainya mereka di dekat pintu depan rumah, Sanemi menghentikan langkahnya, berbalik menghadap (y/n) dengan wajah songongnya.

"Sebelum kita mulai sesi pelatihannya, kau bersihkan terlebih dahulu seluruh halaman ini menggunakan sapu di ujung sana sampai bersih!!"

"Hah? Maksudmu aku harus membereskan semua kekacauan ini begitu?"

"PAKE NANYA!! YA IYALAH!!"

"Tch, iya iya!"

Dengan tidak ikhlas, (y/n) pun mulai membersihkan halaman rumah tak layak huni tersebut. Sementara Sanemi, hanya menyeringai senang ketika melihat (y/n) menuruti semua perintahnya. Tak sia-sia kemarin ia bersusah payah memberantaki seisi markasnya secara totalitas.

Usai membereskan setiap sudut halaman yang menghabiskan waktu selama satu setengah jam, (y/n) melangkah dengan gontai menghampiri Sanemi yang tengah bersantai di teras sembari menikmati Ohagi kesukaannya.

"Sudah selesai, hosh...hosh...apa kau ada air?"

"Gak ada air! Sekarang kau cepat bereskan rumah! Banyak piring kotor di dapur, dan lantainya juga perlu disapu dan dipel."

"Nih manusia bener-benerrr!!!"

Sekali lagi, (y/n) mematuhi perintah Sanemi yang semakin ngelunjak. Mengerjakan semuanya dengan ogah-ogahan, bodo amat mau bersih atau tidak. Yang penting beres.

Namun tetap saja, itu semua lumayan memakan waktu. Dua jam setengah sudah ia lewati sia-sia hanya karena menuruti kemauan pria ubanan itu.

"Hey bocah! Ini kenapa piring ada yang pecah?! Cepat beresin!"

ᴍʏ ɴᴇxᴛ ʟɪꜰᴇ [ᴋɪᴍᴇᴛꜱᴜ ɴᴏ ʏᴀɪʙᴀ x ʀᴇᴀᴅᴇʀꜱ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang