"Apa?" tanya Elsa terkejut.
"Ada delman!" seru ku senang. Di Kalimantan, masyarakat tidak pernah mau lagi berinteraksi atau menggunakan transportasi tradisional.
"Terus? Ya kali kita cantik-cantik dan aku calon model gini naik delman?" satir Elsa penuh penekanan pada kata cantik dan delman. Aku menghela napas dan mengedikkan bahu.
"Hm," mood ku langsung menghilang saat ini juga.
"Aku pulang dulu ya, El." Pamit ku yang langsung berdiri meninggalkan Elsa yang belum sempat menjawab.
Aku berjalan kaki sambil menikmati pemandangan sore, tanpa sengaja mata ku tertuju pada sebuah mobil putih.
"Kegagalan hanya terjadi jika kami menyarah, dan kami tidak menyerah!" kalimat itu ditulis dengan spidol berwarna merah terang di pintu mobil.
"BJ. Habibie?"
Gumam ku saat membaca tulisan di bawah kalimat sebelumnya. Aku termenung, akankah negeri ini, pulau ini akan dihancurkan oleh bangsa negeri nya sendiri?
Aku mempercepat langkahku menuju rumah."Hai, Mom!" sapa ku saat Mama membuka pintu rumah.
"Hai, sayang! Ayok makan, Mama masak daging!" ajak mama excited, ia merangkul sayang pundak ku, menuntun diriku menuju meja makan.
Aku memotong daging berlumur saus itu. Rasanya sama seperti makanan pada lauk lainnya. Kalian tahu? Di era ini semua benar-benar memakai teknologi, makanan yang aku makan ini bukan sepenuhnya buatan Mama. Mama hanya memencet-mencet tombol virtual, barulah makanan yang diinginkan keluar lalu Mama memanaskannya di atas kompor. Kalian tinggal klik! dan rasa yang kalian inginkan akan muncul. Pedas, manis, asin, asam, pahit. Sebenarnya BBQ hanyalah bumbu yang langka, sangat mahal dan hanya ada di restoran tertentu untuk para kaum Borjuis.
Aku mengunyah daging itu dengan saksama. Di tepi benakku muncul keinginan untuk merasakan bagaimana kehidupan negeri ini dulu.
"Ma, apa nama negeri ini dulu?" Papa tersedak kopinya begitu kalimat itu meluncur dari mulutku.
Mama menatapku sayu,
"Namanya tetap Indonesia, Zer. Di tahun 2035 musim kemarau berkepanjangan melanda hampir satu tahun lamanya. Perpecahan terjadi, Mama masih kecil saat itu, Zer. Nenekmu dipukuli dengan rotan, sistem kerja paksa kembali menghampiri, hingga semua penderitaan itu berakhir di tahun 2041. Ravelia bersama pasukan militernya datang, terjadi perang besar saat itu, hingga kami diumumkan merdeka. Itulah mengapa Ravelia diangkat menjadi pemimpin negeri ini, Zer."
Mama mengakhiri kalimatnya dengan senyuman hambar.
"Tapi pulau besar Indonesia tidak terselamatkan, Zer. Hingga terpecah belah, pulau lain itu membentuk negara tersendiri, dan ini kita, kaum Borjuis dari bangsa Indonesia," Papa memberikan informasi tambahan, aku termenung, berusaha mencerna dan membayangkan penderitaan itu.
Aku memandang bosan jalan-jalan besar Depok, di tempat ini nyaris tak ada kejahatan. Tidak ada perampokan, pencurian, begal, penjambretan, dan hal kriminal lainnya.
Itulah mengapa Mama
menyuruhku bersyukur diberikan kehidupan nyaris sempurna ini, mengucapkan keberuntungan bahwa aku tidak hidup di era kolonial. Namun saat ini kita berada di era menjajah negeri sendiri, tiga pulau selain Kalimantan bisa saja bekerjasama meruntuhkan kemerdekaan Kalimantan. Jadi sebenarnya kemerdekaan ini bukan milik bangsa bersama, tapi milik Kalimantan, hanya untuk Kalimantan, dan aku mengakui bahwa kaum ku diselimuti oleh ego masing-masing.
"Bagaimana sekolahmu, Zer?" Mama bertanya padaku saat Mama selesai rapat, kini aku berada di kantor Mama.
"Baik, ada Guru baru yang mengajar biologi," jawabku sambil tersenyum. Mama menganggukkan kepalanya.
"Besok kamu tes kesehatan, Zer," Mama mengingatkan hal yang membuatku grogi itu.
"Iya, Ma. Zera sehat kok," balasku meyakinkan diri.
Kami pulang sore, aku langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri, entah mengapa aku sangat takut dan cemas untuk tes kesehatan.
Malam sebelum pemeriksaan, Mama masuk ke dalam kamarku. Pintuku diatur dengan sensor suara. Saat Mama memencet bel dan menyebut nama ku, aku berkata enter. Programnya bekerja, pintu putih gading dengan ukiran cekung bergeser dengan sendirinya. Mama masuk dengan senyum di bibirnya, sepatu tingginya terketuk khidmat melintasi lantai. Mama duduk di ranjang kasur ku yang berwarna pink itu.
"Mama ganggu tidur kamu ya?" tanya Mama mengusap kepalaku lembut. Aku menggeleng menyunggingkan senyum manis meski mataku berat.
"Mama susah tidur, Zer. Mama gelisah," ucap mama jujur yang membuatku heran."Kenapa, Ma?" tanya ku lembut.
"Kamu, kamu sayang Mama, kan?"
Kini dahiku membentuk garis-garis samar dengan alis yang menyatu.
"Zera sayang banget sama Mama, Mama pasti tahu kan?"
Mama mengulurkan tangannya dan memelukku erat, ia mengecup puncak kepalaku.
"Cuma kamu satu-satunya harta berharga Mama!" ucapnya yang membuat lengkungan sempurna di bibirku. Aku mengangguk iya.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Dari Bumi
De TodoBerlatar belakang tahun 2045-2065. Tentang hubungan yang penuh peristiwa menyedihkan. Suatu hari keinginan Bumi dan Zera untuk transmigrasi ke masa lalu, tepatnya di tahun 2023-2024 terpenuhi. Mereka memanfaatkan teknologi sederhana buatan. "Hormat...