Halo semuaaa 🙌🏻 yups Sahara is back :') gak tau ya lagi lancar banget nulis cerita ini. Semoga kalian suka yaa :)
Seperti biasa jangan lupa vote, comment, share ke kawans kalian semua dan follow akun wattpad sudutmataa yaa ;)Aku tunggu notif kalian ✨ See u <3
-*-
Sahara dan Gita memilih untuk makan di kantin kantor siang ini. Keduanya sama-sama memesan soto ayam dan es teh manis, mereka makan dengan perlahan sambil sesekali diselingi oleh obrolan kecil yang membuat keduanya bahkan hampir tidak merasa sudah menghabiskan setengah soto ayam yang mereka makan sejak tadi.
Namun di tengah kegiatan makan keduanya, Sahara dan Gita dikejutkan oleh gebrakan di meja mereka. Aga, laki-laki itu tiba-tiba saja menghampiri meja Sahara dan Gita dengan tingkah laku yang sangat tidak sopan. Hal itu tentu saja berhasil menarik atensi penuh sang penghuni meja. Gita dengan kesal menatap Aga dengan tatapan yang menyalang.
"Aga! Lo apa-apaan sih?! Gila lo ya?" hardik Gita atas tingkah Aga yang dirasa kelewatan. Kini mereka bahkan menjadi pusat perhatian banyak pasang mata yang juga tengah menyantap makan siang.
"Teman lo yang gila," Aga membalas dengan sama kesalnya. Tatapan laki-laki itu dingin, tidak seperti biasanya. Entah apa yang membuat suasana hatinya kurang baik.
Gita menatap Aga tidak mengerti, ia lalu mengalihkan tatapannya pada Sahara. Seolah meminta penjelasan pada perempuan itu. Namun Sahara menggeleng pelan, ia tak paham. Gita lalu kembali menatap Aga. "Maksud lo apa?"
"Teman lo ini gak mau nemuin atasan kita dengan seenak jidat dia!" Aga menunjuk Sahara. "Dan gara-gara sikap egoisnya dia, gue jadi kena semprot sama atasan kita habis-habisan karena Pak Edgar pikir gue gak nyampein pesan dia. Terus lo mau gue gak marah? Lo harusnya mikir, Git!"
"Gue sudah bilang ke lo kalau gue gak mau jadi sekretarisnya Pak Edgar, gue juga sudah minta tolong ke lo buat ngomong itu," Sahara membela diri. Ia pun berdiri dari kursinya.
"Gue bukan babu lo, Sahara!" Aga meninggikan intonasinya hingga membuat Sahara yang persis berhadapan dengannya terkejut. "Gue juga sudah bilang lo harus ngomong sendiri, lo gak ngerti bahasa manusia atau gimana?"
"Tapi gue bilang gue gak mau!"
"Egois lo! Childish!" Aga mengerahkan segala emosi yang mengepul di dalam dirinya.
"Gue childish?" Sahara menunjuk dirinya sendiri. "Memangnya sekarang lo pikir sikap lo bijaksana? Lo sama childishnya! Lo mempermalukan gue dan Gita yang gak tahu apa-apa di depan banyak orang."
"Untung lo perempuan, kalau enggak—"
"Apa?!" Sahara ikut meninggikan intonasinya. "Kalau enggak apa?"
Gita segera menengahi keributan dua orang di hadapannya yang tidak kunjung reda itu. Ia tidak mau keributan Sahara dan Aga menjadi tontonan banyak orang dan sampai pada telinga bos mereka. Rasanya tidak etis dan mengandung resiko. Sekarang Gita tahu akar permasalahannya dan apa penyebab Aga marah dan bertingkah demikian, ia juga jadi sedikit menyesal karena telah bersikap kasar pada Aga. Karena pada dasarnya Aga bukanlah laki-laki kasar, biasanya ia selalu bersikap ceria. Sikap Sahara-lah yang menyebabkannya berperilaku demikian.
"Stop! Stop! Lo berdua itu dilihatin banyak orang," Gita memasang jarak antara Sahara dan Aga. "Okay, Ga. Gue minta maaf sudah marah-marah ke lo dan atas nama Sahara gue juga minta maaf. Nanti gue yang ngomong ke bocah bandel satu ini, okay? Be calm."
"Kok lo yang jadi minta maaf?" tanya Sahara tak terima. Ia merasa Aga juga salah di sini.
"Lo ikut gue," Gita mengabaikan protes yang Sahara ajukan padanya. Perempuan itu lalu menarik Sahara keluar dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMBROGLIO : Ketika Takdir Bermuara
Romance[ Dunia lebih menghargai orang yang mau berusaha dengan usahanya sendiri] -Sudutmataa- *Buat dibaca GRATIS bukan dicopoy! JANGAN LUPA FOLLOW DULU YA! Sahara mencintai Edgar dan begitu pun sebaliknya. Hubungan keduanya bahkan hampir diresmikan secara...