Episode 04: Pulang Bareng Cowok Idaman, Atau... Cowok Ideal, ya?

161 23 2
                                    

the boy is mine: borusara

“Kak...!”

Mendengar sebuah seruan, membuat Boruto refleks membalikkan tubuh nya. “Udah nunggu lama, ya?”

Boruto melempar senyuman sembari menggeleng kecil, “Engga kok, baru aja keluar. Yuk, langsung jalan, keburu sore.”

Bohong. Sebenarnya, sudah hampir satu jam Boruto menunggu sang gadis di depan gerbang sekolah mereka. Hanya saja, rasa senang menghampiri Boruto ketika melihat gadis itu berlari kecil kearah nya, kemudian perasaan yang lelah dan bosan yang menghampiri seketika hilang entah kemana.

Boruto menyesali kecerobohan nya tadi pagi, di karena kan sore petang ini dirinya jadi tidak bisa pulang menggunakan motor kesayangan nya. Mitsuki tadi mengantarkan motor nya ke bengkel, Boruto, sih, yang meminta. Namun, dirinya tidak menyangka akan di hadapkan situasi seperti ini. Tahu begitu, Boruto lebih dulu meminjam motor Shikadai untuk bisa mengantarkan gadis disebelah nya pulang sampai di rumah dengan selamat.

Lagi pula, tidak ada yang bisa memprediksi, kok, semua tidak ada rencana nya. Tadi siang, selepas menemani Sarada, tiba-tiba Boruto mengutarakan untuk mengantar Sarada pulang. Dengan sedikit paksaan, Boruto berkata akan menunggu Sarada selesai dengan kelas tambahan nya dengan beralasan kalau dia masih ada piket kelas. Padahal sih, ya, mata pelajaran Matematika tadi siang saja dia kena hukum sampai pulang, mana sempat dan mana mau Boruto untuk piket kelas. Mending cabut aja nggak, sih?

Sarada sih, ya, tidak masalah. Walau sebelum nya ada sedikit perdebatan pikiran tentang kenapa tiba-tiba Kak Boruto ini ingin mengantarnya pulang? Pada akhirnya, Sarada terima tawaran tersebut dengan senang hati.

“Ehe, gue... minta maaf, ya. Gue baru inget kalau motor nya masuk bengkel karena tadi pagi ban nya bocor. Jadi... ya, naik bus dulu aja.” Ujar Boruto sambil menggaruk tengkuk nya, merasa sedikit canggung atas tindakan asbun nya (asal bunyi).

Sarada terkekeh, “Santai aja kali, Kak. Gue udah biasa pulang naik bus, kok. Cuma beda nya kali ini pulang bareng lo, Kak.”

Sore ini cuaca nya cukup hangat, mantel yang tadi pagi Sarada kenakan ia lepas dan ia lampirkan di lengan nya. Mantel itu pula yang saat ini menjadi pegangan Sarada yang tiba-tiba merasa gugup berjalan di samping Boruto.

Jarak halte dengan gerbang sekolah mereka kebetulan tidak terlalu jauh, jadi memerlukan setidaknya 5 menit perjalanan menggunakan kaki. Dan, sesampainya mereka bertepatan dengan sebuah bus yang sedang berhenti. Dengan begitu, kedua nya memutuskan untuk langsung menaiki nya.

Suasana di dalam bus terlihat sedikit ramai, di karenakan sudah jam pulang kerja, jadi hanya tersisa beberapa slot tempat duduk saja. Boruto yang melihat itu, langsung mengulurkan telapak tangan nya kepada Sarada. Dirinya berniat untuk memberikan Sarada tempat duduk paling belakang karena disanalah ada beberapa slot kursi kosong. Sarada yang melihat uluran tangan itu menatap bingung, ia menatap Boruto sejenak dan hanya di balas seulas senyuman oleh Boruto.

“Pegang tangan gue, kita duduk di belakang.”

Sarada terima uluran tangan itu lalu bergegas mengikuti langkah Boruto kearah belakang. Bahkan Sarada baru sadar bahwa ongkos bus tadi sudah di bayar juga oleh Boruto. Sungguh lelaki yang tangguh!

“Duduk sini.”

“Loh, terus lo duduk dimana, Kak?”

“Udah duduk aja, gue berdiri nggak apa-apa.”

Enggan memprotes, Sarada hanya mengangguk singkat. Di karenakan penumpang dari bus sedang mereka naiki ini kian bertambah, posisi Boruto yang tadi nya berdiri hampir di belakang Sarada dan menghadap depan sekarang menjadi di samping Sarada dan menghadapkan tubuh nya yang tinggi itu di samping Sarada. Posisi ini jauh lebih canggung daripada posisi mereka sebelum nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Boy Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang