Hellow 🙌🏻 Sahara & Edgar kembali😌 aku lihat lagi masanya maba ya? Semangat ya buat kawans yang lagi ospek dan selamat udah menjadi maba di kampus impian ;)
Selamat juga untuk HUT RI ke-79 tahun✨
So, sebelum baca jangan lupa vote, share ke kawans kalian, dan follow akun Instagram dan Wattpad sudutmataa yaa ;)
Aku tunggu notif kalian!Selamat membaca ✨
-*-
Enam bulan lalu...
Seperti biasa kegiatan di meja makan Kadhiraharjo akan dimulai ketika semua anggota keluarga sudah full dan duduk dengan manis di kursi makan. Irmawan bersama istrinya duduk berhadapan dengan anak mereka, tentunya Hardi Kadhiraharjo sebagai pusat atensi seperti biasanya.
Meski sudah berumur cukup tua, atensi terhadap laki-laki paruh baya itu tidak pernah hilang. Kuasa dan uang yang membuat laki-laki itu tetap berjaya di usianya yang sudah senja. Memangnya siapa yang berani melawan kuasa dan uang dengan tangan kosong?
Edgar Kadhiraharjo adalah anak sulung laki-laki dengan tiga bersaudara. Anak tengah adalah Bakhtiar Kadhiraharjo yang sekarang menjadi satu-satunya bagian dari Kadhiraharjo yang tidak ada di sini karena dia sudah berkeluarga. Dan yang terakhir si bungsu, anak perempuan satu-satunya yang kini masih menempuh pendidikan S1 disalah satu kampus terbaik dengan harga yang tak main-main, Naluna namanya.
"Bagaimana keadaan perusahaan? Apa semua berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan?" Hardi memecah keheningan meja makan pagi itu.
"Ya, sejauh ini semua baik-baik saja, Yah. Tentu saja kinerja Edgar bisa kita banggakan," Irmawan angkat suara. "Ini semua juga berkat kontribusinya di perusahaan."
Hardi mengangguk pelan dan mengalihkan tatapan pada Edgar yang sedang fokus makan. Edgar memang bukan tipe yang banyak bicara. Entah sejak kapan hubungan darah antara Edgar dan kakeknya itu merenggang, seolah ada benteng tinggi nan dingin yang memisahkan keduanya.
"Bagaimana denganmu, Edgar?" Hardi bertanya. Kali ini jelas pada siapa subjeknya. "Apa sudah ada seseorang yang bisa dikenalkan pada kami?"
"Belum," Edgar menjawab singkat, datar, dan terkesan dingin. Ia memang tidak pernah minat jika ditanya soal pasangan dan keluarganya harusnya tahu betul akan hal itu.
Tapi Hardi, kakeknya, selalu bersikap seolah tidak tahu bahwa Edgar tidak menyukai perbincangan yang meranah pada privasinya. Hardi selalu saja ingin menembus benteng diri yang dibangun oleh cucunya sendiri. Laki-laki paruh baya itu selalu ingin ikut campur atas apa saja yang terjadi dalam hidup Edgar. Mulai dari pekerjaan hingga pasangan. Hal itu tentu saja selalu menguji kesabaran Edgar terhadap tetua yang ada di keluarganya.
"Belum ketemu pasangan yang cocok aja, Yah. Nanti kalau sudah ada pasti Edgar memperkenalkannya pada kita," Tiara membela anaknya di depan mertuanya. Ia berusaha meredam suasana yang mulai tidak enak sejak jawaban tidak menyenangkan yang Edgar berikan.
"Kamu jangan membela anakmu, Tiara," Hardi menghela nafas gusar, ia juga meletakan alat makannya di atas meja. "Ini sudah berapa tahun? Sudah lima tahun kamu melajang, Edgar. Kakek selama ini sudah banyak menahan diri dan sekarang sepertinya Kakek harus ambil peran dalam mencari pasangan hidup untuk kamu. Kakek berencana memperkenalkan kamu dengan cucu teman Kakek. Kakek yakin kalian berdua pasti cocok."
"Siapa bilang?" Edgar ikut meletakan alat makannya di atas piring. "Kami bahkan belum bertemu dan Kakek sudah bisa menyatakan hal itu?"
"Kenapa tidak?" Hardi terlihat angkuh di mata Edgar. "Kalian sama-sama dari keluarga terpandang. Keluarganya juga dari kalangan yang bukan main-main Edgar."
KAMU SEDANG MEMBACA
IMBROGLIO : Ketika Takdir Bermuara
Romansa[ Dunia lebih menghargai orang yang mau berusaha dengan usahanya sendiri] -Sudutmataa- *Buat dibaca GRATIS bukan dicopoy! JANGAN LUPA FOLLOW DULU YA! Sahara mencintai Edgar dan begitu pun sebaliknya. Hubungan keduanya bahkan hampir diresmikan secara...