Aku bergeming, Bumi menarik napas dan melanjutkan langkahnya. Perlahan sudut bibirku tertarik ke atas, membentuk sebuah lengkung senyuman samar.
Rumah luas dengan atap rumbia berukuran sedang dengan halaman ditumbuhi rerumputan pendek tampak indah di sore ini. Tak ada aktivitas sama sekali di tempat ini, kecuali keberadaan seorang pria tua yang sebagian rambutnya mulai memutih.
"Jericko." Panggil pria itu yang berjalan mendekati Bumi. Bumi tersenyum dan mencium punggung tangan pria itu.
Katanya, pertemuan mereka sering dilakukan setiap ada peristiwa penting, rahasia revolusioner kalau Bumi menyebutnya. Tak lama kemudian datanglah seorang gadis dengan pakaian hitam-hitam, juga seorang pria.
"Maaf terlambat," ucap gadis itu membuka percakapan.
Bumi dan pria tua itu tersenyum dan mengangguk, aku sedikit mengambil jarak dari mereka. Aku mendudukkan diri di ayunan yang menggantung di bawah pohon beringin. Kulihat mereka sedang berbicara dengan wajah serius.
"Bagaimana hasilnya?" tanya pria yang telat itu.
"Wanita itu terus mengambil pekerja atau pesuruh dari kaum Proletar di Flaris dan Pari. Mereka memberikan mereka suntikan, obat, dan menghipnotisnya agar mereka lupa jati diri mereka yang sebenarnya."
"Baguslah, mereka tidak mengambil masyarakat kita dan lainnya yang tertindas ini?"
"Tapi, ia menciptakan manusia genetika, Pakde tahu manusia genetik yang sering mereka buat?" Pakde mengangguk dengan alis yang menyatu.
"Mereka akan mengembangkannya dalam jumlah besar sebagai alternatif lain, menciptakan sekelompok militan, menambahkan kekuatan untuk menyerang dan menumbangkan militer diberbagai daerah tanpa kekuatan manusia aslinya, salah satu manusia genetik ada di rumah saya."
Bagaikan ada sambaran petir di atas puncak kepalanya, Pakde menyentak kepalanya. Tubuhnya ditegakkan dengan gestur kaku.
"Maksudnya? dia mata-mata?" tanyanya hati-hati, aku bisa melihat dia diam-diam melirik diriku.
"Bukan, dia korban pengasingan," balas Bumi santai.
"Lalu, apa lagi?" tanya gadis itu penasaran.
"Aku sudah menyadap pembicaraan para pemerintah dan-"
Aku bisa melihat mereka menegang demi mendengar kalimat Bumi yang belum selesai itu.
"Aku ketahuan, sambungannya terputus," lanjut Bumi, mereka kembali di buat terkejut mendengarnya.
Dan ya, ia tahu, cepat atau lambat pemerintah tak akan tinggal diam. Apalagi presiden rafelia yang dengan penunjuknya dapat melenyapkan siapapun sesuai kehendaknya. Wanita itu tak akan menolerir kelakuan masyarakatnya yang dianggap membangkang. Meski negara ini dipisah menjadi empat bagian dan menjadi daerah otonom, wanita itu tetap memasang mata serta telinganya, menghindari adanya penyerangan mendadak dari pihak-pihak yang tak menyukai sistem pemerintahannya saat ini.
Berita mengenai penyadapan itu pasti sudah tersebar, juga pemerintah pasti melebih-lebihkannya melalui media.
Pakde membuang napas panjang. Ia meraih rokok yang menyala di atas meja dekat asbak, lantas menghisap dan menghembuskan asapnya di udara.
"Pergilah dari sini, sebelum mereka menemukanmu di sini dan menangkap mu."
--
Hak sepatu 8 centi keluaran terbaru milik Presiden Ravelia terketuk khidmat penuh hitungan. Kaki jenjangnya direnggangkan melewati koridor dengan beberapa anggota Paspampres mengekor di belakangnya seperti sahaya pada ratunya.
Wanita itu berhenti, mengangsurkan kucing putih yang diberi nama Lisca pada asisten pribadinya untuk digendong, lantas merapikan kerah blazer dengan gerakan lugas berhadapan dengan tentara yang menelikung tangan-tangan orang berpakaian kumal di halaman depan. Matanya yang tajam Mbak belati menelisik dengan seksama. Sekelompok orang berpakaian kumat itu balik menatapnya dengan bibir mengerucut, jijik. Salah satu dari mereka seorang pria paruh baya yang digiring melewatinya melotot kan matanya yang hampir keluar dari rongga. Hampir pegangannya lepas dan nyaris mencakar Presiden, jikalau dua tentara dengan badan besar di dekatnya tak menarik yang kuat.
"Mereka yang terlibat dalam peristiwa penembakan pasukan kita saat melakukan perjalanan udara untuk mengantar Shazera Karelina, Bu Presiden," pria tinggi besar yang merupakan seorang Perwira Tinggi menghadap di depan presiden Ravelia.
Dengan angkuh, presiden Ravelia merapikan kerah blazernya dan mengibaskan tangan di udara. "Cepat singkirkan, aku terganggu dengan kuman di pakaian mereka!" bentak Presiden Ravelia, ia mengulurkan tangannya pada asisten pribadinya yang di samping kiri. Dengan hormat dan peka asisten itu menyodorkan sebuah parfum kaca. Presiden Ravelia langsung menyemprotkan parfum itu di sekitar tubuhnya.
"Pemimpin bajingan! rakus! tamak! lihat saat kau mati! aku dan malaikat maut akan langsung melempar mu ke neraka tingkat atas!" teriakkan pemberontak itu menggema ditelinga Presiden.
Presiden Ravelia langsung berjalan menuju mobil dengan merek Lamborghini itu. Ia masuk dengan pintu dibukakan dengan sangat hormat dan hati-hati.
"Silahkan yang mulia Ravelia," ucap seorang pria itu hormat.
-
"Berikan informasi terkait Shazera Karelina wahai pengurus duta teknologi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Dari Bumi
RandomBerlatar belakang tahun 2045-2065. Tentang hubungan yang penuh peristiwa menyedihkan. Suatu hari keinginan Bumi dan Zera untuk transmigrasi ke masa lalu, tepatnya di tahun 2023-2024 terpenuhi. Mereka memanfaatkan teknologi sederhana buatan. "Hormat...